Peter Pratistha Utama
Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Subsurface Geology and Hydrothermal Alteration of The “X” Geothermal Field, West Java: A Progress Report Peter Pratistha Utama; Pri Utami; Gayatri Indah Marliyani; Randy Wijaya Atmaja
Journal of Applied Geology Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Geological Engineering Department Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9465.263 KB) | DOI: 10.22146/jag.63302

Abstract

“X” geothermal field is one of the geothermal fields in West Java. PT. Y (Persero) developed it since 2014. The geothermal field has produced electricity, with installed capacity amounted to 55 MWe. The “X” geothermal system is vapor-dominated. The geothermal manifestations are located at approximately 2,100 m asl. The “X” field consists of three main upflow zones: Kawah Putih, Kawah Ciwidey, and Kawah Cibuni. This study analyzed the drill cuttings from 3 wells as the primary data with total depths ranging from 1,581 to 2,166 m with the well’s highest stable temperatures measured of ±230°C. The three wells selected for this research—Well A, Well B, and Well C—were analyzed to describe the rock properties and estimate the prospect areas of present-day geothermal exploration in the “X” geothermal field.The paper aims to understand better of the subsurface geology and its correlation to the dynamic processes (i.e., hydrothermal alteration) in the “X” geothermal field. The hydrothermal minerals are formed by near-neutral pH fluids and are characterized by quartz, calcite, clays (smectite, illite, chlorite), wairakite, epidote, and actinolite. Acidic fluids are evident by forming acidic hydrothermal mineral, e.g., anhydrite at various depths of the studied wells, particularly at Well C which is located around Sugihmukti-Urug area. Moreover, the previous studies by Reyes (1990), Layman and Soemarinda (2003), Rachmawati et al. (2016), Elfina (2017) on hydrothermal minerals, geothermal manifestation characteristics, fluid geochemistry, and conceptual model are adapted to improve the analysis and interpretation of this paper.
Analisis Potensi Panas Bumi Dua Sudara, Provinsi Sulawesi Utara Menggunakan Integrasi Citra Landsat 8 Dan DEM Peter Pratistha Utama; Dani Mardiati; Ikhwannur Adha
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol 2, No 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1397.894 KB) | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9418

Abstract

Daerah potensi panas bumi Dua Sudara merupakan salah satu lokasi potensi panas bumi di Provinsi Sulawesi Utara. Tatanan tektonik regional lengan utara Pulau Sulawesi yang merupakan busur vulkanik Sangihe berumur Tersier hasil proses subduksi antara antara lempeng samudra Maluku dengan lempeng benua Eurasia menyebabkan melimpahnya keterdapatan gunungapi dan potensi panas bumi pada daerah ini. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh sebagai studi pendahuluan potensi panas bumi di daerah Dua Sudara. Data utama citra Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) digunakan untuk melakukan analisis Fault Fracture Density (FFD) dan analisis kelerengan. Data utama citra Landsat-8 digunakan untuk melakukan analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), analisis composite band, dan analisis Land Surface Temperature (LST). Analisis FFD untuk mengetahui indikasi zona permeabilitas tinggi dalam sistem panas bumi Dua Sudara. Analisis kelerengan untuk menentukan lokasi imbuhan air permukaan. Indikasi lokasi sumber panas sistem panas bumi dan persebaran batuan teralterasi diinterpretasikan dari analisis LST dikorelasikan dengan analisis NDVI dan analisis composite band. Orientasi kelurusan hasil analisis dominan berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan. Sumber panas diinterpretasikan berasal dari Gunung Dua Sudara dan Gunung Batuangus. Indikasi zona outflow berada di sebelah baratlaut Gunung Dua Sudara yang dicirikan oleh sebaran sejumlah manifestasi panas bumi berupa mata air panas dengan orientasi baratlaut-tenggara dan sebaran batuan alterasi hidrotermal. Daerah tangkapan air dan daerah imbuhan diidentifikasi berada di lereng sebelah baratlaut dari Gunung Dua Sudara dan lereng sebelah baratlaut-utara-timurlaut dari Gunung
Penggunaan Citra Landsat untuk Pendeteksian Anomali Suhu Permukaan Sebagai Indikasi Keberadaan Manifestasi Panas Bumi. Studi Kasus: Sipoholon, Indonesia Dani Mardiati; Peter Pratistha Utama; Dessy Apriyanti
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol 2, No 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1706.302 KB) | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9419

Abstract

Sipoholon merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara yang dilewati oleh Sistem Sesar Sumatera. Berdasarkan peta Geologi Lembar Sidikalang, ditemukan adanya manifestasi panas bumi berupa mata air panas (hot spring) di daerah tersebut. Keberadaan manifestasi ini menunjukkan adanya sistem panas bumi yang bekerja di bawahnya. Keberadaan manifestasi panas bumi di suatu daerah akan berpengaruh terhadap suhu permukaan tanah di daerah tersebut. Pendeteksian anomali suhu permukaan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu metode yang mudah untuk dilakukan yaitu menggunakan Citra Penginderaan Jauh. Citra Landsat merupakan salah satu citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan sebagai indikasi adanya manifestasi panas bumi di Sipoholon, Sumatera Utara menggunakan Citra Landsat. Band 10 dan band 11 yang merupakan thermal infrared (TIR) diolah untuk mendapatkan suhu kecerahan (brightness temperature). Band 4 dan 5 digunakan untuk menghitung kerapatan vegetasi (NDVI) dan emisivitas suhu permukaan. Gabungan dari band 10, band 11 dan NDVI digunakan untuk menghitung nilai suhu permukaan tanah (Land Surface Temperature). Data lapangan berupa suhu mata air panas dan suhu permukaan tanah  diambil untuk melakukan verifikasi terhadap analisis citra yang telah dilakukan. Hasil analisis citra menunjukkan bahwa suhu permukaan di lokasi penelitian berkisar antara 16,7°C sampai dengan 28,4°C. Anomali suhu tinggi berada di daerah yang dilewati oleh sesar sumatera. Hasil verifikasi di lapangan menunjukkan hasil yang selaras, terdapat mata air panas di daerah yang dilewati oleh sesar sumatera dengan suhu 35,7 °C – 64,4°C. Sedangkan suhu permukaan tanah berkisar antara 31,3°C – 48,7°C. Hal ini menunjukkan bahwa citra landsat berupa suhu permukaan tanah (LST) dapat digunakan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan sebagai indikasi adanya sistem panas bumi di suatu daerah untuk memudahkan pengerucutan lokasi pada tahap eksplorasi.