Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Konsep Desain Venakular Dalam Bentuk pagawéan barudak di Baduy-Dalam Alif, Mohamad Zaini; Sachari, Agus; Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i4.46

Abstract

ABSTRACTThe term, Toys and Games in Inner Baduy society, are not familiar. They recognize them as Pagawéan Barudak. It is action using tools as media. The study was conducted in Inner Baduy, which focused on three villages, named Cibeo, Cikeusik and Cikartawana. The toys and games de- sign in Baduy is a process of transmitting moral, and socialization skills. Its form is presented through the study of vernacular design, which explains how the value of the transmission processes. In the pagawean barudak, determination and obedience are delivered through skills (skills training) in making, using it, obedience is delivered through the use of materials, forms, processes and the results of it. In the making process of the creation in pagawéan barudak portrays relationship of human being with the needs of surrounding nature. Then, those needs will be filled with rules, which are interconnected between them and the environment, emerging pikukuh and pitutur that must be followed in conducting all activity.Keyword: Design, Vernacular, Toys, Inner Baduy. ABSTRAKIstilah Mainan dan Pe rmainan di masyarakat Baduy, tidak dike nal. Me re ka menyebutnya Pagawéan Barudak, ini merupakan hasil kegiatan dengan menggunakan alat sebagai medianya. Penelitian dilakukan di Baduy, difokuskan ke tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Desain Mainan dan permainan di Baduy, adalah proses transmisi keterampilan, moral, dan sosialisasi. Bentuknya yang disajikan melalui studi desain vernakular yang akan menjelaskan bagaimana nilai dari proses transmisi itu berlangsung. Pada barudak melakukanpagawean, keteguhan dan kepatuhan disampaikan melalui keterampilan (skill training) dalam membuat, menggunakan pagawean barudak, kepatuhan disampaikan melalui penggunaan bahan, bentuk, proses dan hasil pagawean barudak. Dalam proses pembuatan produk dalam bentuk pagawéan barudak adalah, hubungan manusia dengan kebutuhan alam sekitarnya. Kemudian, kebutuhan tersebut akan dipenuhi oleh aturan yang saling berhubungan antara mereka dan lingkunganya, sehingga lahir pikukuh dan pitutur yang harus diikuti dalam melakukan seluruh kegiatanya.Kata kunci : Desain, Vernacular, Mainan, Baduy-Dalam
Konsep Desain Venakular Dalam Bentuk pagawéan barudak di Baduy-Dalam Alif, Mohamad Zaini; Sachari, Agus; Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1508.605 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i4.46

Abstract

ABSTRACTThe term, Toys and Games in Inner Baduy society, are not familiar. They recognize them as Pagawéan Barudak. It is action using tools as media. The study was conducted in Inner Baduy, which focused on three villages, named Cibeo, Cikeusik and Cikartawana. The toys and games de- sign in Baduy is a process of transmitting moral, and socialization skills. Its form is presented through the study of vernacular design, which explains how the value of the transmission processes. In the pagawean barudak, determination and obedience are delivered through skills (skills training) in making, using it, obedience is delivered through the use of materials, forms, processes and the results of it. In the making process of the creation in pagawéan barudak portrays relationship of human being with the needs of surrounding nature. Then, those needs will be filled with rules, which are interconnected between them and the environment, emerging pikukuh and pitutur that must be followed in conducting all activity.Keyword: Design, Vernacular, Toys, Inner Baduy. ABSTRAKIstilah Mainan dan Pe rmainan di masyarakat Baduy, tidak dike nal. Me re ka menyebutnya Pagawéan Barudak, ini merupakan hasil kegiatan dengan menggunakan alat sebagai medianya. Penelitian dilakukan di Baduy, difokuskan ke tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Desain Mainan dan permainan di Baduy, adalah proses transmisi keterampilan, moral, dan sosialisasi. Bentuknya yang disajikan melalui studi desain vernakular yang akan menjelaskan bagaimana nilai dari proses transmisi itu berlangsung. Pada barudak melakukanpagawean, keteguhan dan kepatuhan disampaikan melalui keterampilan (skill training) dalam membuat, menggunakan pagawean barudak, kepatuhan disampaikan melalui penggunaan bahan, bentuk, proses dan hasil pagawean barudak. Dalam proses pembuatan produk dalam bentuk pagawéan barudak adalah, hubungan manusia dengan kebutuhan alam sekitarnya. Kemudian, kebutuhan tersebut akan dipenuhi oleh aturan yang saling berhubungan antara mereka dan lingkunganya, sehingga lahir pikukuh dan pitutur yang harus diikuti dalam melakukan seluruh kegiatanya.Kata kunci : Desain, Vernacular, Mainan, Baduy-Dalam
MAINAN SEBAGAI MEDIA TRANSFER NILAI-NILAI ETIKA DI MASYARAKAT BADUY DALAM Mohamad Zaini Alif
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 2 (2020): Nusantara & Media
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no2.a2544

