Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SIFAT FISIKA TANAH LAPISAN ACROTELM DAN CATOTELM PADA TIGA PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN KUBU RAYA Reidha Haqqamuddien; Rossie Wiedya Nusantara; Uray Edi Suryadi
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 4 (2023): edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i4.3594

Abstract

The research aims to determine the physical properties of peat soil in the acrotelm and catotelm layers, on 3 lands, namely Secondary Forest (HS), Palm Oil Plantation (KS) and Horticultural Plantation (KH), in Kuala Dua Village, Sungai Raya District, which took place in July -November 2022. Research parameters: BI, Subsidence, BJ, Total porosity, Peat maturity, Permeability, C-organic, and C/N Ratio. The data obtained were analyzed using ANOVA and DMRT Test. The research results show that the depth of the KS peat is 1,152 cm, HS 964 cm and KH 174 cm. The highest average groundwater level is at HS 30.16 cm and the shallowest is at KS 5.44 cm. Observations of water content in field conditions were carried out for 8 weeks, with an average of KS 67.25% Vol, HS 66% Vol and KH 66% Vol. KS land experienced subsidence of 1.70 cm for 16 weeks, KH land of 1.17 cm for 16 weeks, while HS did not experience subsidence. The BI value tended to be higher in the Acrotelm layer with an average value of 0.23, while the Catotelm layer had an average BI value of 0.22 for the three land uses. The bulk weight in the KS>KH>HS land in the Acrotelm layer, however, has no real effect, but in the Catotelm layer it has a real effect. The porosity in the three land uses is not significantly different, where the porosity in the Acrotelm and Catotelm layers on HS>KH>KS land, this is due to the C-organic content on HS>KH>KH land. The permeability rate in the three fields in the Acrotelm and Catotelm layers on the KS>HS>KH land, this is due to the organic C content and C/N ratio on the HS>KH>KS land. Keywords: Acrotelm, Catotelm, Land Use Change, Peat, Physics. INTISARIPenelitian bertujuan untuk mengetahui Sifat Fisika Tanah Gambut di Lapisan Acrotelm dan Catotelm, pada 3 lahan yaitu Hutan Sekunder(HS), Kebun Sawit(KS)  dan Kebun Hortikultura(KH), di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, yang berlangsung pada bulan Juli-November  2022. Parameter penelitian: BI, Subsiden, BJ, Porositas  total, Kematangan gambut, Permeabilitas, C-organik, dan C/N Rasio. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan Uji DMRT. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kedalaman gambut KS  1.152 cm, HS 964 cm dan KH 174 cm. Rata-rata tinggi muka air tanah tertinggi terdapat pada HS 30,16 cm dan yang paling dangkal terdapat pada KS  5,44 cm. Pengamatan kadar air kondisi lapangan dilakukan selama 8 minggu, dengan rata-rata pada KS  67,25%Vol, HS 66%Vol dan KH 66%Vol. Lahan KS mengalami subsidensi  sebesar 1,70 cm selama 16 minggu, lahan KH sebesar 1,17 cm selama 16 minggu, sedangkan HS  tidak terjadi subsidensi. Kecenderungan nilai BI  lebih tinggi pada lapisan Acrotelm dengan nilai rata-rata 0,23 sedangkan lapisan Catotelm nilai rata-rata BI 0,22 pada ketiga penggunaan lahan. Bobot isi  pada lahan KS>KH>HS di lapisan Acrotelm akan tetapi tidak berpengaruh  nyata, namun pada lapisan Catotelm berpengaruh nyata. Porositas pada tiga penggunaan lahan tidak berbeda nyata, dimana porositas di lapisan Acrotelm dan Catotelm pada lahan HS>KH>KS, hal ini disebabkan karena kandungan C-organik pada lahan HS>KH>KH. Laju permeabilitas  pada tiga lahan di lapisan Acrotelm dan Catotelm pada lahan KS>HS>KH, hal ini disebabkan karena  kandungan C-organik dan C/N Rasio pada lahan HS>KH>KS. Kata Kunci : Acrotelm, Catotelm, Alih Fungsi Lahan, Gambut, Fisika.
KAJIAN CADANGAN KARBON PADA TIGA PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT DI DESA WAJOK HILIR KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN MEMPAWAH Reidha Haqqamuddien; U Edi Suryadi; Rossie Wiedya Nusantara
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v8i3.34223

Abstract

ABSTRAK                                                      Lahan gambut menyimpan karbon dalam jumlah besar, terutama dalam tanah gambutnya. Alih fungsi hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian telah menyebabkan kerusakan lahan. Pengukuran jumlah cadangan karbon tersimpan khususnya di lahan gambut  perlu diukur sebagai upaya untuk mengetahui besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi kegiatan baik manambah atau mengurangi besar cadangan tersebut. Cadangan karbon terdapat dalam lima penyimpanan karbon yaitu biomassa atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), vegetasi mati (nekromass), serasah (litter), dan tanah gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran cadangan karbon pada biomassa atas tanah (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), serasah (litter), dan tanah gambut, pada penggunaan lahan kelapa sawit, lahan jagung, dan hutan sekunder. Lokasi penelitian terletak di Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah pada 3 penggunaan lahan yaitu hutan sekunder, kebun kelapa sawit, dan kebun jagung.Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan titik pengamatan yang telah ditentukan dengan metode diagonal. Titik pengamatan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 dengan plot ukuran pada kebun kelapa sawit seluas 5m x 5m, kebun jagung seluas 1m x 1m dan hutan sekunder seluas 5m x 5m dengan luasan 1 ha pada masing-masing tipe lahan. Pengukuran karbon tersebut pada tiap tipe lahan mempunyai 5 ulangan. sehingga terdapat 60 total sampel pada atas permukaan, bawah permukaan dan tanah. Khusus untuk karbon serasah hanya diambil sampel pada Hutan Sekunder, sehingga terdapat 5 sampel untuk seresah. Jadi total sampel untuk 3 penyimpanan karbon adalah 65 sampel. Sebelum menghitung kandungan karbon pada tiap penggunaan lahan, terlebih dahulu mencari berat biomassa dengan mengoven sampel selama 48 jam dengan suhu 70oC, dan mengoven sampel tanah dengan waktu selama 24 jam dengan suhu 70oC.Hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan karbon tertinggi terdapat pada lahan hutan sekunder dengan nilai 4 Gt ha-1, yang tertinggi kedua adalah kebun sawit yaitu sebesar 0,6 Gt ha-1 dan kandungan karbon terendah terdapat pada kebun jagung dengan nilai 0,4 Gt ha-1. Rata-rata penyimpan kabon tertinggi pada lokasi penelitian terdapat pada tanah. Pada lahan hutan sekunder kandungan karbonnya apabila dipresentasekan perbandingannya sekitar 75,08% pada tanah, 18,18% pada biomassa atas permukaan (BAP) dan 6,73% pada biomassa bawah permukaan (BBP) dan 0,01% pada serasah. Pada lahan kebun sawit perbandingannya sekitar 98,40% pada tanah, 1,37% pada biomassa atas permukaan (BAP), dan 0,23% pada biomassa bawah permukaan (BBP), sedangkan pada kebun jagung perbandingannya 99,08% kandungan karbonnya terdapat pada penyimpan karbon tanah, 0,88% pada biomassa atas permukaan (BAP)  dan 0,04% pada biomassa bawah permukaan (BBP).Kata Kunci : Cadangan Karbon, Alih Fungsi Lahan, Penyimpan Karbon