Mahyuni
English Education Program, FKIP, University of Mataram, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Maksimalisasi Penggunaaan Flash Card untuk Penguatan Kosakata Bahasa Inggris Siswa SMP Pinggiran di Kota Mataram Santi Farmasari; Mahyuni; Baharuddin; Lalu Ali Wardana; Ahmad Junaidi
DARMADIKSANI Vol 1 No 1 (2021): Edisi Juni
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/darmadiksani.v1i1.90

Abstract

ABSTRAK Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa SMP/MTs pinggiran di Kota Mataram melalui maksimalisasi penggunaan flash cards. Peningkatan penguasaan kosakata yang dimaksud dalam program pengabdian ini (1) penguasaan jenis kata dalam Bahasa Inggris, (2) makna kosakata dan (3) penggunaannya dalam konteks yang lebih luas seperti penggunaan kosa kata dalam kalimat untuk tujuan komunikasi lisan dan tulisan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di sebuah SMP/MTs di daerah pinggiran di Kota Mataram. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan: (1) tahap pengamatan, (2) tahap pengajaran, dan (3) tahap evaluasi. Luaran yang diharapkan dari program Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah (1) peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa; (2) model modifikasi dan maksimalisasi penggunaan flash card untuk memperkenalkan dan memperkuat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. ABSTRACT This community service program was aimed at improving junior high school students’ English vocabulary mastery through the optimization of flashcards. The improvement of the students’ vocabulary mastery was limited to (1) types of speech, (2) words meanings, and (3) using vocabulary in contexts, i.e., in sentences for verbal and written communication. The program was conducted in a junior high school at the outskirt area of Mataram city, and the activities were arranged into three stages: (1) observation, (2) teaching and learning, and (3) evaluation. The outcomes of this program are (1) vocabulary mastery improvement and (2) models of flashcard modifications to introduce and improve students’ English vocabulary.
Peningkatan Pengetahuan Guru tentang Linguistic Landscape sebagai EFL Authentic Teaching Materials Lalu Jaswadi Putera; Mahyuni; Nur Ahmadi; Ahmad Zamzam; Dewi Satria Elmiana
DARMADIKSANI Vol 1 No 2 (2021): Edisi Desember
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/darmadiksani.v1i2.561

Abstract

ABSTRAK Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang konsep Linguistic Landscape (LL) dan menyusun langkah-langkah kegiatan belajar berbasis LL. Salah satu contoh materi LL yang dapat digunakan sebagai tema dalam aktivitas writing dan speaking di kelas EFL adalah foto-foto papan peringatan bertema “Bahaya Narkoba”, “Larangan Membuang Sampah”, “Larangan Merokok”, dan lain sebagainya. Tema-tema papan peringatan tersebut dapat disusun menjadi materi ajar yang tidak hanya menarik tetapi juga relevan dan kontekstual dengan kondisi lingkungan peserta didik. Materi ajar berbasis LL yang baik merangsang kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif yang sangat dibutuhkan siswa dalam pembelajaran abad 21 ini. Sebanyak 25 orang guru mata pelajaran di Pondok Pesantren Raudlatusshibyan NW Belencong Gunungsari dan 4 orang mahasiswa terlibat dalam kegiatan ini. Metode kegiatan ini menggunakan sosialisasi dan diskusi kelompok dengan pendekatan ‘get-in and take-out’ melalui 3 tahap kegiatan: Tahap pertama, sosialisasi tentang konsep, signifikansi, hasil penelitian, dan contoh-contoh kegiatan yang mengintegrasikan LL dalam pembelajaran EFL. Tahap kedua, melaksanakan diskusi kelompok untuk menentukan langkah-langkah kegiatan belajar berbasis LL. Tahap terakhir, melaksanakan evaluasi kegiatan baik pra-kegiatan, selama kegiatan, dan pasca-kegiatan dengan mengambil data hasil pengisian kuesioner yang telah diisi peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang konsep LL dan cara menyusun langkah-langkah kegiatan belajar berbasis LL meningkat. Para peserta sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap kegiatan pengembangan profesional semacam ini lebih sering diadakan di madrasah-madrasah. Adapun saran dari para peserta untuk ke depannya adalah perlunya ada tindaklanjut dari kegitana ini, perlunya menambahkan game atau permainan di sela-sela kegiatan agar semakin menyenangkan, perlunya tema lain yang lebih beragam seperti penerapan LL dalam literasi digital yang lebih kompleks. ABSTRACT This Community Service program aims to increase teachers’ knowledge about the concept of Linguistic Landscape (LL) as well as develop competency in designing a scenario for LL-based learning activities. One example of LL material that can be used as a theme in writing and speaking activities in the EFL class is pictures of warning boards themed “the Danger of Drugs”, “Prohibition of Littering”, “the Danger of Smoking Cigarettes”, and so on. The warning board themes can be arranged into teaching materials that are not only interesting but also relevant and contextual to the students’ environmental conditions. Fine LL-based teaching materials stimulate students’ critical thinking, creative thinking, collaborative, and communicative skills that the students need to master in the 21st century learning. As many as 25 subject teachers at Raudlatusshibyan NW Islamic Junior High School in Belencong Gunungsari and 4 students of the English Education Program were involved in this program. A 3-phase method of socialization and group discussions with a 'get-in and take-out' approach was used. The first phase was presenting concepts, significance, results of study, and examples of activities that integrate LL in EFL learning situation. The second stage was group discussion to determine the draft scenario for LL-based learning activities. The last stage was evaluation of the pre-activities, while-activities, and post-activities based on the data obtained from in-process evaluation and the questionnaire. The results of the evaluation shows that the participants’ knowledge about the concept of Linguistic Landscape and how to design a draft scenario for LL-based learning activities increases. The participants gave much appreciation to the team for organizing this program and hoped that such professional developments would be held more often in the madrasah. Some suggestions from participants to the team for future programs are: must plan for a follow-up program in relation to today’s topic, needs to add games between session break to make it more fun, should plan to set other professional development themes such as the application of LL in more complex digital literacy.
Sosialisasi Linguistic Landscape dalam Literasi Digital: Manfaat dan Tantangannya dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Lalu Jaswadi Putera; Mahyuni; Ahmad Zamzam; Andra Ade Riyanto; Amrullah; Husnul Lail
DARMADIKSANI Vol 2 No 2 (2022): Edisi Desember
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/darmadiksani.v2i2.1611

