This Author published in this journals
All Journal GIZI INDONESIA
Sandjaja ., Sandjaja
Unknown Affiliation

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KAJIAN PERBEDAAN PREVALENSI BALITA KURUS DAN PENDEK MENURUT STANDAR WHO 2005 DIBANDING NCHS: Analisis Data SKRT 2004 ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i1.52

Abstract

THE DIFFERENCE IN THE PREVALENCE OF WASTING AND STUNTING IN CHLIDREN AGE0-59 MONTHS BY USING NCHS AND NEW WHO ANTHROPOMETRIC STANDARD: Re-analysis of Indonesian Household Health Survey 2004WHO introduced new Child Growth Standard for children 0 – 60 months of age in the early 2006based on Multi-Centre Growth Reference Study (MGRS) in 6 countries: Brazil, Ghana, India,Norway, Oman and the United States of America involving healthy children living in healthyenvironment that provide possibility for them to grow according to their genetic potential. WHOrecommended that the standard be used as a new anthropometric reference replacing the existingNCHS-WHO child growth reference. However, some experts demand to evaluate the standard,before Indonesia adopts it in the nutrition program. This paper tries to compare the consequenceof adopting new WHO standard to the magnitude of stunting and wasting. The main objective ofthe paper is to re-analyze the existing anthropometric data on children aged 0-59 months by usingboth NCHS-WHO reference and new WHO standard on the prevalence of wasting (W/L or W/H)and stunting (H/A). This re-analysis is based on anthropometric data of 3,316 children age below 5years old from Household Health Survey 2004. Child weight and length/height were converted intoz-scores of W/H and H/A by using both NCHS and new WHO Growth Standard, and compared theprevalence of wasting and stunting. The results showed that the prevalence stunting is higher byusing new WHO Growth Standard (28.6%) compared to that by using NCHS growth references(24.1%). The difference in the prevalence varied between sex from 4.5-4.7% and across agegroups from 1.3-9.2%. Similar results also found for the prevalence of wasting. The prevalence ofwasting by using WHO Growth Standard and NCHS growth references was 15.1% and 13.8%respectively. The difference in the prevalence varied between sex from 0.8-2.1% and across agegroups which varied fourfold (21.0% and 5.6%) for children age below 6 month old and only 1.7%for children age 48-59 month old.Keywords: anthropometric standard, stunted, wasted, height for age, weight for height
HUBUNGAN KEKURANGAN VITAMIN A DENGAN ANEMIA PADA ANAK USIA SEKOLAH Jus’at, Idrus; ., Sandjaja; ., Sudikno; Fitrah, Fitrah
GIZI INDONESIA Vol 36, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v36i1.117

Abstract

Anemia, terutama anemia defisiensi  besi, masih merupakan  masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia masih tinggi pada kelompok risiko tinggi yaitu ibu hamil, menyusui, balita, anak usia sekolah dan WUS. Selain kekurangan zat besi dalam  konsumsi  makanan dan penyakit infeksi, berbagai faktor mempunyai kontribusi relatif terhadap anemia. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi relatif  status  retinol  terhadap  anemia  pada  anak  usia  sekolah.  Penelitian  dilakukan  di   Tasikmalaya  dan Ciamis  pada  173  anak  umur  5-9  tahun  dari  keluarga  miskin.  Hasil  penelitian  menunjukkan  prevalensi anemia  14,5  persen, prevalensi kurang vitamin A  (KVA)  10,9  persen. Konsumsi energi, protein, zat besi, vitamin  C,  vitamin  B12,  folat,  dan  seng  masih  di  bawah  AKG  (2004).  Setelah  dikontrol  dengan  asupan energi,  protein,  dan  vitamin  B12  anak  yang  menderita  KVA  memiliki  odds  ratio  3,33  kali  untuk  menjadi anemia (p=0.063, 95%, CI 0,93-11.84) dibandingkan anak yang tidak KVA. Kata kunci: anemia, defisiensi vitamin A, anak usia sekolah
NUTRITIONAL STATUS OF POOR FAMILIES IN NORTH JAKARTA ., Sandjaja; Soekatri, Moesijanti; Wibowo, Yulianti; Budiman, Basuki; ., Sudikno
GIZI INDONESIA Vol 33, No 2 (2010): September 2010
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v33i2.94

