Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Acute Toxicity Test of The Jamu TurmericTamarind on Artemia Salina Leach Larvae Muhammad Abdurrahman Fardiaz; Kholisatun Nafila Az-Zahro; Intan Dzulqaidah; Diana Ayu Savitri; Iman Surya Pratama; Lalu Husnul Hidayat
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 3 (2023): July - September
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i3.4900

Abstract

Jamu is an ingredient from plant, animal material, mineral material, or a mixture of these ingredients for treatment based on experience. One of the jamu that are often consumed by Indonesian people, especially women, is the turmeric tamarind jamu. The turmeric and tamarind jamu is believed by most women to relieve pain during menstruation period. However, its current use has not been accompanied by the optimum dosage and side effects. Therefore, the toxicity test was carried out as an initial screening to predict the toxic levels that might be caused by the turmeric tamarind jamu. In this study, the bioactive substances in turmeric tamarind jamu will be identified, as well as the level of toxicity based on the LC50 value. Using variations in extract concentration, this study used a fully randomized approach. The powdered sample of turmeric tamarind jamu brand X was dissolved in water and then tested for phytochemical screening. Phytochemical screening including flavonoids, alkaloids, tannins, steroids/terpenoids, and saponins screening was carried out qualitatively, the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method was used to carry out the toxicity.The results of the phytochemical screening showed that the turmeric tamarind jamu contains alkaloids, flavonoids, tepenoid, steroid and tannins. The results of the toxicity test of the turmeric tamarind jamu showed the LC50 value in 3366.656 ppm and classified as non-toxic because it had LC50 value more than 1000 ppm.
EDUKASI PENCEGAHAN PENULARAN DAN PENGOBATAN SKABIES PADA SANTRI DAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN X KABUPATEN LOMBOK TIMUR Diana Ayu Savitri; Dian Fathita Dwi Lestari; Ahmad Noval; Auliza Nesty Putri Ardini; Jumratul Aulia; M. Tata Aulia Rahman; Muhammad Rizky Anugrah Putra; Nirma Laila Fakhira; Rifkah Hashifah Syahadatina; Tia Saskia; Lalu Muhammad Azharuddin; Ni Wayan Sri Suliartini
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 3 (2023): Agustus
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppm.v6i3.5758

Abstract

Skabies merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Prevalensi skabies biasanya meningkat 3,6 kali lebih tinggi pada tempat dengan jumlah penghuni padat seperti asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan penjara. Belum pernah ada penyuluhan dan penelitian mengenai skabies di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas NW Desa Sajang, Kecamatan Sembalun. Berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah dan Pemilik Pondok angka kejadian skabies cukup tinggi dan hampir menjangkit seluruh santri. Program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dalam bentuk penyuluhan edukasi kesehatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan memberikan edukasi kepada santri dan santriwati mengenai pencegahan penularan dan pengobatan skabies. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2023. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi yang diikuti oleh 61 peserta dengan rangkaian kegiatan meliputi pre-test, pemutaran video edukasi, gambaran kasus skabies, dan penyampaian materi mengenai skabies. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pre-test dengan instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta penyuluhan. Hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan santri termasuk kategori cukup baik sebanyak 21 orang (34,43%), kurang baik sebanyak 30 orang (49,18%), dan baik sebanyak 10 orang (16,39%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mayoritas santri termasuk dalam katagori kurang baik 49,18%. Kata kunci: Skabies, Sajang, Pencegahan, Pengobatan, Pondok Pesantren