Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERAN GURMO DALAM TRADISI DUWE GAWE PERNIKAHAN DAN KHITANAN MASYARAKAT DESA NGABLAK KECAMATAN CLUWAK KABUPATEN PATI Alfian, Rahman Latif
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 3 No 1 (2014): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengangkat tentang peran gurmo selaku dukun gawe dalam tradisi pernikahan dan khitanan yang berada di Desa Ngablak Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Desa Ngablak Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Subjek penelitian yaitu masyarakat Desa Ngablak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan penulis untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Desa Ngablak terdapat gurmo atau bisa dikatakan dukun gawe yang sampai sekarang masih senantiasa berperan penting dalam kehidupan masyarakat Desa Ngablak terutama dalam bidang upacara pernikahan dan khitanan. Gurmo begitu berperan dalam upacara pernikahan dan khitanan baik itu sebelum gawe, saat gawe berlangsung, dan sesudah gawe dilangsungkan. Masyarakat senantiasa menganggap gurmo penting karena sampai sekarang gurmo masih mempunyai fungsi tersendiri bagi masyarakat dan juga gurmo merupakan sarana masyarakat untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan yang masyarakat inginkanThis research studying about role of gurmo in nuptials tradition and circumcision in the Ngablak village District Of Cluwak and the Pati regency. This Research use approach qualitative with research location in Ngablak village, District of Cluwak and Pati regency. Subject Research were society of Ngablak village. Technique data collecting use observation, interview, and documentation. Technique to test authenticity of data use data triangulation. Result of research indicate that at Ngablak village there were gurmo very important role in life society of Ngablak village especially in the circumcision and nuptials tradition. Gurmo so playing important role specially to circumcision and nuptials tradition before gawe, moment of gawe take place, and after gawe passed off. Society ever assume gurmo to very important because this time gurmo still has separate function to society as well as gurmo represent society medium to obtain;get safety and bliss which society wish. 
DARI CULTURAL MEMORY KE CULTURAL IDENTITY: TRADISI NYÉKAR WONG BAKARAN, JUWANA, PATI, JAWA TENGAH Alfian, Rahman Latif
Aceh Anthropological Journal Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v2i2.1156

Abstract

Tradisi nyekar bagi wong Bakaran menjadi cara bagi warga Bakaranuntuk menghormati Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri Desa Bakaran.Melalui fenomena tersebut, tujuan penelitian ini mengkaji makna yangterkandung dalam tradisi tersebut dan menjelaskan proses menjadiidentitas budaya yang terus dimaknai oleh pemangkunya. Metode penelitianyang digunakan adalah metode etnografi. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi, wawancara mendalam, wawancara tak berencana,dan wawancara sambil lalu. Hasil dari penelitian ini adalah ingatan bersamawong Bakaran tentang Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri desa membuatingatan tersebut diaktualisasikan dalam suatu bentuk tradisi, yaitu tradisinyekar. Tradisi tersebut adalah cara masyarakat menjaga ingatan bersamamengenai hal yang dianggap penting bagi mereka. Aktualisasi ingatan yangmenjadi suatu tradisi menjadikan tradisi tersebut sebagai suatu penandabagi jati diri mereka
Memahami Pedagang, Pasar Tradisional, dan Pagebluk Di Pedesaan: Studi Etnografi di Pasar Ngablak, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati. Rahman Latif Alfian
Masyarakat Indonesia Vol 47, No 1 (2021): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Kedeputian Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmi.v47i1.910

