Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SEJARAH DAN KEARIFAN LOKAL CIANJUR SEBAGAI SUMBER PEMBINAAN KARAKTER GENERASI MUDA DESA BOBOJONG Kurniawati; Abrar; M. Fakhruddin; Pamela Ayesma; Triasih Kartikowati
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 (2022): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract This article aims to foster character education for the younger generation as agents of national change. One of the steps and the right way to implement character education is through local history. Cianjur is an area that is famous for its culture and historical traces. Famous in this area are the three pillars of culture, namely Ngaos, Mamaos, and Maenpo. So that this community service activity is carried out in Cianjur Regency, especially in Bobojong Village. This PKM activity is focused on youth. The method used in this service consists of three stages, namely (1) Planning, in which researchers coordinate between Postgraduate UNJ and the Cianjur Regency, (2) Implementation Phase, which is carried out on June 25, 2022, activities are carried out by holding discussions about local history in Bobojong Village, and (3) the evaluation stage, namely by distributing questionnaires to participants, so that the results obtained with this activity greatly helped the youth in increasing knowledge, especially about history, and fostered the interest of the youth to love history. Therefore, utilizing local history is the right step to instill character in the younger generation. Indonesia, which is rich in culture and historical traces, is very interesting if it can be used to foster character education in the younger generation. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menumbuhkan pendidikan karakter kepada generasi muda sebagai agen perubahan bangsa. Salah satu langkah dan cara tepat dalam menerapkan pendidikan karakter adalah melalui sejarah lokal. Cianjur adalah wilayah yang terkenal dengan budaya dan jejak-jejak sejarah. Yang terkenal di wilayah ini adalah tiga pilar budaya yaitu Ngaos, Mamaos, dan Maenpo. Sehingga kegiatan pengabdian masyrakat ini dilaksanakan di Kabupaten Cianjur, Khususnya di Desa Bobojong. Kegiatan PKM ini difokuskan kepada para pemuda. Adapun metode yang digunakan dalam pengabdian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) Perencanaan, yaitu peneliti melakukan koordinasi antara Pascasarjana UNJ dan pihak Kabupaten Cianjur, (2) Tahap Pelaksanaan, yaitu dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2022, kegiatan dilakukan dengan mengadakan diskusi tentang sejarah lokal yang ada di Desa Bobojong, dan (3) Tahap evaluasi, yaitu dengan menyebarkan anket kepada peserta, sehingga di dapat hasil dengan adanya kegiatan ini sangat membantu para pemuda dalam menambah pengetahuan khususnya tentang sejarah, dan menumbuhkan ketertarikkan para pemuda untuk mencintai sejarah. Oleh karena itu dengan memanfaatkan sejarah lokal merupakan langkah yang tepat untuk menanamkan karakter pada generasi muda. Indonesia yang kaya akan budaya dan jejak-jejak sejarah sangat menarik jika bisa dimanfaatkan dalam menumbuhkan pendidikan karakter pada generasi muda.
Edukasi Bercerita Bagi Pemandu Wisata Lokal di Desa Cisaat Subang Jawa Barat Abrar; M. Hasmi Yanuardi; Rahmat Darmawan; Raka Al Cuza Adnan Kadar; Nadia Hayyu Furuhita; Muhammad Prihatantyo
Satwika: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 1 (2023): SATWIKA: Volume 3, Number 1, June 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/satwika.030101

Abstract

Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah peningkatan kemampuan pemandu wisata lokal mengenai bercerita (storytelling). Kegiatan ini dilakukan karena pemandu wisata lokal di Desa Cisaat belum mempunyai data bercerita yang terstruktur dan akurat. Oleh karena itu pemandu wisata belum mampu memberikan informasi kepada wisatawan secara profesional. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini; studi lapangan, diskusi dan penugasan. Solusi dari permasalahan yang dihadapi kelompok sadar wisata tersebut dengan memberikan penyuluhan mengenai bercerita berdasarkan kaedah keilmuan storytelling sehingga peserta kegiatan dapat secara konseptual memahami bercerita merupakan sesuatu yang terstruktur. Bercerita mempunyai struktur yang terdiri dari; karakter, tujuan, tantangan, dan resolusi.. Temuan dari kegiatan ini terdapat 17 objek wisata yang secara struktur bercerita belum terdata dan terdokumentasi secara akurat.