p-Index From 2019 - 2024
1.116
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Agrifoodtech
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Sifat Fisik dan Organoleptik Kerupuk dengan Pewarna Hijau Alami dari Sari Daun Suji, Sari Daun Katuk dan Sari Daun Sawi Pinius Murib; Diah Kartikawati
Jurnal Agrifoodtech Vol. 1 No. 1 (2022): Juni: Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.11 KB) | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v1i1.105

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan pewarna hijau alami dari sari daun suji, sari daun katuk dan sari daun sawi terhadap sifat fisik kerupuk meliputi rendemen, berat kerupuk mentah, daya kembang, daya serap minyak, dan warna L*a*b* serta sifat organoleptik meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 kelompok perlakuan, yaitu tanpa penambahan sari daun (kontrol) (S0), sari suji 30% (S1), sari suji 50% (S2), sari katuk 30% (S3), sari katuk 50% (S4), sari sawi 39% (S5), sari sawi 50% (S6) dan pewarna hijau makanan (S7), masing-masing kelompok perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan uji ANOVA pada α=0,05 dan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan kerupuk yang ditambah sari suji, sari katuk dan sari sawi 30% dan 50% menunjukkan nilai warna kerupuk yang dihasilkan cenderung bewarna hijau kecoklatan dibandingkan kerupuk kontrol dan kerupuk dengan pewarna hijau makanan, baik pada saat keadaan kerupuk belum digoreng dan setelah digoreng. Tingkat kecerahan (L*) kerupuk matang dengan sari daun tidak berbeda dengan kontrol dan pewarna hijau makanan, yang nilai L* berkisar antara 28,08 – 66,36. Panelis agak menyukai kerupuk yang menggunakan sari daun sebagai pewarna hijau alami dengan skor 5,29-5,93.
Optimasi Konsentrasi Ragi dan Jenis Pembungkus dalam Pembuatan Tempe Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) Optimization of Yeast Concentration and Types of Wrappers in the Production of Cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp) Tempeh Findi Listiyono Putri; Diah Kartikawati
Jurnal Agrifoodtech Vol. 1 No. 2 (2022): Desember : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.663 KB) | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v1i2.310

Abstract

Kacang tunggak termasuk salah satu jenis leguminosae yang dapat diolah menjadi produk tempe dan dapat menjadi bahan baku alternatif pengganti kedelai. Tujuan penelitian adalah mengkaji proses pembuatan tempe kacang tunggak melalui optimasi konsentrasi ragi dan jenis bahan pembungkus dalam pembuatan tempe kacang tunggak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap  yang terdiri dari 2 faktor, yaitu konsentrasi ragi (K) (0,15%; 0,25%; 0,35%) dan jenis pembungkus (P) (plastik dan daun pisang), dengan tiga kali pengulangan. Parameter yang diukur meliputi berat tempe, kadar proksimat, total asam, nilai pH dan nilai formol serta skor kesukaan panelis pada warna, rasa, aroma dan tekstur tempe. Selanjutnya dilakukan analisis pengaruh kedua faktor tersebut terhadap nilai gizi, berat tempe, nilai formol, pH dan sensoris tempe kacang tunggak.  Data dianalisis dengan Uji Sidik Ragam dan uji lanjut DMRT untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi ragi 0,25%-0,35% dan jenis pembungkus plastik dan daun pisang dapat menghasilkan tempe kacang tunggak dengan pertumbuhan kapang yang baik, sedangkan nilai gizinya adalah kadar air 27,95-28,65% , abu 0,96-1,16%, lemak 1,73-3,94%, protein 25.03-26.01%, karbohidrat 42,61-43,84%, serat 0,31-0,38% dengan nilai pH 4,33-5,00, nilai formol 0,46-0,70% dan total asam tertitrasi 0,21-0,53%. Tidak terdapat interaksi antara konsentrasi ragi dan jenis pembungkus terhadap kandungan gizi, berat tempe, nilai formol, dan nilai pH tempe kacang tunggak.
Karakteristik Fisik dan Sensori Kue Semprit dari Formulasi Tepung Pati Garut (Maranta arundinacea L) dan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Sigit Purnomo; Diah Kartikawati; Bambang Hermanu
Jurnal Agrifoodtech Vol. 2 No. 1 (2023): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v2i1.1034

