Nadia Ushfuri Amini
Universitas Bhakti Kencana

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MASS CIRCUMCISION AS A FORM OF TRUST IN THE COMMUNITY WITHIN THE FRAMEWORK OF GEBYAR LLDIKTI Eki Pratidina; Sri Mulyati Rahayu; Entris Sutrisno; Dede Nur Aziz Muslim; Manaf Manaf; Diana Ulfah; Nadia Ushfuri Amini
JURNAL PENGMAS KESTRA (JPK) Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Pengmas Kestra (JPK)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.664 KB) | DOI: 10.35451/jpk.v2i2.1461

Abstract

Gebyar LLDIKTI IV Jawa Barat Banten merupakan kegiatan yang diselenggarakan dalam menyambut HUT RI ke-77. Universitas Bhakti kencana merupakan institusi Pendidikan yang berada dibawah koordinasi LLDIKTI Jawa Barat Banten. Sebagai institusi pendidikan dengan mayoritas program studi bidang Kesehatan, Program Studi Diploma III Keperawatan, Program Studi S2 Farmasi dan Program Studi S1 Ilmu Komunikasi ikut andil dalam kegiatan sebagai Tim Kesehatan untuk kegiatan khitanan massal bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu yang berada di daerah sekitar wilayah LLDIKTI IV Jawa Barat Banten. Kegiatan ini merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) Universitas Bhakti Kencana dan Pengabdian kepada Masyarakat dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan melibatkan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatannya. Khitanan massal diikuti oleh 15 anak yang mendaftar, namun 1 orang tidak hadir karena sakit, sehingga jumlah yang hadir 14 anak. Proses khitanan berjalan dengan lancar dan kondisi anak-anak sehat baik sebelum, saat khitan dan setelah khitan. Harapan untuk tahun yang akan datang kegiatan Gebyar LLDIKTI IV dapat terus terselenggara dengan baik dan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit kelamin yang diakibatkan tidak dilakukannya khitan pada laki-laki.
Komunikasi Terapeutik Motif dan makna sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik: Studi fenomenologi mengenai motif sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik melalui metode kasih sayang di Yayasan Penyandang Disabilitas Mental Mentari Hati Tasikmalaya Nadia Ushfuri Amini
JOURNAL OF Mental Health Concerns Vol. 1 No. 2 (2022): Kecerdasan emosi dengan perilaku agresi remaja
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mhc.v1i2.293