Abstract

Baduy Dalam society is people who live in the area located in the Village of Kanekes, South Banten, Banten Province, Indonesia. In their daily activities there are children's activities called unknown play which they call pagawean barudak. The use of playing tools using materials, and methods that are within the scope of its culture, as a form of transfer of pikukuh values ​​or ancestral teachings that contain customary rules in Baduy Dalam. The forms that exist in the pagawean barudak are a medium for transferring ethical values ​​to the teaching of customs and culture. How communication play equipment is used, ways and systems that do it. their effectiveness in using media as a medium for teaching rules, prohibitions and values ​​is their strength in their cultural system. play in the Baduy Dalam community as a scaffolding media that guides childhood by changing the level of teaching guidance and transfer of values. Pagawean barudak or playing in Baduy society emphasizes collaboration, harmony, social interaction, and socio-cultural activities, with the final point of achievement depending on which skills are considered important in that culture.
MODEL PASAR TRADISIONAL URBAN Winarno, Ari; Alif, M Zaini
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2021): KARYA RUPA DALAM PERSPEKTIF MAKNA, FUNGSI, DAN IMPLEMENTASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v9i1.1658

Abstract

This article discusses an alternative marketplace that is distinct and unique. Most markets facilitate the transaction of primary or secondary needs without heeding either the local cultural potential or educational values for its surrounding society. Thus, buyers and sellers complete the transaction without acquiring either additional values or experiences. This condition occurs in traditional markets at large, modern markets, and even online marketplaces. Qualitative approach and critical analysis applied in processing the data resulted in a market model. The Grimpon market is a design that fuses traditional and urban markets by implementing the management approach of Planning, Organization, Actuating, and Controlling (POAC) and executed through some stages, such as making market organization concept, appointing market organizing committee, writing a proposal of market organization, publication and promotion, sponsor issues, displays, implementation, control, and evaluation of the market. Keywords: Market model, traditional urban-----------------------------------------------------------------------------------------Tulisan ini membahas keberadaan pasar tempat jual beli alternatif yang memiliki keunikan dan berbeda. Mayoritas pasar merupakan tempat jual beli kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya sehingga mengabaikan potensi kultural setempat maupun edukasi terhadap masyarakat, sehingga para pembeli maupun penjual bertransaksi tanpa mendapatkan nilai tambah maupun pengalaman yang lain setelah kegiatan itu usai. Kondisi yang seperti ini terjadi di pasar tradisional pada umumnya, pasar modern maupun pasar yang dilaksananakan secara online yang masih eksis hinggga kini. Melalui pendekatan kualitatif dan analisa kritis disertai dengan data acuan lapangan pasar yang sudah ada maka dapat diformulasikan sebuah tahapan sebagai model pasar. Adalah pasar Grimpon merupakan rancangan perwujudan menggabungkan antara pasar tradisi dan urban yang dirancang malalui pendekatan managemen Planing, Organisation, Actuating, dan Controling (POAC) dan kemudian dieksekusi melalui tahapan: Konsep Penyelenggaraan Pasar, Penetuan Tim Pelaksana Pasar, PenyusunanProposal penyelenggaraan pasar, Publikasi dan Promosi Pasar, Masalah Sponsor, Penataan/display Pasar, Acara Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pasar. Kata kunci : Model Pasar, Tradisional Urban
TRANSFORMASI BENTUK TOPENG BEBEGIG SUKAMANTRI DI KABUPATEN CIAMIS Rostika, Ika; Alif, M. Zaini; Cahyana, Agus
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2020): ANALISIS MAKNA KARYA VISUAL DALAM SENI PUBLIK
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v8i2.1523

Abstract

Bebegig Sukamantri mask is a mask dance using attributes that come from nature, peculiar to Sukamantri District, Ciamis Regency, West Java. As time goes by, Bebegig Sukamantri mask has undergone changes in terms of its shape which led to shift in values contained in it. This phenomenon is interesting to be studied further. Bebegig Sukamantri mask has transformed its basic model, eye, mouth, nose since 1930 to 2018. It keeps modifying its ornament or color because there has been no standards to be followed. However, the structure of the mask is certain to always be large in size to present scary image by using attributes from nature as the identity of Bebegig Sukamantri mask. Its transformation has taken place due to external and internal factors. The external factors include religion, nature change, technology, economy, whereas internal factors cover innovation or development, needs of identity, imagination and economy. Keywords: transformation, mask, Sukamantri, Bebegig ABSTRAKTopeng Bebegig Sukamantri adalah kesenian tari-tarian menggunakan topeng dengan atribut yang berasal dari alam, khas Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Jawa Barat.Seiring  berkembangnya zaman, terdapat perubahan bentuk pada topeng Bebegig Sukamantri yang menyebabkan pergeseran pada nilai-nilai yang terkandung dalam topeng tersebut sehingga menarik untuk diteliti. Topeng Bebegig Sukamantri mengalami transformasi pada bentuk dasar, mata, mulut, hidung, pada tahun 1930 sampai 2018 selalu mengalami perubahan dari segi ornamen ataupun warnanya dikarenakan tidak ada pakem-pakem tertentu, namun dapat dipastikan struktur topeng selalu berbentuk besar untuk memberikan kesan seram dengan atribut yang berasal dari alam sebagai identitas Topeng Bebegig Sukamantri. Transformasi Topeng Bebegig Sukamantri terjadi karena adanya gejala yang  dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal diantaranya religi, perubahan alam, teknologi, ekonomi, sedangkan faktor internal diantaranya inovasi atau pengembangan, kebutuhan identitas, imajinasi, dan ekonomi. Kata kunci: Transformasi, Topeng,  Sukamantri, Bebegig
PERANCANGAN ALAT MUSIK OKARINA DENGAN TEMA BEBEGIG SUKAMANTRI Adnan Fauzi; Mohamad Zaini Alif; Nia Emilda
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2023): INOVASI DAN APLIKASI PADA KARYA VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v11i1.2512

Abstract