Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KARAKTERISTIK CAMPURAN HANGAT ASBUTON DENGAN BAHAN TAMBAH BERBASIS PARAFIN (CHARACTERISTICS OF WARM MIX ASBUTON WITH WAX BASED ADDITIVE) Suaryana, Nyoman; Kusnianti, Neni
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 33 No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.842 KB)

Abstract

ABSTRAKPembangunan yang berwawasan lingkungan sudah menjadi tuntutan di seluruh dunia, sehingga isu lingkungan dan penghematan penggunaan bahan bakar menjadi perhatian dunia.  Salah satu metode konstruksi perkerasan jalan yang berwawasan lingkungan adalah campuran beraspal hangat. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik campuran hangat Asbuton (aspal batu Buton dari Indonesia) dengan bahan tambah berbasis parafin yang dibandingkan dengan karakteristik campuran panas Asbuton.  Metodologi penelitian berupa metode experimental, melalui percobaan di laboratorium.  Studi dimulai dengan pengujian bahan, pembuatan rancangan campuran beraspal dengan metode Marshal, serta pengujian karakteristik campuran beraspal panas dan hangat. Hasil studi menunjukkan campuran hangat menggunakan Asbuton pracampur dan bahan tambah berbasis parafin mempunyai karakteristik campuran yang baik dan memenuhi ketentuan spesifikasi campuran beraspal untuk lapisan aus. Temperatur pencampuran dan pemadatan campuran hangat Asbuton dapat dilaksanakan sekitar 15 ºC lebih rendah dari campuran panas Asbuton, tanpa mengurangi kualitas campuran beraspalnya.  Campuran hangat Asbuton dengan bahan tambah berbasis parafin (dengan nama Leadcap) sebanyak 1 %, mempunyai nilai modulus resilien pada temperatur 25 oC sebesar 2267 MPa, mempunyai ketahanan terhadap alur dengan nilai stabilitas dinamis sebesar 7000 lint/mm, ketahanan terhadap pengaruh air dengan nilai rasio kuat tarik tidak langsung sebesar 94,5 %, ketahanan terhadap kehilangan berat akibat pelepasan butir dengan nilai pelepasan butir sebesar 3,6 %.  Nilai modulus dan ketahanan tersebut lebih baik dibandingkan dengan campuran panas Asbuton.   Sementara ketahanan terhadap retak lelah lebih rendah yang ditunjukkan dengan kemiringan kurva fatigue yang lebih besar.  Kata kunci: campuran hangat, Asbuton, parafin, alur, retak lelah, kehilangan berat akibat pelepasan butir, ketahanan terhadap air ABSTRACTGreen construction technology becomes a necessary in the entire world, so that environmental issues and saving on fuel use have become the world's attention.   One of the green construction technology is warm mix asphalt.  The purpose of this study is to evaluate the characteristics of warm mix Asbuton (Indonesian natural rock asphalt) with wax based additive, compared with the characteristics of hot mix Asbuton. Research methodology is in the form of experimental methods, through experiments and observations in the laboratory.  The study started with testing materials, mix designing with the Marshall method, as well as testing the characteristics of hot and warm mix Asbuton.The results of the study showed that warm mix Asbuton has good characteristics and comply with the specifications for asphalt concrete wearing course.  The mixing and compation temperature of  warm mix Asbuton is  around 15 ºC lower than hot mix Asbuton without decreasing the quality of asphalt mix.  Warm mix Asbuton with 1 % of wax-based additive (known as Leadcap)  has a value of resilient modulus at temperature of 25 oC of  2267 MPa, has rutting resistance by  dynamic stability value of  7000 passing/mm, water  resistance by  indirect tensile strength ratio value of  94.5%, resistance to mass losse raveling with the  value of 3.6 %. The values of modulus and the resistance mentioned are better than hot mix Asbuton.  While fatigue resistance is lower, indicated by the greater slope of the fatigue curve. Keywords: warm mix, Asbuton, wax, rutting, fatigue, mass losse raveling, water resistance
PENGARUH JENIS ASPAL PADA TEMPERATUR PEMADATAN BERKAITAN DENGAN WORKABILITY DARI CAMPURAN BERASPAL PANAS Kusnianti, Neni; Affandi, Furqon
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 30 No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15274.653 KB)