Abstract

ABSTRAK Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas) ini merupakan seri lanjutan dari kegiatan Abdimas sebelumnya pada 2021 lalu (Putera, 2021). Sedikit berbeda dengan sebelumnya, topik kegiatan Abdimas tahun ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada para guru tentang Linguistic Landscape dalam literasi digital. Sebagai sebuah pendekatan baru dalam studi kemultibahasaan dan pembelajaran bahasa Inggris, LL mendorong untuk lebih banyak menggunakan materi-materi, dan tema-tema pembelajaran otentik yang ada di sekeliling kita baik yang berasal dari sumber non-digital maupun digital. Penggunaan materi dan tema-tema otentik akan menghasilkan pembelajaran yang kontekstual, relevan dengan situasi dan kondisi siswa, dan lebih bermakna sebab siswa lebih memahami isu-isu otentik yang ada di sekitarnya (seperti masalah sampah, bahaya merokok, dll) dibandingkan dengan isu-isu non-otentik yang tidak pernah/belum pernah mereka lihat, rasakan, dan alami selama hidupnya. Berlimpahnya bahan-bahan digital (digital landscape) bisa dimanfaatkan menjadi bahan ajar pembelajaran bahasa Inggris yang efektif, murah, dan mudah didapat. Sejalan dengan itu, maka sosialisasi tentang LL dalam literasi digital menjadi sangat penting mengingat pembelajaran abad 21 saat ini mempersyaratkan para guru dan siswa untuk cakap (literate) dalam menggunakan teknologi digital, sadar (aware) dan paham dengan permasalahan yang sedang terjadi di lingkungannya sehingga mereka tidak hanya kompeten dalam menggunakan bahasa namun juga dapat memberi solusi bagi perbaikan masyarakat dan lingkungannya. Metode yang akan digunakan adalah sosialisasi 3 tahap: Pertama, memberi penyuluhan tentang konsep dan hasil studi LL dalam literasi digital; Kedua, menjelaskan tentang sumber-sumber LL dalam dunia digital; dan Ketiga, menjelaskan hasil studi tentang LL dalam literasi digital; dan Keempat, diskusi dan tanya jawab tentang manfaat dan tantangan penerapan LL dalam pembelajaran berbasis digital atau online. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta menyambut gembira kegiatan ini karna mengambil lokasi yang nyaman dan asri yakni lesehan Bebek Galih dimana mayoritas dari mereka belum pernah mendatangi dan senang dengan suasana baru yang tidak melulu di ruangan sekolah. Lokasi ini dipilih atas rekomendasi dari para guru peserta dengan mengedepankan konsep berbagi ilmu sambil bertamasya. Manfaat lainnya, para peserta mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang konsep LL, memunculkan ide-ide baru dalam menyusun bahan pembelajaran bahasa Inggris dari sumber-sumber digital/online, dan dalam merancang projek/tugas bagi siswa yang dapat dilakukan dari digital ke digital (D to D), digital ke non-digital (D to DG), atau non-digital ke digital (ND to D). Selain manfaat, adapula tantangan yang dihadapi oleh para guru Bahasa Inggris dalam menerapkan konsep LL yakni masih kurangnya literasi siswa, masih terbatasnya akses internet di sekolah khususnya yang berada di kaki gunung yang terjendala sinyal, dan aturan larangan menggunakan gawai seperti HP dan sejenisnya. Secara umum, konsep LL berbasis digital dalam pembelajaran bahasa Inggris dianggap sangat relevan dengan konsep pendidikan abad 21 dan program merdeka belajar dimana guru dan siswa dituntut untuk memiliki kecakapan/literasi dalam menggunakan teknologi, informasi, dan media. Beberapa tema yang diusulkan untuk Abdimas berikutnya adalah tindaklanjut penyusunan bahan ajar bahasa Inggris berbasis literasi digital dan perancangan soal-soal LL dari sumber digital untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa. Harapan dari semua peserta, semoga kegiatan ini dapat terus dilanjutkan di tahun selanjutnya. ABSTRACT This Community Service program represents a subsequent chapter of the previous program conducted in 2021 (Putera, 2021). Diverging slightly from its previous chapter, this year's program aims to impart knowledge to educators on the topic of Linguistic