Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Aktivitas Antibiofilm Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Tobi, Claudius Hendraman B.; Saptarini, Opstaria; Rahmawati, Ismi
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v7i1.43698

Abstract

Biofilm merupakan kumpulan dari sel-sel mikrobial yang melekat secara ireversibel pada suatu permukaan dan terbungkus dalam matriks EPS (Extracellular PolymericSubstances). Salah satu bakteri infeksius yang memproduksi biofilm adalah S. aureus. Biji pinang diketahui mengandung flavonoid, alkaloid dan tanin yang memiliki mekanisme antibiofilm dan antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibiofilm ekstrak dan fraksi biji pinang terhadap bakteri S. aureus. Ekstraksi biji pinang dilakukan dengan metode maserasi, fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut air, etil asetat dan n-heksan. Aktivitas penghambatan dan degradasi biofilm dilakukan dengan metode pewarnaan kristal violet yang dibaca pada panjang gelombang 595 nm. Persen peghambatan dan degradasi yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik ANAVA dua arah. Persen penghambatan dan degradasi tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak etanolyaitu secara berturut-turut 70,17% dan 54%dengan nilai IC50 secara berturut-turut yaitu -0,4 mg/ml dan 5,9 mg/ml. Hasil uji statistik menunjukkan setiap kelompok sampel dan konsentrasi memberikan pengaruh yang signifikan pada persen penghambatan dan degradasi biofilm.
PELATIHAN BUDIDAYA DAUN GATAL KMIWIE ARSO, KABUPATEN KEEROM-PAPUA Yuliana Ruth Yabansabra; Elsye Gunawan; John Dominggus Kalor; Eva Susanty Simaremare; Felycitae Ekalaya Appa; Andre Anusta Barus; Mustika Endah Pratiwi; Claudius Hendraman Tobi
RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v4i1.2393

Abstract

Kampung Wubur, Kmiwie berada di Arso II Kabupaten Keerom dimana hutan di daerah Arso banyak ditumbuhi daun gatal yang bermanfaat sebagai obat tradisional sebagai analgesik, antinyeri, anticapek, dan antipegal. Daun gatal banyak terdapat di hutan tetapi sering hanya dibiarkan kering, layu, mati, bahkan dibuang. Padahal nilai dari daun ini sangat besar jika dikembangkan, tidak hanya lembaran daun gatal yang hanya dijual Rp 10 ribu/20 lembar, tetapi produk farmasi jauh lebih mahal. Di sisi lain, daerah ini banyak lahan kosong juga yang hanya ditumbuhi ilalang dan rumput liar. Jika ilmu pengetahuan, teknologi farmasi, dan budidaya daun gatal dapat dikembangkan, maka nilai jual daun gatal bertambah dan perekonomian masyarakat dapat ditingkatkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk membuat produk farmasi dari tanaman gatal (Laportea decumana) dan bagaimana memasarkannya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode workshop/ ceramah, diskusi dan pelatihan. Kegiatan dimulai dengan tahap persiapan, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, laporan, dan publikasi. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tingkat pengetahuan pembuatan produk tanaman obat khususnya daun gatal meningkat menjadi 83% dan semua dari peserta menyatakan kegiatan ini sangat bermanfaat dan mau berbagi ilmu yang diperoleh kepada masyarakat lain
Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Terpurifikasi Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) terhadap Staphylococcus aureus: Qualitative-Quantitative Test of Flavonoid Compound and Antibacterial Activity of Beluntas Leaves Purified Extract against Staphylococcus aureus Claudius Hendraman B. Tobi; Mustika Endah Pratiwi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 5 No. 5 (2023): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v5i5.2099

