This Author published in this journals
All Journal Jurnal Selonding
Yose Beby Ananda Hutahaean
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

BORU SASADA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN MUSIK ETNIS "ARUNA" Yose Beby Ananda Hutahaean; Krismus Purba
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.5873

Abstract

Anak perempuan Batak Toba memiliki ruang sempit dalam hak dan kewajiban untuk memiliki kebahagiaan dan karir. Boru Sasada  menjadi istilah bagi seorang anak perempuan tunggal keluarga Batak Toba. Reinterpretasi kesetaraan gender secara negatif dalam masyarakat Batak Toba sangat besar. Hal ini ditandai dengan keyakinan bahwa anak laki-laki adalah sebuah akar pohon dalam keluarga, sehingga mengkesampingkan bahwa seorang anak perempuan juga berharga. Globalisasi memberikan banyak perubahan terhadap reinterpretasi tersebut, ada positif, namun  ada yang negatif. Sebuah keluarga tentu mengasihi keturunan mereka, namun masyarakat banyak yang tidak sependapat dan memutuskan bahwa sebuah keluarga tanpa anak laki-laki adalah suatu hal yang hina. Sementara, seorang perempuan pada dasarnya akan selalu bermain perasaan dalam menanggapi cerita dalam hidupnya. Sangat menarik ketika adat dan istiadat menjunjung tinggi kehadiran seorang anak laki-laki, akan tetapi Tuhan memberikan karunia anak perempuan. Mengaplikasikan suasana hati dan perasaan puteri tunggal masyarakat Batak Toba ke dalam penciptaan musik etnis didahului dengan penelitian yang mencari tahu apa saja perasaan dari puteri tunggal  masyarakat Batak, kemudian penciptaan menggunakan ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil penelitian ketika anak perempuan dikesampingkan, berdasarkan bagaimana orangtua meyakinkan dan mendukungnya. Masyarakat yang hidup di era globalisasi akan mampu berpikir dengan lebih terbuka, dan tidak seenaknya menghina.  Putri tunggal Batak Toba dan perasaannya menjadi sebuah fokus pada karya musik etnis berjudul “Aruna”