Muhammad Syahril Badri Kusuma, Muhammad Syahril Badri
Staf Pengajar KK TSA, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - ITB

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Studi Pengembangan Peta Indeks Resiko Banjir pada Kelurahan Bukit Duri Jakarta Kusuma, Muhammad Syahril Badri; Rahayu, Harkunti P.; Farid, Mohammad; Adityawan, M. Bagus; Setiawati, Tia; Silasari, Rasmiaditya
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2830.235 KB)

Abstract

Abstrak. Banjir merupakan bencana yang sering terjadi di ibukota DKI Jakarta dengan kejadian terbesar pada tahun 2007. Penentuan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah banjir dapat dibantu dengan pemetaan resiko banjir. Daerah studi kasus dalam penelitian ini adalah Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta yang terletak di hulu pintu air Manggarai. Penelitian difokuskan pada estimasi bahaya banjir, kerentanan, kapasitas, dan resiko di daerah studi. Peta genangan banjir dikembangkan dengan model matematis aliran 1-D tak tunak DUFLOW dengan hidrograf banjir tahun 2007. Limpasan hidrograf banjir akan membebani daerah retensi dan menyebabkan variasi genangan. Indeks bahaya banjir dianalisis berdasarkan peta genangan dengan diverifikasi data lapangan. Analisis indeks kerentanan menggunakan parameter jaringan pipa dan kabel, jenis bangunan, sebaran populasi, dan potensi bahaya kolateral. Analisis indeks kapasitas memakai parameter kondisi pompa, tanggul, dan intervensi (peningkatan kewaspadaan banjir). Peta resiko dievaluasi menggunakan GIS dalam skenario optimis dan pesimis dengan persamaan: resiko = bahaya x kerentanan / kapasitas. Intervensi pada skenario optimis menunjukkan penurunan resiko signifikan di beberapa daerah, sedangkan pada skenario pesimis tidak berbeda dibandingkan kondisi eksisting. Peta resiko kondisi eksisting  dianalisis serupa dengan keadaan aktual, dimana daerah studi merupakan daerah beresiko banjir tinggi karena perumahan penduduk yang padat dan kapasitas penanggulangan banjir yang tidak memadai.Abstract. Flood is a frequent disaster in DKI Jakarta with the worst event occurred in 2007. Determining right steps to resolve flooding problem can be assessed by developing flood risk map. Case study area observed is Kelurahan Bukit Duri, Tebet Subdistrict, Jakarta, at Manggarai floodgate upstream. This study emphasizes on the estimation of flood hazard (inundation), vulnerability, capacity, and risk of case study. Inundation map is developed with 1-D steady flow mathematical model DUFLOW with 2007 flood hydrograph input. Overflow water from flood hydrograph will inundate retention area and create inundation. Flood hazard index is based on inundation depth and verified with field data. Vulnerability index parameters are infrastructure lifeline network, building quality, population distribution, and possible source of collateral hazard. Capacity index parameters are pump and dike conditions and intervention (flood awareness improvement). Risk map evaluation uses GIS in optimistic and pessimistic scenarios with equation: risk = hazard x vulnerability / capacity. Intervention in optimistic scenario shows significant risk reduction in some areas, while pessimistic scenario shows similar result with existing condition. Existing condition risk map is able to present actual condition of high flood risk in case study area caused by dense residential area and inadequate flood prevention capacity.
Simulasi Numerik Perambatan Banjir Akibat Keruntuhan Bendungan dengan Metode Volume Hingga-Cell Center Natakusumah, Dantje K.; Kusuma, Muhammad Syahril Badri; Ramadhan, Mochamad Rizky
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.266 KB)