Abstract

One of the native Indonesian plants that can be used as medicine is beluntas (Pluchea indica L.). The biological activities in beluntas leaves cannot be separated from the role of secondary metabolite compounds contained in them, one of which is flavonoid compounds. The aim of this research was to determine the presence and levels of flavonoid compounds in purified extracts of beluntas leaves, as well as to determine the antibacterial activity of the extracts. The research began with extraction and purification of the extract, qualitative testing of flavonoid compounds using Thin Layer Chromatography (TLC), and determination of total flavonoid levels and testing of antibacterial activity against Staphylococcus aureus using the solid dilution method. The results of the research showed that the purified extract of beluntas leaves contained flavonoid compounds which were marked by stains on the TLC plate with an Rf value that was almost the same as the pure quercetin compound, namely 0.96 (quercetin) and 0.93 (sample of purified beluntas leaf extract). The total flavonoid level obtained in the sample was 27.9 mg/g quercetin. The purified extract of beluntas leaves has antibacterial activity with a minimum kill concentration of 5%. The conclusion that obtained from the results of the research showed that the purified extract of beluntas leaves contains flavonoid compounds and can be used and developed as a medicinal ingredient, one of which is antibacterial. Keywords:          Beluntas, Flavonoid, Kualitatif, kuantitatif, Staphylococcus aureus   Abstrak Salah satu tanaman asli Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai obat yaitu beluntas (Pluchea indica L.). Aktivitas biologis pada daun beluntas tidak terlepas dari peranan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya, salah satunya senyawa flavonoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan dan kadar senyawa flavonoid pada ekstrak terpurifikasi daun beluntas, serta mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak. Penelitian dimulai dari proses ektraksi dan purifikasi ekstrak, pengujian senyawa flavonoid secara kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan penentuan kadar flavonoid total serta pengujian aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus menggunakan metode dilusi padat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak terpurifikasi daun beluntas memiliki senyawa flavonoid yang ditandai dengan noda kuning-kecokelatan pada plat KLT dengan nilai Rf yang hampir sama dengan senyawa kuersetin murni yaitu 0,96 (kuersetin) dan 0,93 (sampel ekstrak terpurifikasi daun beluntas). Kadar flavonoid total yang diperoleh pada sampel yaitu 27,9 mg/g kuersetin. Ekstrak terpurifikasi daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri dengan Konsentrasi Bunuh Minimum sebesar 2,5%. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian menunjukkan ekstrak terpurifikasi daun beluntas mengandung senyawa flavonoid dan dapat dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai bahan obat, salah satunya sebagai antibakteri. Kata Kunci:         Beluntas, Flavonoid, Kualitatif, Kuantitatif, Staphylococcus aureus
Edukasi Perencanaan Menu Berdasarkan Prinsip Gizi Seimbang bagi Lansia dengan Hipertensi di Panti Bina Lanjut Usia Pos 7 Sentani Elisabet Bre Boli; Titi Afelya; Dwi Astuti; Mustika Endah Pratiwi; Claudius Hendraman B. Tobi
ABDI UNISAP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2023): ABDI UNISAP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : UPT Publikasi dan Penerbitan Universitas San Pedro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59632/abdiunisap.v1i2.169

Abstract

Kebutuhan gizi lansia akan meningkat sejalan dengan peningkatan kejadian sakit, seperti hipertensi. Hipertensi pada lansia membutuhkan lebih banyak perhatian, terutama dalam hal asupan gizi sehari-hari. Panti Bina Lanjut Usia Pos 7 sebagai institusi bagi lansia masih menerapkan prinsip 4 sehat 5 sempurna dalam perencanaan menu. Penting dilakukan perbaikan perencanaan menu gizi seimbang bagi lansia dengan hipertensi. Kegiatan ini bertujuan agar peserta mampu menyusun menu gizi seimbang bagi lansia dengan hipertensi di Panti Bina Lansia Pos 7 Sentani. Metode kegiatan adalah edukasi face to face dan diskusi, serta praktik penyusunan menu. Sasaran kegiatan adalah . Kegiatan akan dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu advokasi terhadap pihak Panti Bina Lansia Pos 7 Sentani, survei ketersediaan pangan, penerapan perencanaan menu, dan monitoring serta evaluasi. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan menyusun menu gizi seimbang para penjamah makanan di Panti Bina Lansia Pos 7 melalui pemberian edukasi. Penjamah makanan Panti Bina Lansia Pos 7 menyusun menu bergizi seimbang selama 3 hari yang terdiri dari makanan-makanan lokal. Meskipun demikian, keberadaan ahli gizi perlu untuk terus memantau perencanaan gizi seimbang yang tepat bagi seluruh lansia dan masalah kesehatan yang dialaminya.
Peduli Lingkungan Melalui Sosialisasi Tentang Pengendalian Sampah Menggunakan 3M (Mengetahui, Mencegah, Mengolah) di SD INPRES Doromena Valerie Vivian Angelica Faomasi Palege; Karelsius Yewi; Cicilya Bernadth Pasang; David W. Rumanasen; Maikel Duwit; Sri Selviana; Fitra Nur Alam; Annisa Zahra Amaliah; Jeanne Giofany Boky; Andre Anusta Barus; Mustika Endah Pratiwi; Claudius Hendraman B. Tobi
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Publisher : Progran Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpm.v4i2.319

