Endang Suherlan
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series : Medical Science

Gambaran Karakteristik Pasien dan Kejadian Impaksi Serumen di RSUD Al Ihsan Bandung EARLY ARISTHA WULANDARI; Yuniarti; Endang Suherlan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5760

Abstract

Abstract. Indonesia is the fourth country with the highest prevalence of cerumen impaction, which is 4.5%. The highest effect caused by cerumen impaction is hearing loss. This study aims to describe the patient's age and to find out the comparison of the number of male and female patients who have impacted cerumen at the ENT polyclinic at Al Ihsan Hospital Bandung in 2022. The research method is purposive sampling with a minimum sample size of 144 medical record data of cerumen impacted patients at the ENT Polyclinic RSUD Al Ihsan Bandung. The results of this study, from 849 samples, there were 143 patients with impacted cerumen, most aged ≤50 years by 84.6% and female by 51%. The results of the analysis of the age picture with impacted cerumen obtained a value of p=0.121 (p>0.05), while the description of sex with impacted cerumen obtained a value of p=0.803 (p>0.05). Therefore, it can be concluded that there is no relationship between age and gender with impacted cerumen at the ENT Polyclinic at Al Ihsan Hospital, Bandung. Keywords: Cerumen impaction, age relationship, sex relationship Abstrak. Indonesia merupakan negara ke empat dengan prevalensi impaksi serumen tertinggi, yaitu 4,5%. Efek paling tinggi yang disebabkan impaksi serumen adalah gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran usia pasien dan mengetahui perbandingan jumlah pasien pria dan wanita yang mengalami impaksi serumen di poliklinik THT RSUD Al Ihsan Bandung Tahun 2022. Metode penelitian yakni purposive sampling dengan jumlah sampel minimal sebanyak 144 data rekam medis pasien impaksi serumen di Poliklinik THT RSUD Al Ihsan Bandung. Hasil penelitian ini dari 849 sampel terdapat 143 pasien dengan impaksi serumen, paling banyak berusia ≤50 Tahun sebesar 84,6% dan berjenis kelamin perempuan sebesar 51%. Hasil analisis gambaran usia dengan impaksi serumen didapatkan nilai p=0,121 (p>0,05), sedangan gambaran jenis kelamin dengan impaksi serumen didapatkan nilai p=0,803 (p>0,05). Maka dari itu dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan impaksi serumen di Poliklinik THT RSUD Al Ihsan Bandung. Kata Kunci: Impaksi serumen, hubungan usia, hubungan jenis kelamin
Perbandingan Karakteristik Pasien dan Pola Pengobatan Multi Drugs Resistance Tuberculosis di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Sebelum dan Saat Pandemi Ridwansyah Fajari Zaenudin; Santun Bhekti Rahimah; Endang Suherlan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10723

Abstract

Abstract. Globally, Tuberculosis (TB) is a highly prevalent infectious disease. In 2020, the number of TB patients rose to 10.1 million, experiencing a subsequent 4.5% increase to 10.6 million in 2021. Meanwhile, the estimated global cases of Multi-Drug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) in 2021 amounted to around 450,000, indicating a 3.1% uptick from the preceding year's 437,000 cases in 2020. This research aims to discern changes in patient characteristics and MDR-TB treatment patterns at Dr. H.A. Rotinsulu Pulmonary Hospital before and during the Covid-19 pandemic. Employing a cross-sectional approach utilizing 88 medical records (44 pre-pandemic and 44 during), the study investigates patient attributes (gender, region, age) and treatment modalities (drug types, combinations). Univariate and bivariate tests, including the Chi-Square statistical test, reveal no significant differences in gender, region, age (P sequentially 1, 0.82, 0.67), and drug types, combinations (P sequentially 0.28, 0.35) pre-pandemic and during the pandemic. In conclusion, there is no observable changes in patient characteristics and treatment patterns exist before or during the pandemic. While no significant alterations manifest at the pandemic's initiation, the progression of the pandemic may unveil changes, particularly with a larger sample size and broader coverage, given the absence of modifications in the National Medical Service Guidelines. Abstrak. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih tinggi di dunia, pada tahun 2020 pasien penderita Tuberkulosis berjumlah 10,1 juta orang dan meningkat 4,5% pada tahun berikutnya menjadi 10,6 juta orang. Sedangkan untuk jumlah kasus Multi Drugs Resistance (MDR-TB) di dunia pada tahun 2021 diperkirakan sekitar 450.000 kasus, jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3,1 % yang awalnya kasus berjumlah 437.000 kasus pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini yaitu untuk uengetahui apakah ada perubahan pada karakteristik pasien dan pola pengobatan MDR-TB di RS Paru Dr.H.A Rotinsulu sebelum dan saat pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross-sectional yang diambil melalui rekam medik. Data-data yang diambil berupa karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, asal wilayah dan usia pasien dan pola pengobatan yaitu jenis obat dan jumlah kombinasi obat yang kemudian hasilnya dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Jumlah data rekam medis yang dipakai berjumlah 88 yaitu 44 rekam medis sebelum pandemi dan 44 rekam medis saat pandemi. Tidak terdapat perbedaan proporsi variabel jenis kelamin, asal wilayah maupun usia (P berturut turut 1, 0.82, 0.67) dan pada variabel jenis obat dan kombinasi obat (P berturut turut 0.28, 0.35) sebelum dan saat pandemi. Dapat disimpulkan sebelum maupun saat pandemi tidak terjadi perubahan dari karakteristik pasien dan pola pengobatan. Pada awal pandemi tidak terlihat perubahan yang signifikan salah satu faktor krusialnya adalah tidak adanya perubahan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tetapi pada saat pandemi berlanjut kemungkinan bisa ada perubahan dengan jumlah sampel lebih banyak dan cakupan lebih luas.