Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Nilai Feminimisme dan Konflik Sosial Dalam Novel Layangan Putus Karya Mommy Asf dan Novel Terusir Karya Hamka: Penelitian Intertekstual Mila Oktavia; Yetty Morelent; Gusnetti Gusnetti; Jendriadi Jendriadi
ANTHOR: Education and Learning Journal Vol 2 No 3 (2023): Volume 2 Nomor 3. Page: 307 - 439
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/anthor.v2i3.165

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data bersumber dari teks novel Layangan Putus karya Mommy ASF dan novel Terusir karya  Hamka. Penelitian ini merupakan penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data bersumber dari teks novel Layangan Putus karya Mommy ASF dan novel Terusir karya  Hamka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat nilai feminisme dan konflik sosial dalam kedua novel. Novel Layangan Putus karya Mommy ASF ditemukan 42 data  yang menggambarkan nilai feminisme dan 35 data yang menggambarkan konflik sosial. Sedangkan novel Terusir karya  Hamka ditemukan 14 data gambaran nilai feminisme dan 28 data yang menggambarkan konflik sosial. Hubungan intertekstual dari kedua novel yang dilihat dari segi unsur intrinsik yaitu, tokoh, alur, latar dan tema. Persamaan dari kedua novel adalah Kinan dan Mariah sama-sama seorang istri yang mendapatkan ketidak adilan dari suami mereka. Suami Kinan dan juga Mariah telah berkhianat, melukai perasaan dan melupakan janjinya sebelum menikah. Perbuatan masing-masing suami membuat hidup kedua tokoh utama penuh dilema, perjuangan berat serta cobaan yang berliku dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai feminisme dan konflik sosial diantara kedua tokoh utama. Pada novel Layangan Putus Kinan wanita yang hidup di zaman moderen lebih berani mengungkapkan perasaannya terhadap hal-hal yang membuatnya tidak nyaman terhadap lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Sedangkan dalam novel Terusir Mariah wanita yang hidup di zaman belanda cendrung penurut dan polos cenderung sulit untuk mengungkapkan dan membantah keadaan yang membahayakannya.