Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN PENALARAN MORAL PADA REMAJA PECANDU NARKOBA Nurhani, Laili; Fauzia, Rahmi; Akbar, Sukma Noor
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 3 (2015): JURNAL ECOPSY : JURNAL ILMU PSIKOLOGI
Publisher : Psychology Study Program, Medical Faculty, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i3.1932

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penalaran moral remaja pecandu narkoba, yaitu tahapan penalaran moral dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga mahasiswa yang berusia 20 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, focused group discussion (FGD), tes grafis dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ketiga informan penelitian memiliki perbedaan capaian tahap penalaran moral. Informan pertama mencapai tahap 3, informan kedua mencapai tahap 5 dan informan ketiga mencapai tahap 6. Perbedaan tersebut dapat ditinjau melalui beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penalaran moral ketiga informan, yaitu modelling, konflik kognitif dan relasi dengan teman sebaya. Kata kunci: penalaran moral, remaja, pecandu narkoba ABSTRACT The purpose of this study was to find out the moral reasoning of teenage drug addicts, namely the stages of moral reasoning and the factors influencing moral development. A qualitative method was used in the study with a case study approach. Informants were three male university students aged 20 years old. Data were collected using in-depth interviews, focused group discussion (FGD), graphics test and observation. Based on the analysis it can be concluded that the three informants had different outcomes in the stages of moral reasoning. The first informant reached stage 3, the second informant stage 5 and the third informant stage 6. Such differences may have been caused by a number of factors that influenced the development of moral reasoning of the three informants, namely modeling, cognitive conflict and relation with peers.                                                                                                                        Keywords: moral reasoning, teenagers, drug addicts
ANALISIS DAMPAK PERLAKUAN TERAPI YUMEIHO UNTUK PENURUNAN SIMPTOM PSIKOLOGIK DAN FISIOLOGIK SKIZOFRENIA Haryani, Rikma; Fauzia, Rahmi; Febriana, Silvia Kristanti Tri
Jurnal Ecopsy Vol 1, No 4 (2014): Jurnal Ecopsy : Jurnal Ilmu Psikologi
Publisher : Psychology Study Program, Medical Faculty, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.631 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v1i4.509

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perlakuan terapi Yumeiho untuk penurunan simptom psikologik dan fisiologik pada pengidap skizofrenia. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang pengidap skizofrenia di Panti Sosial Bina Laras Budi Luhur Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen desain kasus tunggal dengan tipe reversal (A-B-A-B). Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, chek list, perekam suara, dan video. Pelaksanaan penelitian selama 12 sesi dengan enam sesi pemberian terapi Yumeiho menurunkan simptom psikologik dan fisiologik pada keempat subjek. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan dari 42 simptom psikologik dan fisiologik, masing-masing penurunan pada subjek IR 23,80% dan 11,90%; subjek H 14,28% dan 19,85%; subjek NM 38,09% dan 21,04%; subjek NJ 30,95% dan 9,52%.  Kata Kunci : Skizofrenia, Terapi Yumeiho, Panti Sosial Bina Laras Budi Luhur. The objective of this study was to find out the impacts of Yumeiho therapy treatment in decreasing psychological and physiological symptoms on people with schizophrenia. The subjects in this study were four people with schizophrenia living at Mental Social Institution of Budi Luhur Banjarbaru, South Kalimantan. This study was a single case experimental design with reversal type (A-B-A-B). The data collection methods were observations, interviews, documentation, questionnaire, check list, voice recorder, and video. The study was conducted in 12 sessions with six sessions of Yumeiho therapy for the four subjects. Based on these results, it can be concluded that subject IR, H, NM, and NJ experienced some decreases in 42 psychological and physiological symptoms of 23.80% and 11.90%; 14.28% and 19.85%; 38.09% and 21.04%; and 30.95% and 9.52%, respectively.Keywords: Schizophrenia, Yumeiho Therapy, Mental Social Institution of Budi Luhur
ANALISIS FENOMENOLOGI EKSISTENSI NARAPIDANA PELAKU PEMBUNUHAN BERENCANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Aulia, Rina; Dewi, Rooswita Santia; Fauzia, Rahmi
Jurnal Ecopsy Vol 2, No 3 (2015): JURNAL ECOPSY : JURNAL ILMU PSIKOLOGI
Publisher : Psychology Study Program, Medical Faculty, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.037 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v2i3.1934

