Laksono, Bayu Budi
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS Dr. Soepraoen Malang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN TEH DAUN TIN (Ficus Carica) DOSIS DUA KALI SEHARI TERHADAP KADAR TOTAL KOLESTEROL PADA MAHASISWA OBESITAS DI POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN MALANG Laksono, Bayu Budi; Jamil, Mokhtar
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2018
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.348 KB)

Abstract

Hypercholesterolemia is a condition when cholesterol levels exceed normal range. Hypercolesterolemia  associated with an increased risk of cardio vascular diseases such as Acute Coronary Syndromes (ACS) and Cerebro Vascullar Accident. It is estimated that more than 6 million people suffer from hypercholesterolemia worldwide. College students are a population at risk of suffering from hypercholesterolemia due to an irregular lifestyle accompanied by a lack of physical activity. Tin leaf (Ficus Carica) tea can be used to control cholesterol levels. This research used Quasi experiment design with Repeated measurement (pretest and posttest) design approach. Research Sample were 23 students with obesity who were divided into 2 groups  Repeated ANOVA analysis show there are significant differences between groups (p = 0.017). Bonferoni Post Hoc analysis shows that there are significant differences between Pretest and post test data in the first week (p = o.011). Flavonoids and pectin in the tin leaf (Ficus carica) play an important role in cholesterol regulation. Flavonoids can increase the expression of HDL-C (good cholesterol), whereas pectin increases the secretion of sterols in Cecal metabolism. Consumption of  twice daily tin leave tea  was proven in reduce blood cholesterol levels in respondents. It can be conclude there were significant differences of total cholesterol levels before treatment, 1 week after and 2 weeks after administration of Tin (ficus carica)  tea  leaf with a dose twice a day in Obese College students at the Poltekkes Rumah sakit dr. Soepraoen Malang. Key Words: Cholesterol, College Student, Obesity,Tin (ficus carica)
PENGARUH PEMBERIAN TEH DAUN TIN (Ficus Carica) DOSIS DUA KALI SEHARI TERHADAP KADAR TOTAL KOLESTEROL PADA MAHASISWA OBESITAS DI POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN MALANG Bayu Budi Laksono; Mokhtar Jamil
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.348 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v4i2.88

