Pendahuluan: TB MDR merupakan kondisi dimana Mycobacterium tuberculosis telah resisten terhadap rifampisin (RIF) dan Isoniazid (INH) yang merupakan obat anti TB lini pertama yang paling efektif untuk melawan dan mengeliminasi Mycobacterium tuberculosis. Hubungan antara status riwayat pengobatan dengan kejadian TB MDR dan pasien yang tidak tuntas dalam pengobatan berpeluang 16 belas kali lebih besar mengalami TB MDR TB MDR saat ini menjadi salah satu ancaman dalam pengendalian TB. Penderita TB dengan pengobatan sebelumnya tidak adekuat beresiko mengalami resistensi OAT sebesar 40 kali dibandingkan penderita TB yang sembuh atau TB dengan pengobatan yang adekuat. Riwayat pengobatan pasien yang paling banyak menyebabkan kejadian TB MDR adalah kasus kambuh, kasus lost to follow up, kasus gagal terapi, kasus baru. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh riwayat pengobatan sebelumnya terhadap kejadian TB MDR di Poli Paru RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain studi crossectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan seluruh populasi diambil menjadi sampel, Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TB yang positif resistan obat dan didapatkan sampel sebanyak 62 pasien. Data diambil dengan melihat rekam medis pasien. Hasil: Hasil penelitian menunjukan pada riwayat pengobatan TB sebelumnya yang berpengaruh terhadap kejadian TB MDR adalah pasien baru dengan nilai p value 0,037 dan pasien kambuh dengan nilai p value 0,022, sehingga diharapkan pemantauan lebih kepada pasien dengan riwayat tersebuat untuk menurunkan prevalensi kejadian TB MDR di Indonesia. Kesimpulan: Pasien baru dan pasien kambuhan menjadi riwayat pengobatan yang berpengaruh terhadap kejadian TB MDR, dengan nilai p value 0,022 dan 0,037 menandakan hubungan yang signifikan terhadap kejadian TB MDR, sedangkan pasien gagal terapi dan pasien Lost To Follow up tidak menunjukan hubungan yang signifikan.