Abstract

Kue semprit adalah salah satu jenis kue kering jenis biskuit berlemak (rich biscuit) karena menggunakan lemak setengah dari berat tepung yang berbahan tepung, lemak, telur, dan gula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik fisik (nilai warna L*,a*,b*) dan sensoris (warna, aroma, tekstur dan rasa) kue semprit dari tepung pati garut dan tepung ubi jalar ungu. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, yaitu S1 = (tepung pati garut 100% : 0% tepung ubi jalar ungu), S2 = (tepung pati garut 87,5% : 12,5% tepung ubi jalar ungu), S3= (tepung pati garut 75% : 25% tepung ubi jalar ungu), S4 = (tepung pati garut 62,5% : 37,5% tepung ubi jalar ungu), S5 = (tepung pati garut 50% : 50% tepung ubi jalar ungu). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dan uji lanjut menggunakan DMRT. Hasil penelitian menunjukkan nilai warna kecerahan L* kue semprit berkisar antara 35,690-55,594. Warna a* kue semprit berkisar antara 11,213-18,181. Warna b* kue semprit berkisar antara 1,632-7,900. Adanya tanpa penambahan tepung ubi jalar ungu meningkatkan nilai warna L* (hitam-putih) dan b* (biru-kuning) kue semprit. Kadar abu kue semprit berkisar antara 1,000-1,750%, kadar air kue semprit pada kisaran 3,16 – 4,83 % dan berbeda nyata antar formulasi. Panelis menyukai warna dan aroma kue semprit pada formulasi tepung pati garut dan tepung ubi jalar ungu 50% dengan nilai skor berturut-turut 4,300 dan 3,600. Panelis menyukai tekstur dan rasa kue semprit pada formulasi tepung pati garut 75% dan tepung ubi jalar ungu 25% dengan nilai skor 3,800 dan 3,867.
Identifikasi Kandungan Logam Berat dan Total Kapang Bahan Baku Kopi Buah Mangrove Diah Kartikawati; Dyah Ilminingtyas WH; Ghifar Naufal Aslam; Nurtekto
Jurnal Agrifoodtech Vol. 2 No. 1 (2023): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v2i1.1062

Abstract

Kopi mangrove adalah minuman hasil seduhan buah mangrove kering yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk serta dikombinasikan dengan bubuk kopi robusta. Jenis buah mangrove yang digunakan berasal dari tanaman Rhizophora mucronata Lamk.dan Rhizophora stylosa Griff. yang tumbuh di areal tambak ikan bandeng di Kelurahan Mangkang Wetan Kota Semarang. Minuman kopi dari biji mangrove ini perlu pengkajian lebih lanjut tentang mutu keamanan pangannya berdasarkan bahan baku. Kontaminasi secara kimia dapat berupa tercemarnya bubuk mangrove dan bubuk kopi robusta dengan beberapa jenis logam berat yang berbahaya bagi kesehatan seperti logam Cu, Pb, Zn dan Hg dan terdapatnya cemaran mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat dan cemaran mikroba pada bubuk buah mangrove dan bubuk kopi robusta. Hasil analisis menunjukkan kadar logam berat Pb, Cd, Cu, As, dan Hg pada bubuk kopi robusta berturut-turut 0,050 mg/kg; <0,005 mg/kg; 1,349 mg/kg, As <0,040 mg/kg; dan Hg <0,002 mg/kg, sedangkan pada bubuk buah Rhizophora sp sebesar Pb 0,210 mg/kg; Cd <0,005 mg/kg; Cu 3,204 mg/kg; As 0,040 mg/kg; dan Hg <0,002 mg/kg. Total mikroba kapang pada kopi robusta 9 koloni/g dan bubuk buah Rhizophora sp. 6 koloni/g. Secara keseluruhan kandungan logam berat dan total kapang pada kopi robusta dan bubuk buah Rhizophora sp yang digunakan sebagai bahan pembuatan kopi mangrove di bawah ambang batas yang dipersyaratkan SNI kopi bubuk.
Pengaruh Ketinggian Lokasi Penanaman Terhadap Sifat Kimia dan Sensori Citarasa Kopi Robusta (Coffea canephora L) Justisia Iriani Dewanti; Enny Purwati Nurlaili; Diah Kartikawati
Jurnal Agrifoodtech Vol. 2 No. 2 (2023): Desember: Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v2i2.1377