Abstract

Hypercholesterolemia is a condition when cholesterol levels exceed normal range. Hypercolesterolemia  associated with an increased risk of cardio vascular diseases such as Acute Coronary Syndromes (ACS) and Cerebro Vascullar Accident. It is estimated that more than 6 million people suffer from hypercholesterolemia worldwide. College students are a population at risk of suffering from hypercholesterolemia due to an irregular lifestyle accompanied by a lack of physical activity. Tin leaf (Ficus Carica) tea can be used to control cholesterol levels. This research used Quasi experiment design with Repeated measurement (pretest and posttest) design approach. Research Sample were 23 students with obesity who were divided into 2 groups  Repeated ANOVA analysis show there are significant differences between groups (p = 0.017). Bonferoni Post Hoc analysis shows that there are significant differences between Pretest and post test data in the first week (p = o.011). Flavonoids and pectin in the tin leaf (Ficus carica) play an important role in cholesterol regulation. Flavonoids can increase the expression of HDL-C (good cholesterol), whereas pectin increases the secretion of sterols in Cecal metabolism. Consumption of  twice daily tin leave tea  was proven in reduce blood cholesterol levels in respondents. It can be conclude there were significant differences of total cholesterol levels before treatment, 1 week after and 2 weeks after administration of Tin (ficus carica)  tea  leaf with a dose twice a day in Obese College students at the Poltekkes Rumah sakit dr. Soepraoen Malang. Key Words: Cholesterol, College Student, Obesity,Tin (ficus carica)
LITERATURE REVIEW EFEKTIFITAS TERAPI FIBRINOLITIK DAN PPCI (PRIMARY PERCUTANEUS CORORNARY INTERVENTION) SEBAGAI ALTERNATIVE TERAPI REVASKULERISASI PADA ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) Bayu Budi Laksono
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Latar belakang Sindrom koroner akut (ACS) merupakan suatu konstelasi gejala klinis yang mengindikasikan infark miokard akut (MI) (The American College of Cardiology and the American Heart Association, 2001). Acute Coronary Syndrome (ACS) berpotensi mengancam kehidupan. ACS merupakan penyebab utama dari perawatan medis darurat dan rawat inap di Amerika Serikat.Penyakit jantung koroner (ACS) menyebabkan 405 309 kematian pada tahun 2008 dan setiap tahun, diperkirakan muncul 785 000 kasus ACS baru di Amerika dan diperkirakan 470.000 diantaranya berpotensi mengalami serangan ulang (Véronique, et al., 2012). Penatalaksanaan segera pada kejadian Sindrom koroner akut (ACS) menjadi upaya krusial. Proses revaskularisasi segera merupakan tindakan awal yang harus dilakukan. Proses revaskularisasi segera dapat dilakukan antara lain dengan fibrinolitik dan PPCI (Primary Percutaneous Coronary Intervention). Dalam kajian ini penulis akan mencoba memaparkan bagaimana prosedur PPCI (Primary Percutaneous Coronary Intervention) dilakukan dan analisis efektifitas antara du metode revaskularisasi tersebut. Metode Studi literature dipilih oleh penulis dalam penyajian kajian ini. Peneliti telah mengumpulkan, menyeleksi dan melakukan analisa terhadap sejumlah literature yang sesuai dengan topic kajian. Hasil Secara umum, PPCI merupakan modalitas utama dengan tingkat keberhasilan tinggi pada kasus ACS. Angioplasti koroner dengan atau tanpa penempatan stent adalah pengobatan pilihan untuk pengelolaan STEMI yang dapat dilakukan secara efektif dengan door to ballon 90 menit oleh tenaga terampil (Robert, et al., 2010). Namun dalam keadaan dimana PPCI tidak tersedia, penanganan menggunakan fibrinolisis sangatlah dianjurkan.Fibrinolytic therapy adalah modalitas pengobatan definitive untuk pasien dengan STEMI yang dapat dilakukan dalam waktu 12 jam dari onset gejala dan tidak memiliki kontraindikasi untuk penggunaannya. Fibrinolytic therapy direkomendasikan untuk STEMI jika onset gejala telah dalam waktu 12 jam presentasi dan PPCI tidak tersedia dalam waktu 90 menit pertama kontak medis (Class I, LOE A). Sebelum menerima Fibrinolytic therapy pasien terlebih dahulu harus menjalani penapisan resiko penggunaan fibrinolitik baik absolute maupun relative. (Robert, et al., 2010). PPCI terbukti lebih unggul untuk terapi trombolitik dalam mengurangi tingkat kematian, reinfarction, iskemia berulang, reocclusion dari arteri yang sama, dan stroke (Hochman, et al., 1997). Kesimpulan Terapi reperfusi baik fibrinolitik dan PPCI merupakan solusi yang dapat mengatasi proses patologis yang terjadi. PPCI dapat dijadikan modalitas utama dalam usaha reperfusi arteri koroner namun proses ini harus dilakukan segera (< 90 menit setelah onset gejala) pada instalasi dengan peralatan memadai. Apabila PPCI tidak mungkin dilakuakan terapi fibrinolitik dapat segera dilakukan dalam waktu kurang dari 30 menit dengan mempertimbangkan contra indikasi pada pasien. Pemberian fibrinolitik pada seting prehospital harus memperhatikan resiko pendarahan yang mungkin terjadi.Mengingat haltersebut maka penggunaan Prehospital Fibrinolitic chectist harus dilakuakn sebagai sceening awal pemberian prehospital fibrinolitic. Kata Kunci: Sindrom Coroner Akut (ACS), revaskularisasi, PPCI, fibrinolitik Abstract Background Acute Coronary Syndrome (ACS) is a constellation of clinical symptoms indicating acute myocardial infarction (MI) (The American College of Cardiology and the American Heart Association, 2001). Acute Coronary Syndrome (ACS) is potentially life threatening. ACS is a major cause of emergency care and hospitalization in the United States. Coronary heart disease caused 405 309 death in 2008 and estimated 785 000 new cases of ACS occure every year in the United States with estimated 470,000 case potentially suffered repeated attacks (Véronique et al, 2012). An immediate treatment onacute coronary syndrome (ACS) becomes a crucial effort. Immediate revascularization process is the first action that must be done. Immediate revascularization process can be done for example by fibrinolytic And PPCI (Primary Percutaneous Coronary Intervention). In this study the authors will try to explain how the procedure PPCI (Primary Percutaneous Coronary Intervention) and fibrinolisys theraphyconduct and analyzethe effectiveness between two revascularization methods. Methods The literature review method had chosen by the authors in this study. Researchers have been collecting, selecting and analyzing a number of literatures according to the topic of study. Results In general, PPCI is a major modality with a high success rate in the case of ACS. Coronary angioplasty with or without stent placement is the preferred treatment for the management of STEMI can be done effectively with door to balloon in 90 minutes by skilled opperator (Robert E et al, 2010). However, in circumstances where PPCI is not available, treatment with fibrinolysis is recommended. Fibrinolysis therapy is the definitive treatment modality for patients with STEMI can be done within 12 hours of onset of symptoms and had no contraindication. Fibrinolysis therapy is recommended for STEMI if the onset of symptoms was within 12 hours of presentation and PPCI is not available within 90 minutes of first medical contact (Class I, LOE A). Patient must be screened by several absolute or relative risk checklist of Fibrinolysis therapy before receiving treatment (Robert, et al., 2010). PPCI shown to be superior to thrombolytic therapy in reducing the rate of death, reinfarction, recurrent ischemia, arterial reocclusion and stroke (Hochman, et al., 1997). Conclusion Reperfusion therapy both fibrinolysis and PPCI is a solution that can applied in ACS. PPCI can be used as the primary modality in coronary artery reperfusion effort but this process must be done quickly (
Gambaran Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Diri (Self-Care) pada Penderita Skizofrenia Dimas Ilham Putra Irwanda; Dian Pitaloka Priasmoro; Bayu Budi Laksono
Nursing Information Journal Vol 2 No 2 (2023): Nursing Information Journal
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/nij.v2i2.315

