Diskursus mengenai biografi Soekarno selalu berkelindan dengan sejumlah wanita idamannya, baik yang berposisi sebagai ibu yakni Ida Ayu Nyoman Rai maupun kesembilan isteri-isterinya. Kecantikan seorang wanita adalah besi berani yang tak pernah berhenti memikat Soekarno hingga masa senja hidupnya. Soekarno memiliki julukan pencinta wanita.Meskipun demikian, ada fakta yang cukup kuat bahwa banyak juga wanita yang memuja Soekarno, jadi mereka saling mencintai. Memang tidak heran jika Presiden pertama Indonesia ini dari kecil-pun telah terinspirasi oleh kesabaran dan ketabahan seorang wanita Ibunda Ida Ayu Nyoman Rai yang kerap mendekap Sang buah hati dan dengan suara lembut Ibunda berkata, “ Nak, kelak kau akan menjadi pemimpin rakyat. Anak yang lahir saat matahari terbit itu nasibnya telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Jangan lupa ucapan Ibunda bahwa Engkau adalah Putra Sang Fajar. Kisah cinta pertama dengan Sitti Utari bermula Soekarno melanjutkan studi di HBS surabaya dan Kos di rumah orang tua Utari. Berbagai cara dilakukan pemuda cerdas ini untuk memikat hati Utari, akhirnya keduanya saling mengutarakan kalimat aku mencintaimu“. Namun hidup bersama berlangsung singkat hanya 3 tahun, sesudah itu cerai. Sewaktu berada di Bandung untuk melanjutkan studi di THS (Technidche Hooge Scool ), “nasib” dipertemukan dengan seorang ibu cantik Inggit Garnasih yang 12 tahun lebih tua dari Soekarno. Biar bagaimanapun Inggit adalah wanita pendamping setia, penuh cinta kasih selama 20 tahun dari bilik politik PNI yang sarat dengan penjara hingga ke tanah merah, Ende Flores. Menurut Soekarno, Inggit Garnasih adalah Ibu, Kekasih, dan kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit hanyalah karena ia tidak mampu melahirkan anak bagi Soekarno. Tidak disangka, Soekarno telah menyimpan hati untuk Fatmawati yang tidak lain adalah anak angkatnya sewaktu di Bengkulu. Kondisi makin memanas sewaktu Soekarno meminta menikah dengan Fatma, panggilan akrab Soekarno untuk Fatmawati. Dengan tegas Inggit mengatakan “saya tidak mau dimadu “, akhirnya Inggit dikembalikan ke Bandung tahun 1943 dan menjadi janda sedang Fatmawati menjadi First Lady atau ibu negara. Tidak berhenti sampai disini, Soekarno jatuh cinta dengan Hartini sehingga Fatmawati meninggalkan istana tinggal sendiri di luar. Ternyata Hartini bukanlah yang terakhir, masih ada Kartini Manopo seorang pramugari garuda, Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi,orang Jepang, Haryati, penari Istana, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar semuanya dinikahi oleh Soekarno.