Abstract

ABSTRAK Penggunaan bahan tambah pada campuran beraspal panas telah mengalami perkembangan baik dari sifatnya maupun kegunaannya. Hal ini berklaitan erat dengan workability campuran atau temperature pencampur maupun temperatur pemadatan yang diperlukan. Umumnya jenis aspal yang dipergunakan ialah aspal keras dengan berbagai tingkatannya, yang mana penentuan workability campurannya, didasarkan pada temperatur pencampuran dan pemadatan yang mengikuti batasan nilai viskositas aspal 170+20 cSt untuk pencampuran dan 280+30 cSt untuk pemadatan. Tulisan ini menyampaikan penelitian pengaruh bahan tambah aspal pada penentuan temperatur pemadatan atau tingkat workability campuran, melalui percobaan eksperimental di laboratorium dan evaluasi serta analisis dari hasil percobaan campuran beraspal panas untuk lapisan aus. Jenis aspal yang diteliti ialah aspal Pen 60 tanpa dan dengan bahan tambah wax 1%, aspal modifikasi elastomer tanpa dan dengan bahan tambah wax 1%, serta aspal Pen 60 yang ditambah Styrene Butadyne Styrene 4,5% dan wax 1%. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa batasan viskositas untuk penentuan temperature pencampuran dan pemadatan yang umum selama ini digunakan, tidak sesuai dengan aspal dengan bahan tambah wax. Temperature pemadatan dari campuran dengan bahan tambah wax berdasarkan rongga dalam campuran (void in mix) yang sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, lebih rendah sebesar 30oC dari temperature berdasarkan batasan viskositas campuran aspal. Berdasarkan hal tersebut, penentuan temperature pemadatan berkaitan dengan workability campuran beraspal dengan bahan tambah, lebih baik didasarkan pada pengujian kepadatan atau temperatur pemadatan minimum yang masih bisa menghasilkan rongga dalam campuran (Void In Mix) sesuai dengan batasan Void In Mix pada spesifikasi yang dipergunakan. Kata kunci :  Viskositas, temperatur pemadatan, Void In Mix, bahan tambah, wax, workability
PEMANFAATAN MINERAL ASBUTON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH Kusnianti, Neni
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 25 No 3 (2008)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.709 KB)

Abstract

Asbuton merupakan aspal alam dari di Pulau Buton dengan deposit yang sangat besar dapat dimanfaatkan sebagai bahan jalan karena disamping mengandung bitumen, mineralnya pun memiliki kandungan kapur (CaCO3) yang cukup tinggi. Dengan dikembangkannya produk asbuton murni sebagai hasil pemisahan antara bitumen dengan mineralnya, maka mineral asbuton tersebut dimasa yang akan datang apabila tidak dimanfaatkan akan mengganggu lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk memanfaatkan mineral tersebut sebagai alternatif bahan stabilisasi tanah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik tanah setelah distabilisasi mineral asbuton melalui pengujian di laboratorium, sehingga didapatkan proporsi mineral asbuton yang sesuai untuk meningkatkan daya dukung tanah. Pada penelitian ini, karakteristik tanah hasil stabilisasi tanah dengan mineral asbuton dibandingkan dengan tanah aslinya untuk mengetahui perubahan karakteristik yang terjadi. Karakteristik yang diuji adalah: batas Atterb erg, gradasi, kepadatan berdasarkan standar Proctor, CBR dan kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strength, UCS). Kata kunci: mineral asbuton, stabilisasi tanah, karakteristi tanah, CBR, kuat tekan bebas.
PENGKAJIAN METODA PELAPISAN ULANG CAMPURAN BERASPAL DIATAS PERKERASAN BETON Kusnianti, Neni; P.A, Y. Ronny
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 23 No 2 (2006)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.544 KB)

