Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Identifikasi Cacat Kain pada Proses Pertenunan di Mesin Rapier Tipe GA747 PT. X Galuh Yuli Astrini; Hasna Khairunnisa; Mayesti Kurnianingtias; Dinarisni Purwanningrum
Majalah Teknik Industri Vol 28 No 1 (2020): Majalah Teknik Industri Juni 2020
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik ATI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mesin Rapier adalah salah satu jenis mesin yang digunakan dalam proses pembuatan kain tenun. Mesin tenun Rapier tidak menggunakan media teropong dalam peluncuran benang pakannya, tetapi menggunakan elemen yang fleksibel ataupun kaku yang disebut dengan gripper. Salah satu tahapan dalam proses pembuatan kain tenun adalah reaching atau pencucukan, yaitu sebuah proses memasukkan benang lusi ke dalam lubang dropper, mata gun, dan sisir tenun yang sesuai dengan rencana desain kain yang akan dibuat. Jenis mesin yang diamati dalam penelitian ini adalah mesin Rapier tipe GA747 yang terdapat di PT. X. Data jumlah cacat kain untuk setiap tipe cacat kain diambil sebagai data awal penelitian ini. Terdapat 5 jenis cacat kain yang ditemukan pada proses pertenunan di mesin Rapier, yaitu, putus pakan, putus lusi, pinggiran rusak, pakan tak sampai, dan pakan lompat. Berdasarkan pengamatan, jenis cacat kain yang banyak terjadi adalah putus lusi diantara gun dan kain. Sedangkan salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor mesin, yang disebabkan karena pita gripper aus, tegangan benang lusi yang tinggi, gripper kasar, sisir tajam, serta gripper race tajam. Solusi dari permasalahan ini adalah perawatan dan perbaikan mesin secara berkala pada mesin yang menjadi penyebab putus lusi, dan penggantian sparepart apabila diperlukan. Setelah dilakukan perbaikan pada mesin yang menyebabkan putus lusi antara gun dan kain, terjadi peningkatan efisiensi rata-rata sebesar 20%.
Pengaruh Tension Benang terhadap Jumlah Putus Warping Galuh Yuli Astrini; Pauli Cristy Pakpahan; Farid Sidik
Jurnal Tekstil Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i2.42

Abstract

Proses persiapan pertenunan merupakan salah satu penentu kualitas dari kain yang dihasilkan. Terdapat korelasi positif antara baiknya kualitas proses persiapan pertenunan dengan kelancaran pada pertenunan kain. Proses persiapan pertenunan meliputi warping, sizing, reaching dan tying. Pada pembuatan kain sarung, warping yang digunakan adalah sectional warping. Tension benang yang tidak merata adalah salah satu penyebab benang putus. Selama pengamatan, ditemukan terjadinya benang putus yang tergolong tinggi pada proses warping berlangsung. Tujuan dari pengamatan dan penelitian ini adalah menurunkan jumlah putus benang warping. Setelah dilakukan penelitian dengan metode eksperimen, didapati hasil rata-rata jumlah putus benang per 10 juta meter sebelum standarisasi tension sebesar 14,3 dan setelah standarisasi sebesar 9,89. Berdasarkan hasil pengujian dengan paired sample t-test, rata-rata jumlah putus benang mengalami penurunan setelah dilakukan standardisasi tension benang. Faktor yang mempengaruhi tension benang antara lain gulungan benang yang penyok dan kotor, hilangnya sparepart, ring washer yang kotor dan kasar. salah mengatur alur benang, menambah ring washer sembarangan, dan kurang melakukan pembersihan, pengubahan tension benang tanpa tension meter dan lingkungan yang berdebu dan bersuhu panas. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah material handling dengan benar. melakukan penggantian sparepart yang rusak/hilang, pengecekan dan pembersihan mesin secara berkala, memberikan training mengenai SOP dan Intruksi Kerja, menerapkan SOP oleh operator, dan pembersihan area sekitar mesin warping.