Yulia Wiji Astika
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Setih Setio Muara Bungo

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Kerjasama Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Anak Didik Melalui Lembaga Kursus Bahasa Inggris Yulia Wiji Astika; Delvita Juniarsih; Irda Rahayu
Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.513 KB) | DOI: 10.56957/jsr.v3i4.124

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam kerjasama peningkatan kemampuan Bahasa Inggris anak didik melalui Lembaga Kursus, mengetahui hambatan-hambatan dan upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam kerjasama dengan lembaga kursus.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, kepala bidang pendidikan nonformal dan bawahanya, serta pimpinan dan anak didik pada Lembaga Kursus. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 (tujuh) orang.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan pemerintah daerah dalam kerjasama peningkatan kemampuan Bahasa Inggris anak didik melalui lembaga kursus Bahasa Inggris sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari kerjasama yang dilakukan antara pemerintah daerah dengan pihak kursus secara tertulis memang tidak ada, namun kerjasama yang terjalin yaitu berupa rekomendasi izin mendirikan kursus. Hambatan dalam kebijakan pemerintah daerah dalam kerjasama peningkatan kemampuan Bahasa Inggris anak didik yaitu mengenai dana, jarak tempuh, dan keterampilan dalam melakukan kerjasama. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut yaitu pemerintah memberikan kesempatan yang sama pada semua lembaga kursus dalam memperoleh bantuan, bagi petugas asesor yang mendapat tugas untuk melakukan penilaian langsung berupaya tetap konsisten dalam jadwal yang sudah ditentukan, dan mengupayakan tenaga pengajar yang berkompeten serta memiliki skill yang baik dalam hal kerjasama.
Kesulitan Yang Dialami Mahasiswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris Yulia Wiji Astika; Siti Rahmiati; Teta Wismar; Dyah Puji Astuti
Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora Vol 1, No 2 (2017): Desember
Publisher : Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.611 KB) | DOI: 10.56957/jsr.v2i3.67

Abstract

Artikel tersebut membahas tentang kesulitan mahasiswa dalam berbicara, faktor-faktor penghalang pada kesulitan mahasiswa dalam berbicara, dan upaya untuk menyelesaikan masalah dalam berbicara. Kesimpulan dari artikel ini menunjukkan bahwa kesulitan mahasiswa dalam berbicara takut untuk melakukan kesalahan, mereka tidak memiliki rasa percaya diri, waktu yang terbatas dalam menggunakan bahasa Inggris, kosakata rendah, pengucapan, dan tata bahasa, kuantitas mereka dalam pembelajaran berbicara, dan faktor psikologis mereka. Kemudian, faktor penghambat kesulitan siswa dalam berbicara adalah ketidakmampuan dalam berbicara, tidak ada motivasi, mahasiswa merasa malu dan tidak memiliki kemauan untuk berbicara, mereka biasanya menggunakan bahasa ibu, lebih sedikit tugas yang diberikan kepada mereka, sulit topik, dosen mengajar dengan serius, dan kurang menggunakan bahasa Inggris di kelas oleh mereka. Sementara itu, upaya untuk menyelesaikan masalah dalam berbicara diberikan saran kepada mahasiswa agar mereka merasa percaya diri di kelas, menciptakan persahabatan dan menghidupkan kembali suasana yang baik di kelas, menemukan strategi yang baik sehingga mereka dapat berkomunikasi satu sama lain, menganggap bahwa berbicara Bahasa Inggris adalah cara yang baik untuk membangun rasa percaya diri mereka untuk berbicara, penting untuk masa depan, dan menggunakan pembelajaran kooperatif, permainan, dan metode KWL dalam berbicara.