Abstract

Abstrak. Makalah ini menjelaskan model numerik untuk mensimulasikan fenomena banjir akibat keruntuhan bendungan. Fenomena ini perlu dikaji karena bencana keruntuhan bendungan dapat menimbulkan kerusakan dan menimbulkan korban jiwa. Model numerik yang dikembangkan adalah metode volume hingga explisit dengan skema sel terpusat yang bekerja pada suatu sistem grid yang tidak beraturan. Metode volume hingga yang digunakan ini, yang pertama kali dikembangkan untuk menyelesaikan persamaan-persamaan Euler Compresible yang selanjutnya dimodifikasi untuk menyelesaikan persamaan St. Vennant dua dimensi yang diturunkan dari persamaan hidrodinamika perairan dangkal. Pada model numerik ini, diskritisasi ruang diselesaikan menggunakan metode volume hingga dengan skema sel terpusat (cell-centered finite volume method) dan integrasi waktu diselesaikan menggunakan metode Runge-Kutta bertingkat. Untuk meredam osilasi numerik yang mungkin timbul akibat tidak adanya suku difusi digunakan disipasi numerik buatan. Sebagai kondisi batas dinding dipakai asumsi tidak ada aliran yang menembus dinding dan sebagai kondisi batas aliran digunakan metode karakteristik aliran. Studi banding hasil aplikasi model dilakukan untuk kasus-aliran akibat keruntuhan bendungan dan aliran permukaan. Perbandingan hasil dengan hasil eksperiment dan hasil model numerik lain ternyata memberikan kesesuaian hasil yang baik. Makalah ini juga membahas hasil aplikasi model untuk memprediksi rambatan aliran akibat kasus hipotetis bencana keruntuhan dari Bendungan Lawe-lawe. Kajian sepeti ini diperlukan untuk upaya mitigasi apabila terjadi keruntuhan bendungan tersebut. Abstract. This paper describes a numerical model to simulate the phenomenon of flooding due to dam collapse. This phenomenon needs to be studied because of catastrophic dam collapse could inflict damage and cause casualties. Numerical model developed is based on cell-centered finite volume method with explicit time step that works on an irregular grid system. The method used by this volume, which was first developed to solve the Euler equations Compressible which is further modified to solve the equation St. Vennant two-dimensional hydrodynamic equations derived from the shallow waters equations. In this numerical model, the discretization space is solved using the method of volume to cell centered scheme (cell-centered finite volume method) and the integration time is solved using the Runge-Kutta method stratified. To dampen numerical oscillations that may arise due to lack of diffusion terms was overcome using artificial numerical dissipation. For wall boundary conditions, no flow through the wall condition was implemented, and for flow boundary conditions, the method of flow characteristics was implemented. Comparative study of the results of the model application were done for case-flow due to the collapse of the dam and surface runoff. Comparison of the results with the results of experiments and other numerical model results shows a good results agreement. This paper also discusses the results of application of the model to predict the propagation of the flow due to the hypothetical case of a dam collapse disaster Lawe-lawe dam. A case study is required for mitigation in the event of collapse of Lawe-Lawe dam.
Kajian Model Matematik Pengaruh Pemanfaatan Waduk pada Kapasitas Sistem Pengendalian Banjir Jakarta Wilayah Tengah Kusuma, Muhammad Syahril Badri; Hadihardaja, Iwan Kridasantausa; M, Rommy
Jurnal Teknik Sipil Vol 14, No 4 (2007)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.615 KB)