Abstract

Pendahuluan: Angka gangguan jiwa di Indonesia yang semakin meningkat menimbulkan dampak salah satunya adalah semakin tingginya angka ketergantungan dalam perawatan diri (self-are). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self-are) pada pasien yang menderita skizofrenia. Metode: Desain penelitian adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan keluarga dalam perawatan diri (self-care) pada penderita skizofrenia. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 161 penderita skizofrenia. Sampel dalam penelitian ini adalah 70 responden. Penelitian ini dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ampelgading Kabupaten Malang pada 13 – 18 Juni 2022. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Accidental Sampling dan didapatkan 70 responden. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan analisis Univariat dan disajikan dalam bentuk persentase. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan keluarga dalam perawatan diri (self-are) pasien skizofrenia hampir seluruhnya memiliki kemamuan sedang sejumlah 59 orang (84%), sebagian kecil memiliki kemampuan tinggi sejumlah 11 orang (16%), dan tidak satupun keluarga yang memiliki self-care rendah. Kesimpulan: Secara umun kemampuan self-care yang dimiliki keluarga untuk merawat anggota kemuarga yang mengalami skizofrenia pada sedang atau baik dan tinggi atau sangat baik. Penelitian ini diharapkan ada upaya dari puskemas terkait informasi bagaimana cara untuk meningkatkan perawatan diri (self-care), dan memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya mendampingi penderita skizofrenia, dan memberikan informasi tentang komitmen bagaimana cara memanajemen waktu ketika merawat pasien.
Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe II Fina Kartika Damayanti; Dian Pitaloka Priasmoro; Bayu Budi Laksono
Nursing Information Journal Vol 2 No 2 (2023): Nursing Information Journal
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/nij.v2i2.377