Abstract

Wabah penyakit merebak menyerang negara Indonesia. Bagi masayarakat Jawa merebaknya wabah penyakit disebut dengan pagebluk. Pagebluk secara perlahan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali para pedagang pasar tradisional di Pasar Ngablak yang merupakan pasar tradisional di pedesaan. Melalui pemahaman tersebut, penelitian ini berfokus untuk menggali dampak merebaknya wabah penyakit terhadap pasar tradisional di pedesaan. Lebih lanjut, penelitian ini ditujukan untuk melihat lebih dalam dinamika yang harus dilakukan oleh para pedagang untuk menyesuaikan diri menghadapi kondisi yang berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun di pedesaan Pasar Ngablak juga terdampak dengan berkurangnya pengunjung pasar. Pada sisi yang lain, para pedagang juga melakukan penyesuaian seperti mengikuti kebiasaan mencuci tangan, dan mengenakan masker. Para pedagang juga menerapkan sistem jual beli secara online agar tetap bertahan dalam menghadapi kondisi yang tidak bisa diprediksi.
COFFEE AND IDENTITY: Consume Coffee, Build Identity, Maintain Variety on Palintang Community West Java Rahman Latif Alfian; Budiawati Supangkat; Johan Iskandar
Sosiohumaniora Vol 22, No 1 (2020): SOSIOHUMANIORA, MARCH 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4004.028 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v22i1.24424

Abstract

This article discusses the Palintang coffee and its social, cultural and ecological impacts on the people of the Palintang Hamlet. Palintang hamlet is located in directly adjacent to the forest under the management of the State Forestry Corporation (Perhutani). Last fifteen years, the government began to intensify the cultivation of coffee plant in the Palintang hamlet. Palintang hamlet is located approximately 1,400 above sea level. As a result, coffee of Arabica plant (Coffeea arabica L) grows well in the area. The purpose of this article is to elucidate at the impact of coffee on the social identity of the Palintang community. The method used in this study was ethnographic approach which aims to reveal meaning from the point of view which of cultural stakeholders. Some field research techniques, namely observation, deep interviews, and participant observation were applied in this study. The results of this study showed that the coffee cultivation in Palintang hamlet has been an important impact not only an economic, but also social and ecological aspects of the Palintang community. The community always highlight the distinctive characteristics of the Palintang coffee, even some people claim that Palintang coffee has a characteristic that no other coffee has. This process then makes coffee as one of the markers for the community of Palintang, because through coffee of the community members are known to other community groups. The distinctive characteristic of Palintang coffee also adds to the repertoire of varieties of archipelago coffee, especially those related to the character of coffee. 
TRADITIONAL MARKET AND WOMEN’S WORK IN THE BERINGHARJO MARKET, OF YOGYAKARTA Budiawati Supangkat; Rahman Latif Alfian; Johan Iskandar
Sosiohumaniora Vol 23, No 1 (2021): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, MARCH 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v23i1.29807

Abstract

Traditional market is often one of the locations for economic turnover in an area. Various goods from villages, sub-districts, and other areas around the city are sent to be traded. In this market there is a large system that makes the market “live” in which there are interrelated actors. Some of the actors in the traditional market system such as the Beringharjo Market are women who work odd jobs. To see this phenomenon, this study used an ethnographic method to delve deeper into the phenomena that occur from the point of view of stakeholders in Beringharjo Market. The results of study showed that Beringharjo Market always changes from time to time, both physically and the actors who “live it”. Women who work in al kind of work become one of the actors who play an important role in the sustainability of dynamic market activities.
DARI CULTURAL MEMORY KE CULTURAL IDENTITY: TRADISI NYÉKAR WONG BAKARAN, JUWANA, PATI, JAWA TENGAH Rahman Latif Alfian
Aceh Anthropological Journal Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v2i2.1156

Abstract

Tradisi nyekar bagi wong Bakaran menjadi cara bagi warga Bakaranuntuk menghormati Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri Desa Bakaran.Melalui fenomena tersebut, tujuan penelitian ini mengkaji makna yangterkandung dalam tradisi tersebut dan menjelaskan proses menjadiidentitas budaya yang terus dimaknai oleh pemangkunya. Metode penelitianyang digunakan adalah metode etnografi. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi, wawancara mendalam, wawancara tak berencana,dan wawancara sambil lalu. Hasil dari penelitian ini adalah ingatan bersamawong Bakaran tentang Nyai Ageng Bakaran sebagai pendiri desa membuatingatan tersebut diaktualisasikan dalam suatu bentuk tradisi, yaitu tradisinyekar. Tradisi tersebut adalah cara masyarakat menjaga ingatan bersamamengenai hal yang dianggap penting bagi mereka. Aktualisasi ingatan yangmenjadi suatu tradisi menjadikan tradisi tersebut sebagai suatu penandabagi jati diri mereka
MENYELISIK BUDAYA PASAR TRADISIONAL DI PASAR BARU BALIKPAPAN, KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Budiawati Supangkat; Rahman Latif Alfian; Johan Iskandar
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 13, No 2 (2021): PATANJALA VOL. 13 NO. 2 OKTOBER 2021
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30959/patanjala.v13i2.795

