Widya N. Insani
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

EFEK SAMPING OBAT PADA PENGOBATAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT GANDA Oneng Ifayani; Irma Melyani Puspitasari; Widya N. Insani; Ivan Surya Pradipta
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 27 No. 1 (2023): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v27i01.25660

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan permasalahan serius di dunia kesehatan. Sebanyak 10,6 juta dari populasi dunia menderita TB pada tahun 2021 dan 1,6 juta meninggal karena TB. Penyebab utama TB yaitu Mycobacterium tuberculosis yang sering menyerang paru-paru. Penggunaan Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) merupakan andalan dalam pengobatan tuberkulosis. Tuberkulosis resisten obat ganda (TB ROG) merupakan penyakit yang resisten terhadap setidaknya dua obat yaitu (rifampisin dan isoniazid) serta membutuhkan pengobatan relatif lama dengan beberapa obat lini kedua. Obat tersebut dapat menimbulkan efek samping yang mengakibatkan kegagalan pengobatan. Tinjauan naratif ini menyajikan informasi ilmiah mengenai kejadian, jenis efek samping dan OAT yang menimbulkan efek samping pada TB ROG sehingga dapat bermanfaat dalam penatalaksanaan TB ROG. Studi review naratif iniĀ  dikembangkan dari database elektronik PubMed pada perisode 2012-2022. Dari sumber informasi yang diperoleh, kami mengidentifikasi dua rejimen yang umum digunakan, yaitu rejimen jangka panjang/long term regimen (LTR) dan rejimen jangka pendek/short term regimen (STR). Analisis terhadap sumber informasi yang ada menunjukkan beragam kejadian efek samping obat (ESO) pada rejimen STR yaitu gangguan pendengaran karena aminoglikosida (63%), perpanjangan interval QTc karena clofazimine (33,3%), dan neuropati perifer karena bedaquiline (56,3%). Sedangkan, pada rejimen LTR, ESO berupa neuritis perifer (81%) dan gangguan saluran cerna (33,60%) karena linezolid, serta kerusakan hati (31,8%) dan perubahan warna kulit (22,7%) karena clofazimine. Beragam penanganan ESO dideskripsikan, antara lain melalui penurunan dosis rejimen, pergantian rejimen obat maupun penghentian obat. Tingginya kejadian ESO pada TB ROG mendorong perlunya manajemen ESO TB ROG yang adekuat untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan pada pasien TB ROG.