Abstract

Background: The Mentari Hati Tasikmalaya Foundation is a social rehabilitation center that accommodates and treats people with mental disabilities or people with mental disorders from the streets with the 'Compassion' method and humanizes humans. This foundation was established because of Dadang Heryadi's concern for the many people with mental disorders on the streets. The phenomenon about the Mentari Hati Foundation and therapeutic communication through the 'Love' method is carried out by volunteers in treating patients with mental disabilities, where volunteers carry out social actions sincerely and selflessly, volunteers treat mental patients like normal people and consider patients as their own family. Purpose: Assessing the motives of volunteers and the meaning of the experience they have when carrying out therapeutic communication through the 'Affection Method' Methods: In analyzing these problems, Alfred Schutz's phenomenological theory, social action theory, social construction theory, Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO) theory, motivation theory and empathy theory are used. The research methodology uses a constructivism paradigm with phenomenological research methods and a qualitative research approach. The research location was conducted at the Mentari Hati Foundation, research informants were selected purposively by taking 3 (three) key informants and 3 (three) supporting informants. Results: Each informant has a different opinion regarding therapeutic communication through the 'Love' method at the Mentari Hati Foundation. The motives of the volunteers consist of in order to motive and because motive. Conclusion: The meaning of being a volunteer is social, spiritual, affection and empathy.   Pendahuluan: Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya merupakan sebuah panti rehabilitasi sosial yang menampung dan mengobati penyandang disabilitas mental atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dari jalanan dengan metode ‘Kasih Sayang’ dan memanusiakan manusia. Yayasan ini didirikan karena kepedulian Dadang Heryadi yang prihatin dengan banyaknya orang dengan gangguan jiwa di jalanan. Fenomena tentang Yayasan Mentari Hati dan komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ dilakukan oleh para sukarelawan dalam mengobati pasien disabilitas mental, dimana sukarelawan melakukan tindakan sosial dengan ikhlas dan tanpa pamrih, sukarelawan memperlakukan pasien gangguan jiwa seperti orang normal dan menganggap pasien sebagai keluarganya sendiri. Tujuan: Mengkaji motif yang dimiliki sukarelawan dan pemaknaan terhadap pengalaman yang dimiliki ketika melakukan komunikasi terapeutik melalui ‘Metode Kasih Sayang’ Metode: Dalam menganalisa permasalahan tersebut maka digunakan teori fenomenologi Alfred Schutz, teori tindakan sosial, teori konstruksi sosial, teori Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO), teori motivasi dan teori empati. Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstrutivisme dengan metode penelitian fenomenologi dan pendekatan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Mentari Hati, informan penelitian dipilih secara purposive dengan mengambil 3 (tiga) key informant dan 3 (tiga) informan pendukung. Hasil:  Tiap-tiap informan memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ di Yayasan Mentari Hati. Adapun motif yang dimiliki sukarelawan terdiri dari in order to motive dan because motive. Simpulan: Makna dimiliki sukarelawan adalah makna sosial, spiritual, kasih sayang dan empati.
Komunikasi Terapeutik Motif dan makna sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik: Studi fenomenologi mengenai motif sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik melalui metode kasih sayang di Yayasan Penyandang Disabilitas Mental Mentari Hati Tasikmalaya Nadia Ushfuri Amini
JOURNAL OF Mental Health Concerns Vol. 1 No. 2 (2022): Kecerdasan emosi dengan perilaku agresi remaja
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mhc.v1i2.293

Abstract

Background: The Mentari Hati Tasikmalaya Foundation is a social rehabilitation center that accommodates and treats people with mental disabilities or people with mental disorders from the streets with the 'Compassion' method and humanizes humans. This foundation was established because of Dadang Heryadi's concern for the many people with mental disorders on the streets. The phenomenon about the Mentari Hati Foundation and therapeutic communication through the 'Love' method is carried out by volunteers in treating patients with mental disabilities, where volunteers carry out social actions sincerely and selflessly, volunteers treat mental patients like normal people and consider patients as their own family. Purpose: Assessing the motives of volunteers and the meaning of the experience they have when carrying out therapeutic communication through the 'Affection Method' Methods: In analyzing these problems, Alfred Schutz's phenomenological theory, social action theory, social construction theory, Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO) theory, motivation theory and empathy theory are used. The research methodology uses a constructivism paradigm with phenomenological research methods and a qualitative research approach. The research location was conducted at the Mentari Hati Foundation, research informants were selected purposively by taking 3 (three) key informants and 3 (three) supporting informants. Results: Each informant has a different opinion regarding therapeutic communication through the 'Love' method at the Mentari Hati Foundation. The motives of the volunteers consist of in order to motive and because motive. Conclusion: The meaning of being a volunteer is social, spiritual, affection and empathy.   Pendahuluan: Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya merupakan sebuah panti rehabilitasi sosial yang menampung dan mengobati penyandang disabilitas mental atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dari jalanan dengan metode ‘Kasih Sayang’ dan memanusiakan manusia. Yayasan ini didirikan karena kepedulian Dadang Heryadi yang prihatin dengan banyaknya orang dengan gangguan jiwa di jalanan. Fenomena tentang Yayasan Mentari Hati dan komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ dilakukan oleh para sukarelawan dalam mengobati pasien disabilitas mental, dimana sukarelawan melakukan tindakan sosial dengan ikhlas dan tanpa pamrih, sukarelawan memperlakukan pasien gangguan jiwa seperti orang normal dan menganggap pasien sebagai keluarganya sendiri. Tujuan: Mengkaji motif yang dimiliki sukarelawan dan pemaknaan terhadap pengalaman yang dimiliki ketika melakukan komunikasi terapeutik melalui ‘Metode Kasih Sayang’ Metode: Dalam menganalisa permasalahan tersebut maka digunakan teori fenomenologi Alfred Schutz, teori tindakan sosial, teori konstruksi sosial, teori Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO), teori motivasi dan teori empati. Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstrutivisme dengan metode penelitian fenomenologi dan pendekatan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Mentari Hati, informan penelitian dipilih secara purposive dengan mengambil 3 (tiga) key informant dan 3 (tiga) informan pendukung. Hasil:  Tiap-tiap informan memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ di Yayasan Mentari Hati. Adapun motif yang dimiliki sukarelawan terdiri dari in order to motive dan because motive. Simpulan: Makna dimiliki sukarelawan adalah makna sosial, spiritual, kasih sayang dan empati.
Edukasi Program A, B, C, D, E, Cegah Stunting Menyiapkan Generasi Unggul, Berdaya Saing Sejak Masa Kandungan pada Kader Kota Bandung Entris Sutrisno; Yani Mulyani; Sri Mulyati Rahayu; Vina Vitniawati; Agus Miraj Darajat; Nadia Ushfuri Amini; ED. Yunisa Mega Pasha; Nur Intan Husnul Khotimah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 3 (2024): Volume 7 No 3 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i3.12814

