Syifa Syifa
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberdayaan Mualaf Pasca Konversi di Dusun Tarangkin Kecamatan Peramasan Bawah Muhammad Noor Wahidin; Muhammad Muttaqin; Cahaya Camelia; Heldawati Heldawati; Siti Aminah; Syifa Syifa; Saifuddin Ahmad Husin
Jalujur: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/jalujur.v1i2.7445

Abstract

AbstractThe converts in strengthening their religion need moral and social support. This is based on the commitment and consequences of post-conversion converts who are vulnerable to conflict and threats from within the family. Several studies that discuss the issue of converts are more focused on the process of religious conversion. Meanwhile, converts who receive threats from the family need special empowerment with the aim of giving the right to freedom of religion. Therefore, researchers will discuss the issue of post-conversion converts and the role of KKN students in fostering converts. This study uses a psychological approach to religion and the theory of religious empowerment. The research method used is descriptive-qualitative by observing more closely in life so that it is easier to follow the flow of life. Data collection includes participatory observation, interviews, questionnaires, and documentation. Data analysis was carried out using data reduction procedures, data presentation and data leveraging using triangulation methods, and drawing conclusions. The results of the study: 1) The converts received threats and severance of relations with their families after the creed. 2) Students provide moral assistance in assisting converts after the creed by assisting the process of religious stabilization after the creed.AbstrakPara mualaf dalam memantapkan keberagamaannya membutuhkan dukungan moral dan sosial. Hal ini berdasarkan komitmen dan konsekuensi mualaf pasca konversi yang rentan dengan konflik maupun ancaman dari pihak keluarga. Beberapa penelitian yang membahas isu mualaf lebih fokus dalam proses konversi agama. Sedangkan mualaf yang mendapatkan ancaman dari pihak keluarga membutuhkan pemberdayaan khusus dengan tujuan memberikan hak kebebasan beragama. Oleh karena itu, peneliti akan membahas problem mualaf pasca konversi dan peran Mahasiswa KKN dalam membina para mualaf. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi agama dan teori pemberdayaan keagamaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif-kualitatif dengan mengamati lebih dekat dalam kehidupan informan sehingga lebih mudah untuk mengikuti alur kehidupannya. Pengumpulan data meliputi observasi partisipatif, wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan prosedur reduksi data, penyajian data serta verifikasi data menggunakan metode triangulasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Para mualaf mendapatkan ancaman dan pemutusan hubungan dengan keluarga pasca syahadat. 2) Mahasiswa memberikan bantuan moral dalam pendampingan mualaf pasca syahadat dengan tujuan membantu proses pemantapan beragama pasca syahadat.
Upaya Mahasiswa KKN terhadap Pelestarian Wisata Alam dan Keanekaragaman Adat Tradisional Masyarakat Paramasan Bawah Kabupaten Banjar Suriagiri Suriagiri; Muhammad Fauzi Noor; Siti Fatimah; Siti Raihana; Azahra Azahra; Muhammad Haikal; Erma Karlina; Ervina Ervina; Yasrin Maulana; Nur Hikmah; Sheilfi Safilla; Syifa Syifa; Aurina Rizky; Nurul Amalia; Sarmila Sarmila; Muhammad Muhammad; Wenty Safitri; Reza Jayadi; Syifa Naila; Rahmadanti Rahmadanti
Jalujur: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2022): Desember
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/jalujur.v1i2.7446

Abstract

Abstrak: Suku Dayak penghuni sisi timur Pegunungan Meratus yang dikaji dalam penelitian ini berada dalam wilayah Kecamatan Paramasan Bawah di wilayah Kabupaten Banjar. Mereka tinggal di antara lembah dan tepian sungai dalam jarak yang berjauhan. Dayak Meratus cukup unik karena sebagai suku Dayak, mereka berbahasa Banjar. Sebagian dari mereka masih menganut kepercayaan leluhur, sebagian telah menganut agama baru. Penelitian ini diawali dari permasalahan bagaimana konsep religi dan peralatan tradisional suku Dayak Meratus serta kesinambungannya dengan masa prasejarah. Adapun tujuan penelitian ini adalah membuat model penelitian etnoarkeologi untuk diterapkan pada lingkungan dan sistem budaya yang sama atau hampir sama sesuai dengan syarat analogi, dengan tujuan lebih jauh adalah sebagai data bantu dalam menganalisis dan interpretasikan aspek religi dari temuan situs prasejarah di wilayah Pegunungan Meratus. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan etnoarkeologi, sedangkan teknik pengambilan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sepanjang Pegunungan Meratus sisi timur berdiam beberapa jenis subsuku, yaitu Dayak Banjar, Dayak Meratus atau Dayak Bukit, serta Dayak Dusun. Ketiganya mempunyai konsep religi dan peralatan upacara yang hampir sama, sehingga digeneralisasi sebagai Dayak Meratus. Ada kesinambungan konsep kepercayaan Dayak Meratus dengan konsep kepercayaan prasejarah, yaitu pemujaan roh leluhur dan penggunaan bekal kubur dalam upacara kematian. Sebagian besar peralatan upacara terbuat dari dedaunan, kayu, dan bambu yang cepat hancur, sebagian kecil terbuat dari logam dan keramik. Abstract: This article is examined Dayaknese who have been dwelling at the eastern side of Meratus in the District of Paramasan Bawah in the district of. They live in the valleys and river banks, in the far distance. Dayak Meratus quite unique because they speak Banjar. Most of them still follow ancestral beliefs, while some have embraced the new religion. This research was initiated on the question of how the concept of religious and traditional equipments of Dayak Meratus and its continuity with the prehistoric period. The purpose of this research is to create an ethnoarchaological research model which can be applied to the similar environmental and cultural system in accordance with the terms of analogy, as supporting data in analyzing and interpreting religious aspect from the findings of prehistoric sites in the Meratus region. The method used is descriptive comparative with ethnoarchaeological approach, while the collecting data technique is conducted by survey and interview. The results show that along the east side Meratus are dwelled some sub-tribes, such as Dayak Banjar, Dayak Meratus or Dayak Bukit, and Dayak Dusun. Those three sub-tribes have similar concept of religious and ceremonial equipments, so it can be generalized as Dayak Meratus. There is a continuity of the religious concept of Dayak Meratus with prehistoric belief, i. e. the concept of worship ancestral spirits and the use of burial gifts in funerals The most ceremonial equipments are made of leaves, wood and bamboo which are quickly destroyed, a few tools are made of metal and ceramic.