Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sosialisasi Nilai Budaya Sasak kepada Komunitas Seni Tradisi di Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (Upaya Penguatan Ekspresi Nilai Budaya dalam Seni Tradisi) Murahim Murahim; Mari’I Mari’I; Mahmudi Efendi; Syaiful Musaddat; Muh. Syahrul Qodri
ALAMTANA: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT UNW MATARAM Vol 3 No 3 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : LPPM UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jaltn.v3i3.1340

Abstract

Seni tradisi yang berkembang dalam masyarakat, terutama masyarakat Sasak di Lombok sangat banyak. Seni tradisi tersebut sering ditanggap dalam acara dan ritual-ritual tertentu dalam masyarakat. Hal yang tidak banyak disadari adalah seni tradisi adalah ekspresi nilai dan keluhuran budaya masyarakat di mana seni tradisi tersebut berkembang. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa seni tradisi hanya bersifat menghibur tanpa memikirkan lagi bahwa ada hal tersembunyi yang disampaikan, ada pengajaran yang di sampaikan melalui pertunjukan seni tradisi tersebut. Pembelajaran nilai inilah yang akan disosialisasikan melalui kegiatan pengabdian ini. dengan kegiatan ini diharapkan munculnya kesadaran masyarakat terutama pendukung seni tradisi akan adanya nilai-nilai budaya tersebut. Kegiatan ini juga akan berkontribusi dalam peningkatan kualitas pertnjukan seni tradisi karena adanya kesadaran nilai tersebut. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat yang berjudul “Sosialisasi Nilai Budaya Sasak kepada Komunitas Seni Tradisi di Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (Upaya Penguatan Ekspresi Nilai Budaya dalam Seni Tradisi)” dapat dinyatakan berhasil karena dapat menyentuh kesadaran dan pemahaman masyarakat target terkait dengan nilai budaya Sasak yang terkandung dalam seni tradisional yang hidup dan masih berkembang dalam masyarakat Desa Terengan, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Dengan kesadaran semacam ini, seni tradisional akan terus berkembang dan lestari bukan hanya sebagai seni yang menghibur, tetapi sebagai ekspresi dan paparan nilai dalam kehidupan masyarakat Sasak. Program semacam merupakan hal penting dalam rangka penanaman dan pemahaman nilai dalam seni tradisi. Dengan begitu, seni tradisi hidup bukan hanya sebagai seni hiburan tapi juga sebagai media penanaman dan pemahaman nilai budaya yang harus dihargai dan dihormati.
TRADISI PENGOBATAN SASAK UNTUK KORBAN GEMPA DI KARANG KEREM GUNUNGSARI LOMBOK BARAT Muh. Syahrul Qodri; Mahmudi Efendi; Natsir Abdullah; Syahbuddin Syahbuddin
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2020): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.705 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v3i1.1685

Abstract

Peristiwa gempa yang melanda Lombok beberapa waktu lalu menyisakan duka hingga saat ini, baik dalam bentuk fisik maupun psikis. Duka psikis yang dialami warga berupa trauma, sehingga membutuhkan penanganan yang intensif. Salah satu metode penanganan trauma psikis adalah dengan memanfaatkan pengobatan tradisional masyarakat Sasak yang dikenal dengan sebutan popot dan pretus. Sayangnya, pengobatan tradisional ini hanya dikuasai oleh ahlinya. Berangkat dari hal tersebut, kami TIM Pengabdian bersama karang taruna Karang Kerem Gunungsari Lobar hendak mempelajarinya dan langsung mempraktikkannya di masyarakat sebagai penanganan trauma psikis yang dimaksud. Di samping penanganan trauma psikis korban gempa tersebut, luaran yang akan dihasilkan dalam kegiatan pengabdian ini adalah berupa artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal ilmiah, dan prosesi kegiatannya akan dipublikasikan melalui media cetak/elektronik.
Toponymic names of hamlets in Sembalun District, East Lombok Hariadi Hariadi; Saharudin Saharudin; Muh. Syahrul Qodri
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 9 No. 3 (2023)
Publisher : Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/jr.9.3.9024.402-414

Abstract

This research aims to describe the form and cultural meaning of the toponymic variants of naming hamlets in Sembalun District, East Lombok. The method used is a descriptive qualitative approach. The data in this research includes primary data obtained from books and official documents and secondary data in the form of information from sources who know the meaning of the names of hamlets in Sembalun. Then, the techniques used are library study techniques, interviews, recording and note taking. The analysis used is structural language analysis and anthropological linguistic analysis of the hamlet name terms used in naming hamlets in Sembalun District. The research results include three categories, namely word form, toponym variants, and the meaning of hope. First, form language units in the form of word compositions, with classification in the process of forming noun compositions with nouns, metaphorical noun compositions, noun compositions with adverbs, and noun compositions with adjectives. The composition of nouns with adverbs is the most dominant word composition unit found in the names of hamlets in Sembalun. Second, toponym variants are classified into embodiment aspects, social aspects and cultural aspects. Aspects of embodiment are found more at the level of the form of water, nature, and conditions of place (topography). Third, the meaning of naming hamlets in Sembalun District is classified based on the meaning of hope and the meaning of memory. The naming of hamlets in Sembalun District is more directed towards the hope that its people will have guidance in life, and be able to always surrender to their creator.
The Meaning of Symbols in Nunas nede Ritual Tradition in Kesik Village Husna, Mardiatul; Mari’i; Muh. Syahrul Qodri
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/jr.10.2.9956.503-512

Abstract

Nunas nede is a cultural ritual inherited from the ancestors of Kesik Village, Masbagik District, East Lombok. The nunas nede tradition is believed to be an expression of a request for rain and gratitude for the blessings of fertile agricultural land and harvests that have been given to the people of Kesik Village. The nunas nede tradition consists of two core activities, namely ngayu ayu and gawe adat (core event). Each procession in the Nunas nede tradition is a symbol of the beliefs of the people of Kesik Village. These symbols describe the meaning in the Nunas nede tradition. This research was conducted to analyze the meaning of the Nunas nede tradition using Clifford Geertz's symbolic interpretive theory. There are three concepts in Geertz's theory, namely the knowledge or cognitive system (mode of), the value or evaluative system (mode for); and (3) symbol system. These three concepts will produce a system of meaning from the nunas nede tradition. The results of the research show that the symbols in the nunas nede tradition are the begibung symbol meaning establishing ties of friendship and social equality in society, the dulang symbol meaning gratitude, the nyawik symbol meaning maintaining the balance of nature and the spring symbol meaning the source of life. From these symbols, the meaning of the nunas nede tradition is obtained, a request for rain to fall as well as a form of community gratitude which is a link between friendship and strengthening family ties, by working together to maintain the balance of the universe which is the source of life.