Abstract

Abstrak. Pelaksanaan kegiatan pengendalian banjir wilayah DKI Jakarta berpedoman pada konsep Prof. H. Van Breen (1918), yang direncanakan pada saat wilayah Kota Jakarta (Batavia) masih memiliki luas wilayah 125 km2. Namun seiring dengan perkembangan Kota Jakarta yang menyebabkan perluasan wilayah (650 km2 pada tahun 1974) dirasakan perlu adanya modifikasi metoda tersebut, terutama berkaitan dengan pengendalian aliran permukaan dari hulu DAS Ciliwung. Penyebab banjir yang akan dikaji ialah aliran permukaan (run off) yang terdiri dari run off lokal wilayah Jakarta dan run off dari hulu DAS Ciliwung, dengan penempatan waduk unregulated pada wilayah DAS Ciliwung. Perlunya waduk pada DAS Ciliwung disebabkan adanya kecenderungan meningkatnya curah hujan terutama pada saat puncak musim penghujan pada wilayah tersebut, yang diiringi dengan perubahan tata guna lahan pada hampir semua wilayah DAS, sehingga memperbesar koefisien pengaliran yang merupakan cerminan dari  semakin berkurangnya kemampuan tanah untuk melakukan proses infiltrasi terhadap aliran permukaan. Hasil studi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa waduk yang diusulkan tersebut hanya merupakan suatu upaya yang tidak akan memberikan kontribusi nyata tanpa adanya dukungan sistem pengendalian banjir lainnya. Oleh sebab itu dibutuhkan kinerja yang sinergis dari seluruh metoda pengendalian banjir yang telah ada, sehingga dapat saling menyempurnakan kinerja pengendalian banjir dimasa mendatang. Abstract. The concept of flood control which issued by Prof. H. Van Breen (1918) that explained Master Plan of Jakarta’s Flood Control in comprehensive stage. For additional information, Batavia had 125 km2 when Prof. H. Van Breen arranged The Master Plan of Jakarta’s Flood Control. But, according the improvement of Jakarta’s area (650 km2 in 1974) there have been needed some modification of flood control concept to support the last mechanism, especially in relation with run off control from the up stream of Ciliwung Basin. Cause of flood that will try to analyze is run off which consist from local run off and up stream run off, with use unregulated reservoir in Ciliwung Basin. Reservoir which recommended should has capability to receiving run off from up stream. Based the needed of reservoir are the increasement of rainfall intensity, especially at the peak of rainy season, and followed by the change of land use at catchments area in large proportion, until give contribution to increasement of run off coefficient which show how reduction of soil capability for doing infiltration process. The result of study shows, the reservoir which recommended is only an effort that will not give significant contribution without support from another flood control method. So there are need better relation performance from all flood control method, and  interdependence support another method until find the perfect rules of performance in the future.
Kajian Sistim Pengendalian Banjir Wilayah Tengah DKI-Jakarta Terhadap Beban Hidrograf Banjir Akibat Hujan Merata Kusuma, Muhammad Syahril Badri; Tjahjadi, Dedi; Bagus, Bagus; Farid, Farid
Jurnal Teknik Sipil Vol 14, No 1 (2007)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.679 KB)

Abstract

Abstrak. Sistem Pengendalian Banjir Wilayah Tengah DKI-Jakarta terdiri dari jaringan saluran terbuka, pompa, pintu pengendali dan waduk retensi. Makalah ini menyajikan hasil studi model matematik 1 dimensi mengenai perilaku hidraulis dari sistem pengendalian tersebut diatas terhadap beban banjir rencana yaitu Q100 dan debit banjir yang terjadi pada banjir 2002. Perilaku hidraulis didefinisikan sebagai kombinasi pengoperasian bangunan pengontrol untuk memanfaatkan kapasitas system pengendalian tersebut terhadap beban banjir. Beban banjir diperhitungkan sebagai hidrograf banjir akibat hujan merata yang ditempatkan pada tiap inlet system tersebut. Perilaku hidraulik sistem tata air yang ada diketahui dari hasil pengukuran lapangan dan data sekunder. Hasil kajian menyimpulkan bahwa Kapasitas Sistem pengendalian Banjir Wilayah Tengah Jakarta lebih kecil dari debit banjir Q100 dan hanya hanya mampu melayani beban banjir dari system drainase setempat. Genanganpada beberapa daerah mulai terjadi pada saat debit banjir mencapai besaran Q25 dan meningkat drastis pada saat mendapat limpahan banjir dari hulu.Abstract. The flood control system of middle Jakarta consists of open channels system, gates, pumping station and small reservoir. This paper presents mathematical model study on the hydraulic behavior of the above flood control system due to the design flood of Q100 and to the highest expected flood discharges (Q1000) as it was recorded in 2002. The hydraulic behavior is defined as a combination of control structure operation for maximizing the system capacity in responding the flood. The flood discharge is defined as a flood hydrograph generated in each inlet sub-system by a well distributed (homogeneous) rain fall. Lay out and canal dimension of the existing flood control was determined by field investigation and available secondary data. Based on this study, it is found that the flood control capacity is smaller than Q100 and capable only for the flood discharge of the local drainage system. The inundation has already started when the flood discharge due the Q25 is achieved and significantly increased when the upstream flood discharge is entered to the channel system.