Abstract

Artikel ini membahas mengenai budaya pasar yang berlangsung di Pasar Baru Kota Balikpapan. Budaya pasar sendiri merupakan keseluruhan norma dan nilai yang melingkupi kegiatan pemangku pasar tradisional dalam berkegiatan di pasar. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dalam menggali data dari para pemangku Pasar Baru yang menjadi lokus penelitian. Etnografi dipilih karena penelitian ini berusaha menjaring data baik itu data lisan, visual maupun tertulis dari sudut pandang pengampu Pasar Baru Balikpapan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pedagang yang berdagang di Pasar Baru Balikpapan berasal dari latar budaya yang beragam. Mengingat Balikpapan merupakan salah satu wilayah strategis juga pintu masuk dan jalur perniagaan khususnya di Kalimantan Timur. Dalam melakukan aktivitas perdagangan, pedagang membawa nilai budaya masing-masing. Meskipun demikian secara perlahan tercipta pola tindakan dari para pedagang. Meskipun berasal dari latar budaya yang berbeda, secara tidak tertulis para pedagang seperti telah mencapai kesepakatan dalam berkegiatan di pasar.This article discusses the market culture at Pasar Baru in Balikpapan City. The market culture in this study can be defined as the overall norms and values adopted by traditional market stakeholders in their daily activities in the market. This study uses ethnographic methods to collect data from the stakeholders of Pasar Baru as the research locus. Ethnography was chosen based on the consideration that this research seeks to collect data, both oral, visual and written data from the point of view of the Pasar Baru supervisor in Balikpapan. The results show that the traders who trade at Pasar Baru in Balikpapan originate from the diverse cultural backgrounds. It is a consequence of the City of Balikpapan as one of the strategic areas as well as the entrance and route of commerce, especially in East Kalimantan. In their trading activities, the traders bring their respective cultural values. It slowly encourages the creation of new patterns in the behavior of traders. They seem to have reached an agreement in their activities in the market.
BURUNG-BURUNG PEMBAWA TANDA: ANEKA JENIS DAN PEMAKNAAN MITOS BURUNG PADA MASYARAKAT DESA NGABLAK, KAUPATEN PATI, JAWA TENGAH Rahman Latif Alfian; Johan Iskandar; Budiawati Supangkat Iskandar
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i1.238

Abstract

Penduduk pedesaan di ekosistem desa mengembangkan berbagai pengetahuan lokal untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya, salah satunya adalah ‘membaca alam’ atau mencermati sistem pertanda di alam. Beberapa pertanda yang dimaknai sedemikian rupa oleh pemangkunya biasanya menjadi pedoman dalam melihat peristiwa tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam jenis-jenis burung yang dianggap masyarakat sebagai pembawa pertanda, serta bagaimana masyarakat memaknainya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi bersifat kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam dengan informan, untuk menggali data dan informasi dari sudut pandang pengampu (masyarakat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa jenis burung dimaknai membawa pertanda tertentu. Misalnya saja sebagai pertanda buruk, seperti akan terjadi kematian, terjadi celaka, dan juga sering dimaknai sebagai pertanda kehadiran makhluk gaib. Burung derkuku/tekukur, burung puter, burung kutut/perkutut, suaranya dimaknai penduduk sebagai pembawa rezeki. Kedatangan burung bondol Jawa/Pipit Bondol/Emprit dimaknai penduduk akan kedatangan tamu penting. Burung Dali/ Seriti Kembang yang masuk rumah dimaknai sebagai pertanda akan mendapat rezeki bagi yang punya rumah. Serta burung Kepodang dipercayai penduduk dapat membawa wibawa bagi pemelihara. bagi warga Desa Ngablak, Pati keberadaan burung tersebut menjadi penting sebagai pengingat. Lebih dalam lagi, pemaknaan terhadap burung-burung tertentu memberikan pengaruh terhadap pola perilaku kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, menjaga keberadaan burung-burung dan penanda-penanada alam lain menjadi penting dan prioritas bagi masyarakat. Implikasi hasil penelitian ini sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang etnoornitologi, dan juga untuk kepentingan praktis, seperti dapat mendokumentasikan pengetahuan lokal penduduk agar tidak punah.
Perpustakaan sebagai Pusat Dokumentasi Budaya Lokal Arif Hidayat; Rahman Latif Alfian
Al-Ma'mun: Jurnal Kajian Kepustakawanan dan Informasi Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : UPT Perpustakaan UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.378 KB) | DOI: 10.24090/jkki.v2i2.5627

