Arum Lusiana
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Model Training Intervensi Layanan Kesehatan Reproduksi Pada Penyandang Disabilitas Intelektual: A Systematic Literature Review Arum Lusiana; Bambang Budi Raharjo; Widya Harry Cahyati; Evi Widowati
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Program training kelompok penyandang disabilitas intelektual perlu dilakukan guna mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual, dan viktimisasi seksual. Intervensi layanan kesehatan perlu digencarkan dengan fokus penanganan defisit fungsi adaptif meliputi konseptual, sosial, dan domain praktis serta latihan manajemen diri. Akan tetapi, tentunya program layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas intelektual memiliki beberapa hambatan. Kajian intervensi layanan kesehatan reproduksi bagi penyandang disabilitas intelektual masih harus dikaji lebih mendalam. Tujuan: Menganalisis program intervensi layanan kesehatan reproduksi pada penyandang disabilitas intelektual yang efisien, edukatif dan komphrehensif. Metode: Sistematik review ini ditulis berdasarkan pada panduan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA) melalui tiga database elektronik yaitu PubMed, ScienceDirect dan Sage. Kata kunci yang digunakan yaitu “Reproductive Health Program” AND “Intellectual Disabilities” NOT “Review” AND “Training”. Sehingga didapatkan sebanyak 5 artikel yang dianalisis. Hasil: Model training intervensi layanan kesehatan reproduksi pada penyandang disabilitas intelektual dapat dilakukan dengan penerapan sesi edukasi dan training selama 1,5 jam untuk anak disabilitas intelektual dan satu sesi untuk orang tua anak di pertengahan program. Penggunaan bahasa dalam edukasi dan traning program harus sederhana, terstruktur, dan konkret. Program konseling kontrasepsi harus mudah diakses serta menekankan pilihan informasi dan mendorong perumusan rencana reproduksi. Layanan intervensi kesehatan reproduksi yang dikembangkan sebaiknya mendengarkan suara pendapat dan pengalaman penyandang disabilitas intelektual untuk digunakan di seluruh program. Kesimpulan: Traning program kesehatan reproduksi bagi penyandang disabilitas intelektual harus sederhana, terstruktur, konkret, dan mudah diakses dengan realisasi metode pedagogik yang jelas.