Muhammad Yusuf Amin Nugroho
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kesetaraan gender menurut tulisan R.A Kartini dalam perspektif pendidikan Islam Anugrah Avi Yani; Sri Jumini; Muhammad Yusuf Amin Nugroho
JURNAL AL-QALAM: JURNAL KEPENDIDIKAN Vol 23 No 2 (2022): AL-QALAM : JURNAL KEPENDIDIKAN
Publisher : FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/al-qalam.v23i2.3488

Abstract

This study aims to (1) get a clearer picture and describe related to gender equality in the perspective of R.A Kartini. (2) Knowing how the gender equality perspective of Islamic religious education. (3) Knowing how gender equality according to R.A Kartini's writings in the perspective of Islamic education. This study uses qualitative research methods with the type of library research. With the help of the library, data is obtained from books, journals, articles, etc. The technique of collecting data in this research is by collecting information from scientific books and journals. The data analysis technique used is content analysis technique. Based on the results of this study indicate that gender equality according to R.A Kartini's writings and gender equality in the perspective of Islamic education is the struggle of R.A Kartini to become the goal of Islamic education in liberating women to receive education and R.A Kartini's writings strengthen the principles of Islamic education, both of which are equally elevating the status of women through education.
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Upaya Penumbuhan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas X SMK Negeri 2 Wonosobo Nur Sahid; Noor Aziz; Muhammad Yusuf Amin Nugroho
Alphateach (Jurnal Profesi Kependidikan dan Keguruan) Vol 3 No 1 (2023): ALPHATEACH (JURNAL PROFESI KEPENDIDIKAN DAN KEGURUAN)
Publisher : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/alphateach.v3i1.4745

Abstract

Merdeka Belajar merupakan salah satu inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan suasana gembira. Tujuan belajar mandiri adalah agar guru, siswa dan orang tua dapat memiliki suasana pembelajaran yang menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di SMKN 2 Wonosobo. 2) Mengetahui penumbuhan nilai-nilai Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMKN 2 Wonosobo. 3) Mengetahui sejauh mana Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dan Upaya Penumbuhan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas X SMKN 2 Wonosobo. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dimana jenis penelitiannya bersifat lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan juga observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) SMKN 2 Wonosobo menjadi salah satu SMK Negeri yang masuk dalam kategori SMK Pusat Kunggulan dan menjadi rujukan untuk sekolah lain, Sehingga SMK Negeri 2 Wonosobo sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sejak tahun pelajaran baru yaitu 2022/2023. Peran guru dalam proses pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka adalah sebagai penggerak merdeka belajar, guna menjadi fasilitator penggerak perubahan kepada peserta didiknya. 2) Cara dari guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMKN 2 Wonosobo untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila adalah dengan membiasakan anak dengan hal-hal yang sejalan dengan nilai Pendidikan Agama dan juga sesuai dengan pengamalan Pancasila. Mengingat Pancasila adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan juga berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam. 3)Pengamalan masing-masing sila sudah mulai ditanamkan oleh guru Mapel PAI menggunakan Kurikulum Merdeka sebagai upaya penumbuhan nilai-nilai Pancasila serta penguatan 6 elemen dalam penguatan profil pelajar Pancasila dalam diri peserta didik
P, Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Broken Home (Studi Kasus di Desa Nagasari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2023) Ika Raeni Novianti; Fatkhurrohman Fatkhurrohman; Muhammad Yusuf Amin Nugroho
Alphateach (Jurnal Profesi Kependidikan dan Keguruan) Vol 3 No 2 (2023): ALPHATEACH (JURNAL PROFESI KEPENDIDIKAN DAN KEGURUAN)
Publisher : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/alphateach.v3i2.5942

Abstract

Penelitian ini terinspirasi dari kesaksian anak-anak keluarga Broken Home yang tinggal di Desa Nagasari, Desa Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Banyak kasus rumah tangga yang rusak disebabkan oleh pernikahan dini dan keadaan ekonomi yang buruk. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Nagasari Kecamatan Pagentan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data meliputi reduksi data, pengujian data, dan penarikan kesimpulan. Partisipan penelitian adalah anak-anak dan orang tuanya yang berasal dari keluarga Broken Home. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan moral anak pada keluarga Broken Home di Desa Nagasari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara. Berikut temuan penelitian perkembangan moral anak dari keluarga Broken Home di Desa Nagasari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara. Pertama, kondisi moral anak-anak keluarga Broken Home di Desa Nagasari sudah baik karena selama ini belum ada anak atau remaja yang melanggar aturan dan menempuh jalur hukum di desa tersebut. Kedua, upaya orang tua, khususnya pada keluarga yang berlatar belakang Broken Home, untuk menerapkan dan mengajarkan pendidikan moral kepada anak melalui: Pengajaran, motivasi dan keteladanan; Menegakkan aturan dan kebiasaan; Ketiga, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pendidikan moral anak, khususnya pada keluarga Broken Home, seperti anak yang mudah diatur; Lingkungan; Agama; Kesibukan orang tua; Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; Keempat, kecanduan gadget orang tua.