Abstract

The chemical characteristics and sensory attributes of Robusta coffee are influenced by the environment of the coffee plant grows, one of the influencing factors is the altitude plantation locations. The aim of the research was to determine the effect of the land altitude of plantation location on the physicalchemical properties and sensory taste of Robusta coffee. This research used a Completely Randomized Design (CRD) with four (4) treatments based on altitude of the Robusta coffee plantation were: 650; 750; 379 and 545 above sea level. The parameters observed in this study were water content, ash content, pH value, caffeine content, and sensory characteristics (fragance, flavor, after taste, colour and overall). Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The ANOVA result shows the Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Data was processed using the SPSS version 26 program. The results of the research show that altitude of plantation has a significant effect on the pH value, water content, caffeine content and are not significantly different. from the ash content. The caffeine content shows real differences between on altitude of planting, the highest caffeine content is shown in Robusta coffee grown at an altitude of 650 m above sea level at 2.49% and the lowest in Robusta coffee planted at an altitude of 545 m above sea level, at 1,77%. The robusta coffee taste sensory test showed that Robusta coffee grown at an altitude of 650 m above sea level was the most delicious coffee.
Karakteristik Snack Bar Kombinasi Tepung Jawawut (Setaria italica L. P. Beauv.) dan Tepung Garut (Maranta Arundinacae L.) Qonitah Setiajulihana; Diah Kartikawati; Bambang Hermanu
Jurnal Agrifoodtech Vol. 3 No. 1 (2024): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v3i1.1970

Abstract

Snack bar is a stick-shaped snack made from flour, seeds and nuts. This research aims to determine snack bar products made from a mixture of millet flour ad arrowroot flour with the addition of walnuts, including physical properties (L*a*b* color values), chemical properties (water, ash, fat, protein and crude fiber contents), and sensory properties based on hedonic test. This study was experimental using Complete Randomized Design (CRD) with the percentage ratio treatments of millet flour and arrowroot flour consisting of formula S1 ((20%:80%); S2(30%:70%); S3(40%:60%); and S4(50%:50%). The data obtained were processed using the Variance Analysis with a confidence level of 95% (α=0,05), and Duncan’s follow-up test. Snack bars have color values L* 41,660-52,580; color a* 6,6317-9,0667; color b* 19,9017-23,9667. The results of proximate analysis showed that snack bars contains 13,7176-17,8433 of water; 0,8459-1,4455% of ash; 5,8175-7,3264% of protein; 20,5320-24,2649% of fat; 48,7558-50,1120%; and 3,6339-5,1826% of crude fiber. Millet flour increases ash and protein content, but fat and crude fiber content decrease. Based on the hedonic test, it is known that panelists liked the taste and texture of S4 snack bar with an average score 3,94 and 3,68; while for the aroma in the treatment of S3 snack bar with an average score of 3,97 and the color in the treatment of S2 snack bar with an average score of 3,97 (hedonic test scale 1=very dislike, 2=dislike, 3=neutral, 4=like, 5=very like). Snack bars combination 30% millet flour:70% arrowroot flour have the best chemical characteristics (value 1,167) and the best sensory characteristics on snack bars from combination of 50% millet four:50% arrowroot flour (value 0,745) based on the DeGarmo effectiveness index test.