Abstract

Sebagaimana halnya suatu perkerasan jalan, maka jalan beton pun akan mengalami penurunan kinerja sehubungan dengan pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan dimana jalan tersebut berada. Penurunan kinerja yang umum ialah pelayanan dari segi struktur serta pelayanan fungsional dalam melayani lalu lintas. Dalam rangka meningkatkan kembali kemampuan perkerasan jalan beton tersebut serta memanfaatkan perkerasan lama yang sudah ada secara efektif, maka perlu dilakukan usaha perkuatan perkerasan yang sudah ada, agar bisa melayani lalu lintas lebih lama lagi. Untuk memperpanjang masa pelayanan jalan beton tersebut, dapat dilakukan penambahan lapis tambahan diatas perkerasan beton yang sudah ada, dimana salah satunya bahan penambahan tersebut ialah lapisan beraspal. Penambahan lapisan jalan beton dengan lapisan beraspal, memerlukan suatu pedoman sehingga masa pelayanan yang diharapkan dapat dicapai sesuai rencana, dengan memanfaatkan kekuatan perkerasan jalan beton yang ada secara efektif dan efisien. Pada tulisan ini, diuraikan beberapa metoda untuk perhitungan tebal lapis ulang AC diatas perkerasan beton, antara lain metoda AUSTROADS, AASHTO
Pemanfaatan Tailing Untuk Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) pada Perkerasan Jalan Kusnianti, Neni
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 22 No 1 (2005)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.66 KB)

Abstract

Banyak tipe campuran beraspal panas untuk lapis permukaan jalan dan salah satu diantaranya ialah Latasir (sand sheet). Pasir merupakan salah satu agregat alam yang diperlukan untuk campuran tersebut. Namun penggunaan bahan pasir akan mengganggu kelestarian lingkungan, selain itu di beberapa tempat, material seperti ini sangat sulit didapat atau kualitasnya tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Di beberapa tempat seperti di Timika (Papua) di dapat material yang berukuran seperti pasir yang merupakan limbah dari P.T Freeport sebagai bahan hasil buangan dari proses penambangan bijih emas dan tembaga, yang disebut dengan tailing, dan sampai saat ini tailing tersebut belum termanfaatkan untuk konstruksi perkerasan jalan, Pada tulisan ini, diuraikan pengaruh variasi penambahan tailing dalam campuran Latasir. Pemanfaatan tailing ini pada bahan jalan akan ikut mengurangi pengaruh limbah tersebut terhadap lingkungan.
MODEL PENURUNAN KETIDAKRATAAN PADA PERKERASAN LENTUR Kusnianti, Neni; -, Siegfried
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 36 No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT In pavement management system, the roughness deterioration model is an important parameter to determine the functional performance in the future. The information of functional and structural performances will set the type of maintenance needed during the analysis period. The general model of roughness deterioration is a combination of some road deffect models such as crack, rutting, and pothole, and this seems a bit complicated. To apply this model, it needs a quite huge data and this will cause to the cost of data collection and equipment used. Because of lack of equipment and to make more efficient, it needs to adopt a simpler model of roughness deterioration. The aggregate model of roughness deterioration is a simple model used in many African countries that is a function of structural strength, environmental factor, and traffic. By adopting this model, it needs a simple calibration by comparing the results of this model to that of HDM4 program which have been applied in some countries like Ghana, Brazilia, Phillipines and Malaysia. The result shows that the roughness values of these two methods are not significantly different especially for the IRI less than 12. This means that the aggregate model of roughness deterioration is acceptable to use in Indonesia, because generally the Indonesian pavement management system suggest that the IRI of 12 will require reconstruction. Keywords: IRI, model of roughness deterioration, pavement management system, aggregate mode of roughness deterioration, HDM