Abstract

TATUS GIZI PADA KELUARGA MISKIN DI JAKARTA UTARADari berbagai masalah kekurangan zat gizi mikro di Indonesia, hanya kurang vitamin A (KVA), anemia khususnya akibat kurang zat besi, dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) saja yang sudah banyak diteliti. Prevalensi kekurangan zat gizi mikro tersebut masih tinggi sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi penelitian kekurangan zat gizi mikro yang lain masih terbatas. Selain itu kekurangan zat gizi mikro khususnya pada keluarga miskin masih belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan mengetahui besaran masalah kekurangan zat gizi mikro di Jakarta Utara pada 300 keluarga miskin dan 100 keluarga hampir miskin di 4 kelurahan yang mempunyai anak balita. Semua anak balita menjadi sampel penelitian, sedangkan untuk kelompok umur lain yaitu anak usia sekolah, remaja, dan dewasa hanya diambil sub -sampel. Data yang dikumpulkan adalah konsumsi makanan dan darah vena untuk dianalisis kadar hemoglobin, serum ferritin, zat seng (zinc), dan asam folat, dan data morbiditas. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi energi antara 1018 –1702 kkal dan protein antara 26.7– 44.3 gram per hari. Konsumsi energi dan protein masih defisit terutama pada kelompok remaja dan dewasa. Menurut sosial ekonomi, konsumsi tersebut lebih rendah pada keluarga miskin dibanding keluarga hampir miskin. Prevalensi anemia pada keluarga miskin terendah pada remaja laki-laki (5,1%) dan tertinggi pada remaja perempuan (37, 0%), sedangkan pada keluarga hampir miskin pada anak usia sekolah perempuan (13,3%) dan tertinggi pada wanita dewasa (27,8%). Prevalensi defisiensi besi pada keluarga miskin dan keluarga hampir miskin terendah pada dewasa laki-laki (0%) dan tertinggi pada remaja perempuan (37, 0%). Defisiensi zinc terendah pada anak usia sekolah laki-laki (14,6%) dan tertinggi pada anak sekolah laki-laki (30,8%) dan wanita dewasa (38,9%).Kata kunci: anemia, iron deficiency, zinc deficiency, poor family
STATUS GIZI KURUS ANAK USIA (24-59) BULAN DENGAN DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Analisis Data Surkesda NAD 2006 Muljati, Sri; ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 31, No 2 (2008): September 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i2.56

Abstract

THE PREVALENCE OF WASTINGOF CHILDREN AGE 24-59 MONTHS IN NANGGROE ACEH DARUSSALAMSurkesda NAD 2006 as post tsunami household health survey and covering all 21 districts/citieshad assessed child nutritional status (wasting), with cut-off point -2.00 SD for age 24-59 months.A total sample of 922 children was included in the assessment. The objective of this study is toanalyze child nutritional status and factors related to the status in NAD after tsunami. The studyrevealed that the prevalence of wasting in NAD was 16.7% (ranges from 5.9%-31.3%). Theprevalence of wastingin NAD were higher than those of Indonesia. Multivariate analysis identifiedvarious factors that associated with the prevalence of wasting. Higher risk of wasting wasidentified for children (24-59 months) with absence of BCG immunization (OR=1.63), and thoseattending out-patient clinics for treatment of their illnesses (OR=1.47). It is recommended thatintensive nutrition program be implemented in high areas of wasting through exclusive breastfeeding promotion, proper complementary food distribution, growth monitoring and promotion, IECfor nutrition and child caring practices.Keywords: child nutritional status, tsunami, Aceh, balita
PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DAN BERAT BADAN BAYI LAHIR (Analisis Data Riskesdas 2010) ., Sudikno; ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 35, No 2 (2012): September 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.886 KB)

Abstract

BBLR masih merupakan masalah di bidang kesehatan perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku  merokok  orang  tua  dengan  berat  badan  bayi  lahir.  Penelitian  ini  menggunakan  data  sekunder Riskesdas  2010  dengan  disain  penelitian  cross-sectional.  Sampel  adalah  semua  rumah  tangga  yang mempunyai  bayi  berumur  0-11  bulan.  Data  diambil  dari  kuesioner  individu  (RKD10IND)  dan  kuesioner rumah tangga (RKD10RT),  yaitu karakteristik  kepala keluarga, istri dari kepala keluarga. Data anak yang dianalisis  yang  mempunyai  catatan  berat  badan  lahir,  lahir  cukup  bulan,  status  sebagai  anak  (bukan anggota  keluarga  lain).  Hasil  penelitian  tidak  berhasil  menunjukkan  adanya  perbedaan  rata-rata  berat badan lahir bayi menurut perilaku orang tua yang perokok maupun bukan perokok.Kata kunci: perilaku merokok, orang tua, berat badan bayi lahir
RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI INDONESIA ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 32, No 2 (2009): September 2009
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.774 KB)