Abstract

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah telah menjadi permasalahan lingkungan dan kesehatan sehingga perlu dilakukan pengelolahan yang dapat bermanfaat secara ekonomi dan kesehatan bagi masyarakat serta aman bagi lingkungan. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi mengenai sampah kepada para siswa SD INPRES Dormena, Kabupaten Jayapura, Papua. Sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan wawasan dan keterampilan tentang pengendalian sampah serta menimbulkan rasa kepedulian terhadap lingkungan bagi para siswa sekolah dasar sebagai generasi penerus bangsa. Metode yang digunakan adalah sosialisasi edukatif dengan materi 3M (Mengetahui, Mencegah dan Mengolah) sebagai upaya pengendalian sampah. Hasil dari kegiatan ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan para siswa dalam menjawab berbagai pertanyaan mengenai sampah dan keterampilan para siswa dalam mengolah beberapa sampah organik dan anorganik menjadi produk yang bermanfaat seperti kerajinan tangan dari sedotan plastik dan kaleng bekas, meja dari botol plastik dan tempat sampah dari kayu sisa penebangan pohon.
Formulasi dan Evaluasi Edible Film dari Ekstrak Terpurifikasi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Sebagai Anti-Sariawan Mustika Endah Pratiwi; Claudius Hendraman Boli Tobi
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 5 No. 2 (2023): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v5i2.5653

Abstract

Sariawan adalah luka akibat iritasi pada gusi, lidah, dan lapisan dalam mulut. Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan yaitu beluntas (Pluchea indica Less). Salah satu sediaan yang efektif untuk mengobati sariawan yaitu edible film. Tujuan penelitian ini adalah membuat edible film dari ekstrak terpurifikasi daun beluntas dan mengetahui aktivitas antibakteri edible film terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian dimulai dari ekstraksi dan purifikasi ekstrak, pembuatan edible film, evaluasi fisik sediaan dan uji aktivitas antibakteri sediaan menggunakan metode dilusi padat. Formula edible film terdiri dari ekstrak terpurifikasi 2,5%, 5%, 7,5% dan formula tanpa ekstrak. Hasil evaluasi fisik menunjukkan berat rata-rata edible film dari masing-masing fomula yaitu 0,25-0,41 g. Ketebalan edible film yaitu 0,07-0,14 mm. Daya lipat yang dihasilkan lebih dari 300 kali, pH permukaan senilai 6,47-6,73. Waktu larut dari edible film yaitu 25-32 detik. Uji aktivitas antibakteri menggunakan semua formula edible film, formula tanpa ekstrak (kontrol negatif) dan Betadine obat kumur (kontrol positif ). Hasil pengujian antibakteri diperoleh semua formula memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, dengan konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum yaitu 2,5%. Kesimpulan penelitian ini yaitu edible film ekstrak terpurifikasi daun beluntas memenuhi kriteria mutu fisik edible film yang baik dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Stomatitis are sores caused by irritation of the gums, tongue and lining of the mouth. A plant that can be used as a medicine for stomatitis is beluntas (Pluchea indica Less). One of the effective preparations for stomatitis treatment is edible film. The aim of this research were making edible film from purified extract of beluntas leaves and determining the antibacterial activity of edible film against Staphylococcus aureus. The research started from extraction and purification of the extract, making the edible film, physical evaluation of the products and testing the antibacterial activity using solid dilution method. Edible film formula consists of purified extract 2.5%, 5%, 7.5% and a formula without extract. The results of physical evaluation showed that the average weight of edible film from each formula were 0.25-0.41 g. The thickness of the edible film were 0.07-0.14 mm. Folding power were more than 300 times. The surface pH were 6.47-6.73 and the dissolution time were 25-32 seconds. The antibacterial activity test used all edible film formulas, formulas without extract (negative control) and Betadine mouthwash (positive control). The antibacterial test results showed that all formulas had antibacterial activity against S. aureus, with a minimum inhibitory concentration and a minimum bactericidal concentration of 2.5%. The conclusion of this research is edible film from purified extract of beluntas leaves qualified good physical quality of edible film and has antibacterial activity against S. aureus.
Minimalisasi Waste di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali melalui Pendekatan Lean Hospital: Minimization Waste in Inpatient Pharmaceutical Installation of Pandan Arang Regional Public Hospital Boyolali with Lean Hospital Approach Yohanes Dwi Putra Agung Embu; Gunawan Pamudji; Opstaria Saptarini; Claudius Hendraman B. Tobi; Mustika Endah Pratiwi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 6 No. 2 (2024): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v6i2.2224

