Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pemanfaatan Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Untuk Pengendalian Myxobolus Pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L.) Almira Fardani Lahay; Gunanti Mahasri; Sudarno Sudarno
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 2 No. 1 (2013): JAFH Vol 2 No 1 Februari 2013
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.823 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v2i1.17983

Abstract

Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki harga jual yang tinggi adalah ikan mas koi (Cyprinus carpio), akan tetapi di dalam pemeliharaan ikan mas koi tetap tidak lepas dari masalah kesehatan, terutama pada saat terserang penyakit, yang mengakibatkan kerugian ekonomis bagi para pembudidaya ikan mas koi. Penyakit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Salah satu jenis penyakit yang banyak menyerang ikan mas koi adalah Myxobolusis yang disebabkan oleh parasit Myxobolus. Saat ini banyak tumbuhan tradisional yang sudah ditemukan memiliki zat anti parasit, Salah satu tumbuhan tersebut adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia). Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan dan konsentrasi yang tepat perasaan buah mengkudu (Morinda citrifolia) untuk mengendalikan infeksi Myxobolus pada ikan mas koi. Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai rancangan percobaan. Perlakuan yang digunakan adalah dosis perasan buah mengkudu yang berbeda yaitu A (0%), B (1%), C (2%), Dan D (3%) masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali. Analisis data menggunakan ANOVA dan Kruskall Wallis dan untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan dan Uji Independent dua sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis perasan buah mengkudu yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap infeksi myxobolus. Perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan C (2%) untuk pengamatan jumlah nodul, perlakuan D (3%) pada pengamatan ukuran nodul dan perlakuan D (3%) pada pengamatan skoring buka tutup operkulum. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan perlakuan D (3%) merupakan perlakuan yang paling baik dalam pengendalian myxobolus.
Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Ikan Selangat (Anodontostoma chacunda, Hamilton 1822) di Perairan Pantai Senggarang, Tanjungpinang Ahmad Zahid; T. Ersti Yulika Sari; Almira Fardani Lahay
Akuatiklestari Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v6i1.5470

Abstract

Pola pertumbuhan ikan yang ditentukan melalui hubungan panjang-bobotnya merupakan suatu pendekatan yang banyak diterapkan dalam pengelolaan perikanan dan dapat digunakan dalam menentukan kondisi ikan. Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan selangat dianalisis dari ikan contoh yang dikumpulkan dari nelayan pada Juni hingga Agustus 2022 di Pantai Senggarang, Tanjungpinang. Penelitian bertujuan untuk menentukan pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan selangat. Sebanyak 422 ekor ikan contoh diukur panjang baku (mm) dan ditimbang bobotnya (g). Hasil penelitian menunujukkan bahwa nilai b sebesar 3,04 yang mengindikasikan pola pertumbuhannya isometrik. Nilai faktor kondisi berkisar pada 0,84 hingga 1,04. Pola pertumbuhan dan faktor kondisi tidak konstan, bervariasi musiman, berkait dengan banyak faktor seperti siklus reproduksi, ketersediaan makanan, dan faktor lingkungan dan habitatnya.
Anti-Bacterial Effectiveness Of Cymodocea Rotundata Extract And Assay For Primary Bioactive Composition. Muhammad Kholiqul Amiin; Almira Fardani Lahay
Journal of Aquatropica Asia Vol 8 No 1 (2023): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Jurusan Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v8i1.3920

Abstract

Anti-bacterial is a compound that can be used to inhibit bacterial growth. The compounds that play a role in damaging the cell membrane are phenols, flavonoids, and alkaloids. The phytochemical compounds above have the potential as natural Anti-bacterial on pathogenic bacteria, for example against Escherichia coli. Escherichia coli is a pathogenic microbe in humans that can cause digestive disorders and disrupt the work system of the stomach organs. Seagrass C. rotundata has compounds that are antibacterial, such as alkaloids, flavonoids, phenols, steroids, and tannins. C. rotundata can be seen in Indonesian waters. However, it has not been widely used. This study aims to determine the difference in concentration of seagrass extract of C. rotundata against E. coli anti-bacterial activity. The research method used was experimental laboratories with different concentrations of seagrass extract (10%, 20%, 30%, and 40%). The results showed that the seagrass extract of C. rotundata was effective as an antibacterial with a middle category, which is the inhibition zone ranging from 5-10 mm. Based on the studies conducted, 72 hours incubation period at 40% concentration was the best concentration to prevent E. coli at the 8.5 mm inhibition zone. Furthermore, bioactive compounds produced by C. rotundata are flavonoid compounds by showing changes in the color of the solution to yellow-orange. In addition, also produces phenol bioactive compounds by showing a change in the color of the solution to greenish, and also produces tannin bioactive compounds by showing a change in the color of the solution to blackish green. The results showed that C. rotundata can be used as a recommendation for the development of Anti-bacterial drugs in the future.
Antibacterial Potential of Seagrass Cymodocea Rotundata (Alismatales: Cymodoceaceae) Extract on The Pathogenic Bacteria Staphylococcus Aureus Almira Fardani Lahay; Muhammad Kholiqul Amiin
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 2 (2023): April-June
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i2.4884

Abstract

Staphylococcus aureus is classified as a pathogenic bacterium in humans and animals. S. aureus infection in humans can cause skin infections, and produce toxins that result in shock syndrome, foodborne disease, bacteremia, endocarditis, metastatic infections, and sepsis, while in milk-producing animals it can cause mastitis infection. Initially, S. aureus can be overcome with penicillin antibiotics but often develops time S. aureus becomes resistant to penicillin to cause new infections, namely the Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) which was first reported in 1961. One of the natural ingredients from the sea that has natural antibacterial content is seagrass or Cymodocea rotundata. Which is one type of seagrass in Indonesia that is included in the round type of grass. Cymodocea rotundata has bioactive components such as alkaloids, flavonoids, phenol hydroquinone, steroids, triterpenoids, tannins, and saponins that function as antibacterials. This study aims to determine the potential of seagrass Cymodocea rotundata as an antibacterial against Staphylococcus aureus bacteria. This research is experimental research using wells. Samples of Cymodocea rotundata seagrass came from the coastal waters of Ketapang and were converted into a simplified powder form with ethanol solvent. The results showed that the diameter of the inhibition zone formed ranged from 5.5 mm - 9.7 mm, the largest in the 40% treatment. Based on this research, it can be concluded that the extraction of seagrass Cymodocea rotundata has benefits as an antibacterial and potential in the field of pharmacology.