Frans Ferdinal
Bagian Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

UJI FITOKIMIA DAN KAPASITAS TOTAL ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI PETAI (PARKIA SPECIOSA ) Chika Natulewi; Siufui Hendrawan; Frans Ferdinal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.16195

Abstract

Indonesia saat ini banyak terjadi masalah kesehatan karena keadaan stres oksidatif yang terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh. Stres oksidatif aktif berperan pada patofisiologi dalam berbagai macam penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, aterosklerosis, kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Dihasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang berperan dalam proses fisiologis sistem pertahanan tubuh. Diperlukan juga antioksidan didalam tubuh untuk menyeimbangi, meskipun terdapat antioksidan endogen dalam tubuh manusia, namun pada kondisi stres oksidatif, tubuh perlu tambahan antioksidan dari sumber eksternal. Petai (Parkia speciosa) adalah tanaman yang banyak dijumpai di daerah tropis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa petai memiliki kandungan tinggi antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kandungan antioksidan dalam Petai. Pembuatan ekstrak Parkia speciosa dengan teknik perkolasi menggunakan pelarut metanol untuk mendapatkan ekstrak petai. Sampel ekstrak petai dilakukan uji fitokimia, uji kapasitas antioksidan. Pada penelitian ini ditemukan kandungan fitokimia ekstrak biji petai yaitu berupa alkaloid, betacyanin, kardio glikosida, flavonoid, glikosida, fenol, kuinon, saponin, steroid, terpenoid, tanin. Nilai kapasitas total antioksidan pada ekstrak biji petai dinyatakan dengan IC50, yakni kadar ekstrak yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas. Hasil didapatkan IC50 sebesar 178,661 µg/mL pada metode DPPH, 39,167 µg/mL dengan metode ABTS dan , 78,656 µg/mL dengan metode FRAP
EKSTRAK BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA): UJI FITOKIMIA, TOTAL ANTIOKSIDAN, DAN KADAR FENOLIK TOTAL Angela Aprilia Adinda; David Limanan; Frans Ferdinal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.16215

Abstract

Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dihasilkan dari dalam tubuh maupun faktor lingkungan. Kerusakan jaringan di dalam tubuh disebabkan oleh ketidakseimbangan antioksidan di dalam tubuh akibat paparan ROS yang melebihi batas sehingga menimbulkan stres oksidatif. Untuk mengatasi stres oksidatif diperlukan penambahan antioksidan eksogen. Tanaman herbal merupakan salah satu sumber antioksidan eksogen. Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) merupakan sumber antioksidan eksogen yang memiliki banyak manfaat. Selain bermanfaat dalam bidang kesehatan terutama dalam menangani hipertensi, bunga rosella juga dikenal dengan warnanya yang indah dan rasanya yang masam sehingga banyak dipergunakan untuk pewarna alami dan dijadikan sebagai bahan dasar olahan makanan. Mengetahui kandungan fitokimia, kapasitas total antioksidan dengan metode FRAP, DPPH. ABTS, serta kadar fenolik total bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah tujuan dari penelitian ini yang dilakukan di Lab Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara. Pada uji fitokimia ekstrak bunga rosella terdapat positif pada senyawa terpenoid, antosianin, kumarin, tanin, saponin, kuinon, flavonoid, kardioglokosida, glikosida, fenolik, dan alkaloid. Serta negatif pada steroid dan betasianin. Pada penelitian kapasitas total antioksidan bunga rosella dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP ditemukan IC50 secara berurut sebesar 78,656 µg/mL, 20,788 µg/mL, dan 12,057 µg/mL hal ini menandakan bahwa bunga rosella termasuk dalam golongan dengan antioksidan yang sangat kuat dan kadar fenolik total di dapatkan sebesar 2086,32 ?g/mL. Dapat disimpulkan bahwa bunga rosella memiliki potensi sebagai antioksidan.
ANALISA EKSTRAK BUNGA ANYELIR DENGAN UJI KAPASITAS ANTIOKSIDAN, UJI TOKSISITAS, DAN UJI FITOKIMIA Ivany Lius Pangestu; David Limanan; Frans Ferdinal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.16217

