Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora

WISATA SPIRITUAL: MENUAI BENIH KOMODIFIKASI DARI PARA PENELITI BISSU Feby Triadi
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1915.589 KB) | DOI: 10.36869/.v5i1.5

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menafsirkan dampak penelitian yang terus dilakukan pada komunitas Bissu. Dari penelitian yang ada, beberapa diantara mereka masih membahas hal yang sama, baik dari sudut pandang yang berbeda maupun dari sudut yang sama pula, tentu ini merupakan kekosongan narasi penelitian yang tidak mampu dikumpulkan dan diarsipkan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan serta melakukan wawancara langsung dengan informan, seperti Bissu, dewan adat, tokoh pemerintahan. Hasil penelitian ini memiliki temuan sebagai berikut. Pertama, benih komodifikasi yang awalnya dilakukan oleh peneliti, hingga terbalut indah dengan industri pariwisata. Kedua, peneliti sebelumnya juga mewariskan konflik bagi peneliti yang akan datang, dan parahnya lagi karena konflik itu juga masuk dalam kalangan Bissu. Ketiga, penelitian ini juga menemukan, dan menjelaskan batas pemisah antara Bissu sebagai pelaku seni dan Bissu sebagai pelaku kebudayaan.
BISSU; KEPERCAYAAN, KELAKUAN DAN KEWARGANEGARAAN Feby Triadi
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v6i1.86

Abstract

This paper wants to trace the presence of the country in guaranteeing the trust of its citizens to worship the Almighty God. After the presence of government regulations regarding the recognition of the flow of belief can be stated on the Identity Card (KTP), in fact, this regulation only recognizes certain beliefs. So the choice to leave the option in the column of religion is considered accurate, instead of solving the problem, the emptying is considered to be more clear if the believer does not get recognition from the state. This research was conducted in South Sulawesi, in January 2019. With the context of bissu as an adherent of the belief flow of the attoriolong, the participatory observation data collection method was used. The data obtained will be processed using Spradley's (1980) analysis technique. The names used in this paper are pseudonyms, to fulfill ethics, and research strategies. This study found that the bissu community which had nine institutions was not identified as a belief, this was due to the strong influence of the developing Islam. Also exacerbated is the definition of a highly sectarian religious definition by the state, further prolonging the polemic of the identity of beliefs for bissu.
CALABAI DALAM TUBUH LELAKI TELAAH EPISTEMOLOGI FENOMENOLOGI PADA NOVEL KARYA PEPI AL-BAYQUNIE Feby Triadi
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.611 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.69

Abstract

Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana pengaruh Epistemologi Fenomenologi Edmud Husserlmengenai kesadaran dalam penulisan karya sastra milik Pepi Al-Bayqunie. Metode yang digunakan adalah pengumpulan bahan-bahan tertulis untuk mengungkap letak Fenomenologi dalam novel. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa, Pepi sebagai seorang aktivis keagamaan, menarasikan hal yang dianggap tabu, sebagai kesadaran diri sendiri, dengan memahami gejala Fenomenologi dan menjadikan kesadaran kolektif, guna konstruksi nilai pada masyarakat. Dengan begitu melihat tiga peran kesadaran bahasa, simbol dan makna, memberikan penafsiran untuk menjangkau seberapa luas khazanah pemikiran dan kreativitas penulis dalam membangun narasi-narasi yang mendukung data. Tentu ini tidak dilakukan begitu saja, tanpa adanya perenungan disertai dengan kesadaran individu yang dapat diterima secara kolektif. Maka dengan begitu dipastikan Fenomenologi menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang emik.