This Author published in this journals
All Journal Sajaratun
Fatma Wati
Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RITUAL KAI AWU DALAM TATA BERLADANG TRADISIONAL DI LANDOKURA DESA KURULIMBU SELATAN KECAMATAN NDONA TIMUR - KABUPATEN ENDE Imelda Ina; Thomas Geba; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.2030

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan apa makna ritual Kai Awu dalam tataberladang tradisional di Lanadokura Desa Kurulimbu Selatan Kecamatan Ndona Timur Kabupaten Ende. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan mengungkapkan makna ritual Kai Awu dalam tata berladang tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui: observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis data penelitigunakan model interaktifmelaluitahapan: pengumpulan data, reduksi data, display data, danverifikasi. /kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di LandokuraDesaKurulimbu sangat yakin dan percaya kepada wujud tertinggi (Du,a Lulu Wula Ngga,e Ghale Wena Tana) dan leluhur yang akan memberi hasil berlimpah dan dijauhkan dari segala bencana dan malapetaka. Ritual Kai Awu bermakna solidaritas yakni dapat menciptakan rasa persaudaraan dan kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
RITUAL “KELAS” DESA WEJANG NENDONG KECAMATAN POCORANAKA TIMUR KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (KAJIAN BUDAYA KENDURI KEMATIAN DALAM ADAT MANGGARAI) Hendi Oval Sugianto; Yosef Tomi Roe; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2488

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana proses pelaksanaan ritual Kelas pada masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, 2) Apakah manfaat dan pentingnya melaksanakan ritual kelas dalam sistem budaya Manggarai khususnya pada Masyarakat Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual Kelas di masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur dan Untuk mengetahui manfaat dan pentingnya ritual Kelas dalam sistem budaya Manggarai kususnyua di Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur. Penelitian ini dikategorikan dalam model penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha mendapatkan pengetahuan yang didasarkan pada data-data primer dan sekunder. subjek penelitian ini adalah Tua Teno Tua Golo, dan Tua Kilo sebagai informan kunci 3 (tiga) orang dan tokoh masyarakat (3 orang) sebagai informan pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) pengumpulan data, 2) data reduction (mereduksi data), 3) data display 4) conciusion (verifikasi) Hasil penelitian menunjukan bahwa: Ritual Kelas (kenduri kematian) terdiri dari tiga bagian yaitu: sebelum pelaksanaan ritual Kelas, upaca Kelas berlangsung, akhir dari ritual Kelas. Tahap awal sebelum ritual Kelas yaitu pertemuan seluruh kepala keluarga one (keluarga dalam/keluarga yang mau melaksanakan ritual Kelas). tahap yang kedua yaitu sidang latang anak wina (tanggungan pihak perempuan), dan tombo kamping anak rona (berbicara dengan pihak pemberi gadis) tahap yang ketiga yaitu pelaksanaan ritua Kelas dan tahap yang terakir yaitu wali anak rona (mmbayar semua benda yng diantar oleh pihak anak rona dengan uang yang jumlahya melebhi harga nominal benda tersebut) dan weit (ungkapa terima kasih berupa beras dan daging). Ritual Kelas penting dilakukan, karena sebagai bentuk penghormatan terakir kepada leluhur. Selain penghrmatan, upacara kelas juga sebagai ungkapan permohonan maaf kepada leluhur karena sewaktu hidup bersama, secara sadar atau tidak sadar kita melakukan kesalahan. Masyarakat desa Wejang Nendong meyakini dengan melaksanakan ritual ini mereka akn diberkati oleh leluhur dan diberikan penghasilan yang secukupnya.
PEREMPUAN PENGRAJIN TENUN IKAT MOTIF KULIT ULAR (ULA KULIKENG) SEBAGAI PENJAGA NILAI KEARIFAN LOKAL DI DESA LEWOKLUOK KECAMATAN DEMON PAGONG KABUPATEN FLORES TIMUR Yohana Seku Abe; Samingan Samingan; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2848

Abstract

kaum perempuan pengrajin tenun ikat dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)?, 2). Bagaimana proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)? dan 3). Nilai-nilai kearifan lokal mana saja yang dipersentasikan di dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)? Tujuan yang mau dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya kaum perempuan pengrajin tenun ikat dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng), untuk mengetahui proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) dan untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang dipersentasikan dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) di Desa Lewokluok. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Hasil penelitian lapangan memperlihatkan bahwa upaya kaum perempuan dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut:1). Membentuk kelompok tenun ikat. 2). Memperkenalkan tenun ikat pada festival budaya. 3). Sanggar tenun ikat dalam keluarga. 4). Pendidikan di sekolah dalam pelajaran mulok. Setelah itu proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut: 1). Pelepasan biji kapas dari kapas. 2). Penghalusan atau pelemasan kapas. 3). Penggulungan kapas. 4). Memintal kapas. 5). Menggulung benang. 6). Merentangkan benang. 7). Mengikat benang untuk menentukan motif. 8). Pencelupan benang ke pewarna. 9). Menjemur benang yang sudah diwarnai. 10). Membuka ikatan motif. 11). Menggelar benang untuk menyusun dan merapikan motif. 12). Menenun. 13). Menggabungkan kedua sisi kain. 14). Pemasangan siput kecil sebagai hiasan. 15). Hasil. Selanjutnya nilai-nilai kearifan lokal yang dipersentasikan di dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut: 1). Nilai sosial. 2). Nilai budaya. 3). Nilai ekonomi. 4). Nilai agama. 5). Nilai estetika.