Abstract

Tanaman herbal memiliki fungsi terapeutik dan sudah menjadi obat tradisional untuk berbagai tempat di dunia. Bagian dari tanaman yang bisa digunakan untuk fungsi tersebut mencakup daun, batang, bunga dan biji. Bunga anyelir ini ditemukan memiliki sifat anti kanker, antioksidan dan antifungal. Pada penelitian yang dijalankan dari September 2022 sampai April 2023 di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ini, dilakukan beberapa analisa terhadap ektrak bunga anyelir (Dianthus caryophyllus) sebagai salah satu edible flower untuk menelusuri kandungan dan manfaat edible flower terhadap kesehatan. Penelitian ini hendak mencari tahu kandungan metabolit sekunder dengan cara melakukan uji fitokimia, kapasitas antioksidan total melalui metode, DPPH, ABTS, dan FRAP, uji toksisitas dengan metode BSLT. Hasil uji pada penelitian ini dirangkum dalam tabel dan grafik. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa IC50 ekstrak bunga anyelir pada metode DPPH sebesar 31,371 µg/mL, ABTS sebesar 39,167 µg/mL, dan FRAP sebesar 16,320 µg/mL, tergolong mempunyai kemampuan antioksidan yang kuat, memiliki kemampuan untuk menginhibisi proses mitosis sel dengan LC50 174,818 µg/mL, dan memiliki kandungan fitokimia seperti alkaloid, kardio glikosida, flavonoid, glikosida, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid, tannin, coumarin, dan betasianin. Penelitian ini menggunakan bunga yang diperoleh dari pasar bunga lokal dimana kondisi pertumbuhan tanaman tidak dapat diketahui dan dikendali sehingga pada penelitian lebih lanjut sebaiknya menggunakan tanaman yang dibiakkan dalam kondisi terkontrol.
UJI FITOKIMIA DAN KAPASITAS TOTAL ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) Maria Faustina Jesslyn Herlianto; Siufui Hendrawan; Frans Ferdinal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.16330

Abstract

Sumber daya alam yang beragam di Indonesia memiliki banyak manfaat terutama dalam mengatasi penyakit, seperti penuaan, kanker, kardiovaskular, gangguan neurologis dan autoimun. Salah satu yang berperan dalam perkembangan penyakit tersebut adalah stres oksidatif dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi serta akumulasi spesies reaktif oksigen (ROS) dengan jumlah antioksidan dalam tubuh yang berperan mendetoksifikasi produk reaktif ini. Antioksidan dapat berasal baik dari endogen maupun eksogen. Dalam upaya menghindari terjadinya stres oksidatif, tubuh memerlukan antioksidan eksogen. Daun salam merupakan salah satu sumber antioksidan eksogen. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa daun salam kaya akan antioksidan, maka dari itu, penelitian ini ingin menggali lebih dalam mengenai kandungan antioksidan pada daun salam. Penelitian eksperimental bersifat in vitro ini mencakup uji fitokimia dan uji kapasitas antioksidan. Ekstrak daun salam didapatkan dengan teknik perkolasi menggunakan pelarut metanol. Alat spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mendapatkan data yang kemudian diolah menggunakan GraphPad Prism v.7.0 La Jolla, California, USA. Pada uji fitokimia didapatkan bahwa daun salam mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, betasianin, tanin, steroid, terpenoid, fenol, kardio glikosida, dan kuinon. Hasil uji kapasitas total antioksidan dengan metode metode ABTS yakni IC50 46,416 µg/mL, DPPH yakni IC50 168,4 µg/mL, dan metode FRAP IC50 yakni 11,40 µg/mL. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa potensi sebagai antioksidan yang dimiliki daun salam termasuk golongan kuat.