Abstract

Artikel ini disusun menggunakan metode kualitatif diskriptif, di mana fokus pada pendeskripsian pengelolaan perpustakaan sebagai pusat dokumentasi budaya lokal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perpustakaan mempunyai peranan yang vital sebagai wadah dalam mengakomodir berbagai kebudayaan terutama kebudayaan lokal masyarakat. Hal ini kemudian menjadi penting untuk diperhatikan mengingat globalisasi tidak dapat dihindari. Sehingga perpustakaan menjadi salah satu garda terdepan dalam melestarikan berbagai sumber tulis mengenai nilai dan kekayaan budaya suatu masyarakat. Masyarakat dengan kompleksitas kebudayaan yang terwujud dalam berbagai praktik seperti kesenian, ritus keagamaan, artefak-artefak, bahasa, pola pikir dan sebagainya juga membutuhkan wadah untuk bisa terus lestari dalam menghadapi dinamika di dunia ini. Perpustakaan hadir sebagai salah satu jawaban dari kedua persoalan tersebut. Pada satu sisi perpustakaan hadir sebagai sumber informasi bagai kalangan masyarakat yang luas. Pada sisi yang lain perpustakaan juga mempunyai peran yang vital sebagai ruang dokumentasi bagi kekayaan budaya masyarakat.
PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA Jamaluddin Jamaluddin; Rahman Latif Alfian; Affaf Mujahidah; Kurnia Sari Wiwaha
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 19, No 2 (2022): Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787

Abstract

This article attempts to describe the biography of the prolific kiai writer and translator of the kitab Pegon, Kiai Asrori Ahmad who lived Wonosari, Magelang, Central Java in the twentieth century. The kiai, who was born in 1923, is widely known as a writer of numerous written books of Pegon, both in the form of translations and original ones. His work remarkably scattered in various Islamic disciplines, such as fiqh (Islamic jurisprudence), tawhid (monotheism), hadith, akhlaq-tasawwuf and sirah (history). In order to describe the biography of kiai Asrori comprehensively, this article uses the historical-codicological method by basing it on primary sources, such as interviews with kiai Asrori Ahmad's family and examining his works, as well as other supporting sources. Based on historical analysis. The result revealed that kiai Asrori Ahmad is a product of Islamic boarding school education who had the expertise of kitab kuning (yellow book). This special expertise was later developed by Kiai Asrori by improving it in within the tradition of the pesantren library, the book of pegon, under the guidance of Kiai Bisri Mustofa Rembang, one of the foremost preaching kiai and author of the twentieth century book of Pegon. Under the direction of his teacher who later became brother-in-law, Kiai Bisri Mustof, kiai Asrori eventually transformed into one among prolific writers of pegon book in the twentieth century. The record demonstrated approximately 30 titles spread out in 50 books that have been born from the patience and perseverance of Kiai Asrori Ahmad. All of his works were hatched from three important motivations: religious motivation, educational motivation and economic motivation.