Abstract

CHRONIC ENERGY DEFICIENCY AMONG PREGNANT WOMEN IN INDONESIAMaternal mid-upper arm circumference (MUAC) is a potential indicator of maternal nutritional status.It can serve as a predictor of low birth weight and other health related indicators. It is used inIndonesia to select woman of reproductive age and pregnant woman for nutrition intervention.However, there are few studies in Indonesia to examine risk factors associated with low MUAC. Theobjective of the study is to determine characteristics of areas, family, pregnant woman, and morbidityassociated with low MUAC (< 23.5 Cm), as a predictor of chronic energy deficiency. Data used for theanalysis is Riskesdas (Baseline Health Research) 2007. A total of 8187 pregnant women were used forthe analysis. The result showed that the prevalence of low MUAC in Indonesia was 21.6%, varied from11.8% in Riau to 32.4% in East Nusa Tenggara. The prevalence is higher in rural than that in urbanareas. The result also showed that high prevalence of low MUAC is associated with familycharacteristics (pregnant woman as dependent in the family, smaller and bigger household members,and poor quintiles of expenditure per capita). There was a negative association between theprevalence of low MUAC with age, education attainment, and height of mother. High prevalence oflow MUAC was found for single mother, jobless, farmer, unskilled labor. There was no cleardifference between low MUAC and morbidity or out-patient attendance in different type of healthfacilities. Keywords: pregnant woman, upper-arm circumference
PREVALENSI GIZI LEBIH DAN OBESITAS PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA ., Sandjaja; ., Sudikno
GIZI INDONESIA Vol 28, No 2 (2005): September 2005
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.382 KB)

Abstract

There is a trend that the prevalence of overweight and obesity is increasing in Indonesia in the last decade. Overweight and obesity has been shown to increase risk of several degenerative diseases. Using data from household health survey (SKRT), data analysis of 20.137 adults was done, comprised of 9.390 men and 10.747 women from urban and rural areas. Overweight and obesity was defined for body mass index (BMI) > 25.0 – 27.0, while obesity was defined for BMI > 27.0. The study found that the prevalence of overweight was 7.2% among men and 10.4% among women. The prevalence of overweight was higher in urban areas (10.8%) than in rural areas (7.5%). The prevalence of obesity among women was more than twice (13.3%) than among men (5.3%), higher in urban areas (12.8%) than rural areas (7.1%). The peak of overweight and obesity was found at the age range of 45 – 49 years old. In conclusion, the prevalence of overweight and obesity was higher in both aspects, among women than men and in urban areas than in rural areas. The higher prevalence was found at the age of 45-49 years old.Keywords: overweight, obesity, body mass index
HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) ., Sudikno; Simanungkalit, Bona; Widodo, Yekti; ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 34, No 2 (2011): September 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.692 KB)

Abstract

Tingkat  pendapatan masyarakat  diperberat  oleh  pengeluaran  rokok  rumah  tangga  yang  secara  tidak langsung  akan  mempengaruhi  status  gizi  balita.  Penelitian  ini  bertujuan  mengetahui  hubungan pengeluaran rokok rumah tangga dengan status gizi balita. Penelitian menggunakan data Riskesdas 2010. Populasi  penelitian  meliputi  semua  rumah  tangga  Riskesdas  2010.  Sedangkan  sampel  adalah  semua rumah tangga Riskesdas 2010 yang memiliki balita (0-59 bulan) dengan kriteria inklusi balita (0-59 bulan) termuda di rumah tangga. Variabel penelitian meliputi: status gizi balita, pengeluaran rokok rumah tangga, pendidikan KK, pekerjaan KK, tinggi badan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan status sosial ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan rumah tangga dengan pengeluaran rokok pada kuintil 4 dan 5 memiliki odds rasio  1,21  kali  untuk  memiliki  balita  dengan  status gizi  (BB/TB)  kurus  dan  sangat  kurus  dibandingkan rumah  tangga  dengan  pengeluaran  rokok  pada  kuintil  1,  2,  dan  3  setelah  dikontrol  oleh  variabel pendidikan ibu, pendidikan KK, dan pekerjaan KK. Kata kunci: pengeluaran rokok, rumah tangga, statusgizi balita
ANALISIS KINERJA TENAGA PELAKSANA GIZI PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN KEBUMEN ., Sudikno; Fajarwati, Tetra; Rachmawati, Rika; Raswanti, Irlina; ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 30, No 2 (2007): September 2007
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.574 KB)