Abstract

ABSTRAK Generasi unggul dan berdaya saing merupakan visi Indonesia, sehingga pemberantasan stunting merupakan target utama dalam upaya pencapaian visi ini.  Stunting berdampak merugikan pada anak karena dapat menyebabkan lambatnya perkembangan otak (kognitif), fisik dan risiko serangan penyakit, hal ini akan berefek pada masyarakat secara umum sehingga penting untuk ditangani. Tujuan Program pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan pada kader dalam menyiapkan generasi unggul dan berdaya saing dengan pencegahan stunting sejak dini dari masa kandungan. Metode Pelaksanaan pengabdian masyarakat program edukatif dengan menggunakan penyuluhan (Pendidikan Kesehatan) guna meningkatkan pengetahuan kader. Adanya program ini dapat meningkatkan pengetahuan kader bagaimana mencegah stunting sejak dalam masa kandungan. Kader dapat menerapkan Langkah pencegahan stunting dan selanjutnya mensosialisasikan pada masyarakat umum tentang (A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD), (B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali, (C) Cukupi konsumsi protein hewani, (D) Datang ke Posyandu setiap bulan, (E) Eksklusif ASI 6 bulan. Dengan pemahaman tentang ABCDE diharapkan dapat menciptakan Generasi unggul berdaya saing yang Sehat dan Bebas dari Stunting. Program ini berhasil dalam meningkatkan pengetahuan kader tentang cegah stunting dengan ABCDE, sehingga disarankan agar kader dapat ikut serta dalam mempromosikannya kepada masyarakat dan dapat mengurangi kejadian stunting. Kata Kunci: Stunting, Kader, Generasi Unggul, ABCDE  ABSTRACT A superior and competitive generation is Indonesia's vision, so eradicating stunting is the main target in efforts to achieve this vision. Stunting has a detrimental impact on children because it can cause slow brain (cognitive) and physical development and the risk of disease attacks, this will have an impact on society in general so it is important to address it. This community service program is to increase knowledge among cadres in creating a superior and competitive generation by preventing stunting from an early age from the womb. Method of implementing community service: educational program using counseling (Health Education) to increase cadres' knowledge. This program can increase cadres' knowledge of how to prevent stunting from the womb. Cadres can implement steps to prevent stunting and further socialize to the general public about (A) Actively drinking Blood Supplement Tablets (TTD), (B) Pregnant women regularly having pregnancy checks at least 6 times, (C) Sufficient consumption of animal protein, (D) Coming to the Posyandu every month, (E) Exclusive breast milk for 6 months. By understanding ABCDE, it is hoped that we can create a superior, competitive generation that is healthy and free from stunting. This program was successful in increasing cadres' knowledge about stunting prevention with ABCDE, so it is recommended that cadres can participate in promoting it to the community and can reduce the incidence of stunting. Keywords: Stunting, Cadre, Superior Generation, ABCDE