Landscape within the domain of digital literacy. Functioning as a novel approach to multilingual studies and English language acquisition, the Linguistic Landscape (LL) framework advocates for the integration of authentic learning materials and themes permeating our surroundings, be they derived from non-digital or digital sources. By employing genuine materials and themes, the resultant pedagogical experience becomes contextualized, aligned with students' circumstances, and imbued with enhanced meaning, as students gain deeper comprehension of authentic issues germane to their immediate environment (e.g., waste management, smoking hazards) as opposed to contrived or unfamiliar concerns. Exploiting the proliferation of digital resources, constituting the digital landscape, offers a propitious opportunity for developing effective, cost-efficient, and easily accessible English language instructional materials. Thus, the imperative of acquainting teachers and students with the principles of Linguistic Landscape in digital literacy assumes considerable significance, considering the contemporaneous educational landscape necessitates digital proficiency, awareness of and engagement with environmental challenges, and the ability to proffer solutions for the betterment of society and the ecosystem. The methods employed for this purpose encompassed three phases of socialization: firstly, proffering guidance pertaining to the conceptual underpinnings and findings of Linguistic Landscape studies in digital literacy; secondly, elucidating the diverse sources comprising the Linguistic Landscape within the digital realm; thirdly, elucidating the research outcomes germane to the Linguistic Landscape in digital literacy; and finally, engaging in discussions and question-and-answer sessions elucidating the benefits and challenges entailed in implementing the Linguistic Landscape framework within digital or online-based learning settings. The outcomes evince participants' enthusiastic embrace of the program, attributable to its convening within an inviting and aesthetically pleasing setting, exemplified by the Bebek Galih restaurant, hitherto unexplored by the majority. The idyllic milieu distinct from the conventional classroom environment elicited their approval. The selection of this locale was based on recommendations proffered by participating educators, emphasizing the essence of knowledge-sharing amidst a sojourn. Furthermore, participants derived additional insights and knowledge concerning the Linguistic Landscape framework, fostering fresh ideas for curating English language instructional materials derived from digital and online sources, and designing projects and assignments encompassing the digital-to-digital (D to D), digital-to-non-digital (D to DG), and non-digital-to-digital (ND to D) paradigms. Nonetheless, English language instructors encountered several obstacles while implementing the Linguistic Landscape framework, notably students' limited literacy levels, inadequate internet accessibility in schools, particularly in remote mountainous regions afflicted by weak signal strength, and the proscriptions against employing electronic devices, such as mobile phones. In sum, the concept of digital-based Linguistic Landscape in English language learning evinces marked pertinence to the exigencies of 21st-century education and autonomous learning programs, mandating the cultivation of technological, informational, and media literacy among both teachers and students. The forthcoming iterations of Abdimas endeavor to address pertinent themes such as the further development of digital literacy-based English language instructional materials and the formulation of Linguistic Landscape-oriented questions derived from digital sources, conducive to fostering students' higher-order thinking skills (HOTS). Consequently, the collective aspiration of all participants is that this program perpetuates in subsequent years.