Abstract

WORK PERFORMANCE OF PUSKESMAS NUTRITION OFFICER IN THE MANAGEMENT OF SEVERE MALNUTRITION IN KEBUMENMinistry of Health published Guidelines for the Management of Severe Malnutrition in Puskesmas(Community Health Center) adopted from WHO book. It is a handbook for nutrition officer inPuskesmasto treat severe malnourished children in his areas. However, there has no study toevaluate work performance of nutrition officer in the implementation of the guidelines. A crosssectional study was conducted in the District of Kebumen, Central Java Province where severemalnourished children were high to determine work performance of Puskesmas nutrition officer.Samples of the study were 33 nutritition officers of Puskemas and 29 heads of Puskemas.Variables collected were characteristics of nutrition officer, budget and time allocated for nutrition,nutrition equipment and supplies, and management of severe malnutrition program; planning,implementation, monitoring, supervision, recording, reporting and evaluation constructed inquestionares. A composite of good and no good were based on variables to measure workperformance. The study team interviewed the samples by using questionaires. The sudy revealedthat 48.5 % nutrition officer had good working performance. Analysis showed that good workingperformance of nutrition officers in the management of severe malnutrition was associatedsignificantly with availability of nutrition equipment and supplies in Puskesmas and Posyandu(integrated health post) and intensive supervision from District Health Office.Keywords: severe malnutrition, work performance, nutrition officer
CAKUPAN SUPLEMENTASI KAPSUL VITAMIN A DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK ANAK BALITA DAN AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) ., Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 34, No 2 (2011): September 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.181 KB)

Abstract

Kurang vitamin A mempunyai dampak pada fisiologi indera pengelihatan dan imunitas tubuh. Seperempat anak balita di dunia masih menderita kurang vitaminA. Pada survei nasional vitamin A pada anak balitatahun 1992 mendapatkan prevalensi xerophthalmia 0,34 persen. Tetapi beberapa survei lain sesudahnya menunjukkan  kurang  vitamin  A  sub-klinikal  masih  cukupo  tinggi.  Suplementasi  kapsul  vitamin  A  dosis tinggi enam bulan sekali pada anak balita merupakanstrategi kunci untuk meningkatkan status vitamin A. Berbagai  faktor  anak  balita  dan  akses  pelayanan  kesehatan  diduga  mempengaruhi  tinggi  rendahnya cakupan kapsul vitamin A di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor akses pelayanan kesehatan dan karakteristik anak balita yang mempengaruhi tinggi rendahnya cakupan kapsul vitamin A. Analisis  menggunakan  data  sekunder  yang  dikumpulkan dalam  Riskesdas  2010.  Riskesdas  merupakan studi kros-seksional yang mengumpulkan data dasar kesehatan dari 69.300 sampel rumah tangga di 2.798 blok sensus terpilih di seluruh wilayah Indonesia. Hanya variabel yang lengkap dan relevan dengan faktor yang  diduga  berperan  pada  16.955  sampel  anak  umur  12-59  bulan  yang  menerima  atau  tidak  kapsul vitamin A yang diambil untuk analisis. Analisis akhir yang digunakan adalah regresi logistik multivariat untuk  mengukur  faktor-faktor  yang  berperan  dalam  penerimaan  kapsul  vitamin  A.  Hasil  penelitian menunjukkan  bahwa  cakupan  kapsul  vitamin  A  di  Indonesia  sebesar  70,5  persen,  bervariasi  antar provinsi,  cakupan  lebih  tinggi  di  daerah  perkotaan  (75,3%)  dibanding  di  perdesaan  ((65,6%).  Posyandu merupakan tempat yang paling tinggi untuk mendapatkan kapsul vitamin A (84,1%). Anak balita dalam 6 bulan  terakhir  yang  tidak  mendapatkan  kapsul  vitamin  A  berhubungan  secara  bermakna  dengan  yang tidak  mempunyai  KMS  (AOR=1.652,  95%  CI  1.465-1.863),  telah  diimunisasi  tetapi  tidak  lengkap (AOR=1.492,  CI  1.358-1.639)  atau  belum  diimunisasi  (AOR=3.597,  95%  CI  3.121-4.146),  dalam  6  bulan terakhir ke posyandu dua kali atau kurang (AOR=6.046, 95% CI 5.425-6.733), kelahiran anak ditolong bukan oleh  tenaga  kesehatan  (AOR=1.244,  CI  1.114-1.388),  tidak  ada  pemeriksaaan  kesehatan  oleh  nakes  saat neonatus (AOR=1.152, CI 1.040-1.275), tetapi cakupan kapsul vitamin A tidak berhubungan dengan jenis kelamin  anak,  kelompok  umur  anak,  tidak  punya  buku  KIA,  maupun  status  gizi  underweight,  wasting, stunting. Rekomendasi: Peningkatan cakupan kapsul vitamin Adapat dilakukan dengan revitalisasi peran posyandu dan peningkatan akses balita pada pelayanan kesehatan di desa.Keywords: suplementsi kapsul vitamin A, anak balita, posyandu, akses pelayanan kesehatan