Abstract

ABSTRAK Kasus pembunuhan berencana menjadi kejahatan yang tidak jarang terjadi di negeri ini. Narapidana pelaku pembunuhan berencana akan menjalani hukuman dalam waktu yang cukup lama yaitu terancam hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Pidana penjara tersebut mengakibatkan perampasan kemerdekaan, dan menimbulkan akibat negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dirampasnya kemerdekaan itu sendiri. Berdasarkan pengalaman membunuh dan pengalaman masuk penjara, maka narapidana pelaku pembunuhan berencana akan mengalami rekosntruksi struktur eksistensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis fenomenologi eksistensi narapidana pelaku pembunuhan berencana di salah satu Lembaga Pemasyarakatan di Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan pada dua orang subjek narapidana pelaku pembunuhan berencana dengan menggunakan metode penelitian analisis fenomenologi eksistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek dapat merekonstruksi eksistensi dan mewujudkan eksistensi dalam proses pembinaan di lembaga pemasyarakatan dengan caranya masing-masing. Rekonstruksi eksistensi pada penelitian ini menunjukkan bahwa, manusia perlu melakukan penyesuaian terhadap dirinya sendiri untuk dapat menemukan eksistensi atau arti dari keberadaan dirinya di dunia ini dengan menjaga sikap yang optimis dalam menentukan pilihan hidup. Dalam melakukan penelitian ini, akan lebih baik jika peneliti terlebih dahulu menguasai keterampilan mengadakan analisis fenomenologi eksistensi dan mengguakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan agar hasil temuan lebih maksimal dan akurat. Kata kunci: eksistensi, pembunuhan berencana, narapidana  ABSTRACT Cases of premeditated murder become the most common crime in this country. Convicts of the murder perpetrators will be sentenced for a long time, namely under sentence of death penalty or imprisonment for life or for 20 years. Imprisonment results in deprivation of freedom, and negative impacts on matters relating to the deprivation of the freedom itself. Based on the experience of killing and experience of staying in jail, the convicts of murder perpetrators will experience reconstruction of existence structure. The purpose of this study was to analyze the phenomenology of existence in the convicts of of premeditated murder cases murder cases at the Correctional Institution. This study was conducted in two convicts of premeditated murder cases using an analysis of phenomenology of existence. The results showed that the two subjects could reconstruct the existence and made the existence in the process of correction in prison with their own way. Reconstruction of the existence indicated that humans need to make adjustments to themselves to be able to discover the existence or the meaning of their existence in this world to keep an optimistic attitude in determining the choice of life. In conducting this study, it would be better if the researcher first mastered the skills of conducting an analysis of phenomenology of existence and used the data collecting techniques in accordance with the requirements in order to maximize the results and the accuracy. Keywords: existence, premeditated murder, convicts 
Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Resiliensi Pada Penderita Kanker Stadium Lanjut Sukma Dewi, Eka Yulianti Septia; Mayangsari, Marina Dwi; Fauzia, Rahmi
Jurnal Ecopsy Vol 3, No 1 (2016): JURNAL ECOPSY : JURNAL ILMU PSIKOLOGI
Publisher : Psychology Study Program, Medical Faculty, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v3i1.1938

Abstract

ABSTRAKPenderita kanker stadium lanjut menghadapi kesulitan dalam melawan penyakit kronis yang dideritanya, sehingga dibutuhkan adversity quotient tipe climbers agar dapat bertahan, bangkit dan menyesuaikan diri dalam menghadapi kesulitan (resiliensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan resiliensi pada penderita kanker stadium lanjut. Sampel penelitian ini adalah penderita kanker stadium lanjut yang melakukan kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin ruang Edelweis berjumlah 60 orang yang diambil menggunakan teknik accidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala adversity quotient dan skala resiliensi. Berdasarkan uji korelasi product moment Pearson diketahui bahwa semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi pula resiliensinya dan sebaliknya. Sumbangan efektif adversity quotient terhadap resiliensi sebesar 95,1% sedangkan sisanya sebesar 4,9% kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain diluar adversity quotient seperti empati dan reaching out. Berdasarkan hasil, maka dapat disimpulkan bahwa adversity quotient dan resiliensi pada penderita kanker stadium lanjut di Ruang Edelweis berada di kategori tinggi.Kata kunci : Adversity Quotient, Resiliensi, Penderita Kanker stadium lanjut, RSUD Ulin BanjarmasinABSTRACTPatients with advanced-stage cancer face difficulties in the fight against chronic disease, so it takes adversity quotient type climber to survive, rise up and adapt (resilience). Purpose of this study was to find out correlation between adversity quotient and resilience in patients with advanced-stage cancer. Samples were 60 patients with advanced-stage cancer who underwent chemotherapy in Edelweis room, using accidental sampling technique. Data were collected using a scale of adversity quotient and a scale of resilience. Based on Pearson's product moment correlation test, it was found out that the higher adversity quotient, the higher resilience, and conversely. The effective contribution of adversity quotient to resilience was 95.1% while remaining 4.9% was likely influenced by other variables, such as empathy and reaching out. Based on the results, it can be concluded that the adversity quotient and resilience in patients with advanced-stage cancer in Edelweis Room was in the high category.Keywords: adversity quotient, resilience, patients with advanced-stage cancer, Ulin hospital Banjarmasin
PENGARUH MARITAL SELF-DISCLOSURE TERHADAP WORK LIFE BALANCE Zwagery, Rika VIra; Nurrachmah, Dwi; Fauzia, Rahmi; Yuniarrahmah, Emma
JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT Vol 12 No 2 (2024): Vol 12 No 2 Mei 2024
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37081/ed.v12i2.5643

Abstract

Perubahan zaman menjadikan terjadinya perkembangan ekonomi dan sosial. Tuntutan ekonomi dan sosial mendorong para wanita untuk mampu bersaing didunia kerja. Melalui semakin banyaknya wanita yang bekerja menjadikan timbulnya konflik peran ganda pada waita yang telah menikah dan bekerja. Sehingga perlu adanya upaya untuk dapat menjebatani timbulnya konflik peran yang terjadi dan upaya untuk dapat meminimalisirnya. Sehingga perlu adanya marital self-disclosure atau kemampuan keterbukaan diri pasangan suami istri yang bekerja.Penelitian ini bertujuan untuk meliha pengaruh marital self disclosure terhadap work life balance. Subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 71 wanita yang telah menikah dan bekerja dengan menggunakan purposive sampling sebagai Teknik pengambilan sampel. Alat ukur yang digunakan adalah Marital Self Disclosure Questionnaire (MSDQ) (Waring, Holde, Wesley, 1998) dan Skala Work Family Balance Scale (Fisher, 2009). Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara marital self-disclosure dengan work life balance. Semakin tinggi marital self disclosure maka semakin tinggi pula work life balance.