Abstract

The lean hospital approach is a systematic approach in identifying and eliminating waste through continuous improvement to improve the quality, safety and efficiency of a hospital service process. This study aimed to identified waste, the root cause of critical waste, and provided suggestions for improvement to minimize critical waste in inpatient pharmaceutical installation of Pandan Arang General Public Hospital, Boyolali. Method that used in this research was qualitative research with stages namely observed the service process flow in the form of value stream mapping, distributed questionnaires for waste to got critical waste and conducted interviews with the 5 why method to found out the root cause of the problem. The results showed that on medication service flowhome for class 1, VIP and VVIP patients with critical waste, namely waste defects of 43.34%, waste transportation of 41.67% , and waste inventory of 43.33%. The root cause of waste in the three lines of the service process is human resources that lack discipline. The proposed improvement for waste in the service process is by applying the 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) method with the key of success are discipline and consistency applied to service providers.   Keywords:          Lean hospital, Waste, Inpatient Pharmacy Installation, Pandan Arang Boyolali General Public Hospital   Abstrak Pendekatan lean hospital adalah pendekatan sistematik dalam mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) melalui perbaikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas, keamanan dan efisiensi suatu proses pelayanan di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi waste, akar penyebab waste kritis dan memberikan usulan perbaikan untuk meminimalkan waste kritis di instalasi farmasi rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tahapan yaitu observasi alur proses pelayanan dalam bentuk value stream mapping, penyebaran kuesioner waste untuk mendapatkan waste kritis serta wawancara dengan metode 5 why untuk mengetahui akar penyebab masalah terjadinya waste. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada alur pelayanan obat pulang untuk pasien kelas 1, VIP, dan VVIP di instalasi farmasi rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali dengan waste kritis yaitu waste defect sebesar 43,34%, waste transportation sebesar 41,67% dan waste inventory sebesar 43,33%. Akar penyebab dari waste pada alur proses pelayanan obat ini adalah pada sumber daya manusia yang kurang disiplin. Usulan perbaikan kejadian waste pada proses pelayanan obat di alur pelayanan obat pulang untuk pasien kelas 1, VIP dan VVIP yaitu dengan menerapkan metode 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) dengan kunci keberhasilan yaitu disiplin dan konsisten yang diterapkan pada petugas pemberi pelayanan.   Kata Kunci:         Lean hospital, Waste, Instalasi Farmasi Rawat Inap, RSUD Pandan Arang Boyolali