Abstract

Pendahuluan: Angka kejadian DM tipe II menunjukkan signifikan bahwa banyak masyarakat yang tidak mengetahui penyakit DM Tipe II. Kasus DM tipe II dari tahun ke tahun terjadi peningkatan 10% untuk setiap tahunnya. Kondisi ini dipengaruhi pengetahuan pada pasien mengenai dampak diabetes melitus tipe II namun tidak mengenali bagaimana cara perawatan jangka panjangnya dan bisa berakibat komplikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus tipe II. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi pasien DM tipe II yang menjalani perawatan di unit rawat jalan Puskesmas Poncokusumo sebanyak 60 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling sehingga didapatkan sampel sejumlah 45 orang. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan pasien tentang DM Tipe II. Lokasi penelitian terbagi menjadi 2 yaitu pada unit rawat jalan puskesmas poncokusumo dan kegiatan prolanis di Desa Pandansari pada tanggal 18-22 April 2022 dilanjutkan kembali pda tanggal 16-19 Mei 2022. Instrumen penelitian menggunakan kuisoner berbentuk angket dan analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pasien tentang pengetahuan penyakit DM Tipe II lebih dari setengan jumlah responden berpengetahuan kurang sebanyak 23 orang (51%). Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan bahwa masih banyak pasien dengan penyakit kronis khususnya DM tipe II pasien masih kurang pengetahuan tentang penyakitnya. Faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah kurang dalam menerima sumber informasi dikarenakan usia mereka dan pendidikan. Dalam dunia keperawatan diharapkan perawat dapat memberikan motivasi, edukasi dan mengaktifkan peran keluarga untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dialaminya. Sehingga pasien lebih semangat untuk mengontrol gula darahnya dengan baik melalui pengaturan dan menjaga pola makan maupun aktifitas dirumahnya.
The Effect Of Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Training On Knowledge, Attitudes And Practices Of Pool Guards Mokhtar Jamil; Bayu Budi Laksono; Merisdawati MR
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Kesehatan dr. Soebandi
Publisher : LPPM Universitas dr. Soebandi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36858/jkds.v9i1.271

Abstract

Introduction: CPR is a very vital implementation in cases of cardiac arrest. The occurrence of cardiac arrest is influenced by several factors one of cause is drowning. Pool lifeguard is one of the jobs that has the potential to find cases of cardiac arrest but the majority of them have never received CPR training. The purpose of this study was to determine the effect of pulmonary resuscitation (CPR) training on knowledge, attitudes and practices on the management of cardiac arrest. Objective: To determine the effect of pulmonary resuscitation (CPR) training on knowledge, attitudes and practices on the management of cardiac arrest. Methods: This study uses a pre-experimental design with one group pretest-posttest design. The sampling technique uses total sampling of 10 pools lifeguards of Metro swimming pool, Kepanjen. Research conducted in May 16-17 2019 at Kepanjen Metro Swimming Pool. The independent variable is Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) training and the dependent variable is the knowledge, attitude, and practice of cardiac arrest management. Results: Statistical tests using the Wilcoxon Test with result variable knowledge p value = 0.002; attitude p value = 0.007; and practice p value = 0.004. All three variables show the effect of CPR training with increase in knowledge, attitudes and practices in pool guards. Limitation of this study is time for evaluation too fast, only one day away from research. Conclusion: Several things that influence the results of this study are information exposure, experience, education level, body mass index (BMI), and gender. It is hoped that pool lifeguard can apply first-aid cardiopulmonary resuscitation (CPR) to drowning victims
Gambaran Mekanisme Koping pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi D-III Keperawatan dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di ITSK RS dr. Soepraoen Putri Ratna Wulandari; Dian Pitaloka Priasmoro; Bayu Budi Laksono
Nursing Information Journal Vol 3 No 1 (2023): Nursing Information Journal
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/nij.v3i1.324

Abstract

Pendahuluan: Penyusunan Karya Tulis Ilmiah merupakan tugas yang susah diselesaikan bagi mahasiswa, karena banyaknya hambatan. Hal tersebut membuat banyak mahasiswa putus asa, stress, cemas berlebihan, depresi, sampai tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu, dan dapat mengarah pada ide atau perilaku bunuh diri bahkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir program studi D-III Keperawatan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah di ITSK RS dr.Soepraoen. Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasinya adalah semua mahasiswa tingkat akhir program studi D-III Keperawatan ITSK RS dr. Soepraoen sebanyak 246 orang. Sampel penelitian ada 156 mahasiswa didapatkan dengan teknik concecutive sampling. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat ukur dan data yang didapatkan dianalisa menggunakan analisis univariat. Hasil: penelitian menunjukkan sebagian besar dalam kategori adaptif sebanyak 104 mahasiswa (67%) dan hampir setengah responden dalam kategori maladaptif sejumlah 52 mahasiswa (33%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia dan jenis kelamin. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, maka diperlukan sosialisasi yang lebih intens kepada mahasiswa dari jurusan atau prodi sehingga mahasiswa akan lebih memahami dan dapat membangun koping yang adatif.