Gita Nofieka Dwijayati
Fakultas Sains Terapan, Universitas Suryakancana Cianjur

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STRATEGI PEMASARAN SEBELUM DAN SESUDAH GEMPA CIANJUR 2022 (STUDI KASUS UMKM MEFITA CIANJUR) Gita Nofieka Dwijayati; Nurul Ramadina
Jurnal Administrasi Bisnis (JUBIS) Vol 3, No 1 (2023): June
Publisher : Program Studi Administrasi Bisnis Internasional, FASTER, UNSUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/jubis.v3i1.3304

Abstract

Fenomena gempa bumi berkekuatan 5,6 SR pada bulan November 2022 di Kabupaten Cianjurberdampak pada UMKM Cianjur, salah satunya UMKM Mefita yang bergerak di bidang usaha sayuran segar dengan proses penjualan yang dilakukan secara online. UMKM Mefita mengalami penurunan jumlah konsumen pasca gempa bumi tersebut. Maka dari itu, diperlukannya strategi pemasaran yang baik untuk memastikan keberlangsungan sebuah usaha pasca bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan UMKM Mefita sebelum dan sesudah gempa bumi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM Mefita menggunakan strategi pemasaran dengan konsep 4P (Product, Price, Promotion, Place)baik itu sebelum ataupun sesudah gempa. Strategi product UMKM Mefita sebelum dan sesudah gempa yaitu menjual sayuran dan berinovasi pada produk olahan sehat. Strategi price sebelum gempa bumi yaitu menjual harga dengan standar pasar, sedangkan setelah gempa UMKM Mefita berfokus pada reseller dan memberikan harga khusus reseller.  UMKM Mefita memaksimalkan penggunaan digital marketing platform pada strategi promosinya baik itu sebelum maupun sesudah gempa. Strategi place yaitu menyalurkan produknya secara offline (melalui retail, supermarket, konsumen individu, dan reseller) dan online (melalui e-commerce). Strategi place tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti baik itu sebelum maupun sesudah gempa. Penggunaan konsep bauran pemasaran yang tepat terbukti dapat memaksimalkan potensi UMKM Mefita dan meningkatkan volume penjualan pasca gempa bumi.
IMPLEMENTASI COMMUNITY BASED SOCIAL MARKETING DALAM MENINGKATKAN DISABILITY AWARENESS OLEH KOMUNITAS TUNE MAP #MAPMYDAY DI BANDUNG Gita Nofieka Dwijayati
Jurnal Administrasi Bisnis (JUBIS) Vol 3, No 2 (2023): JUBIS
Publisher : Program Studi Administrasi Bisnis Internasional, FASTER, UNSUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/jubis.v3i2.3810

Abstract

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini penyandang disabilitas mengalami keterbatasan akses akan pendidikan, lapangan pekerjaan, dan akses lainnya. Isu tersebut tidak hanya muncul di Indonesia, melainkan juga terjadi secara global. Tren global menunjukkan bahwa kelompok penyandang disabilitas mengalami eksklusi dalam pembangunan. Untuk mewujudukan lingkungan yang inklusif harus dilakukan oleh berbagai macam pihak, baik itu pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat luas karena disability awareness harus dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat. Salah satu pihak yang dapat berperan besar dalam meningkatkan kesadaran disabilitas adalah komunitas, salah satunya Tune Map #MAPMYDAY. Community Based Social Marketing (CBSM) adalah metode yang cukup efektif untuk mengubah perilaku komunitas karena melibatkan kontak langsung dengan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program CBSM Tune Map #MAPMYDAY dapat meningkatkan disability awareness. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi secara aktif dan wawancara. Data kemudian dianalisis menggunakan benchmark CBSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam program meningkatkan “disability awareness”, Tune Map #MAPMYDAY telah cukup baik mengimplementasikan konsep CBSM dan berhasil mendapatkan respon positif dalam meningkatkan “disability awareness”. Pada perencanaannya, ada beberapa hal yang mungkin harus lebih dipertimbangkan terutama dalam mengidentifikasi hambatan yang mungkin terjadi baik itu hambatan secara internal dan hambatan secara eksternal. Pada pelaksanaannya, Tune Map belum mempertimbangkan adanya kelompok kontrol padahal kelompok kontrol ini membuat organisasi dapat membandingkan perubahan yang terjadi antara kelompok yang terintervensi dan yang tidak terintervensi oleh kelompok kontrol.