Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sosialisasi Nilai-nilai Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Rahayu 06 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Adyawardhina, Rina; Nugrahanto, Widyo; Yuniadi, Agusmanon
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1080.06 KB)

Abstract

Nilai-nilai kepahlawanan menjadi penting bagi pengembangan karakter anak-anak di masa kini. Penanaman nilai-nilai kepahlawanan dalam pembentukan karakter anak masih minim dilakukan. Langkah ini berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesan yang didapat anak-anak mengenai nilai-nilai kepahlawanan. Kegiatan Sosialisasi Nilai-nilai Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Rahayu 06 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada peserta didik sebagai upaya pembentukan karakter sehingga makna nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan presentasi materi tentang nilai kepahlawanan dan penyelenggaraan lomba mengarang dengan mengambil tema nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sosialisasi yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa pemahaman siswa kelas VI terhadap nilai kepahlawanan sudah cukup tinggi. Namun tetap harus dilakukan revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai kepahlawanan sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.   
DEMOKRASI DALAM SEJARAH MILITER INDONESIA; Kajian Histois Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Tahun 1945 Widyo Nugrahanto; Rina Adyawardhina
Sosiohumaniora Vol 20, No 1 (2018): SOSIOHUMANIORA, MARET 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.654 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v20i1.14368

Abstract

Penelitian ini berjudul Demokrasi dalam Sejarah Militer Indonesia; Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Tahun 1945. Penelitian ini adalah tentang bagaimana Soedirman terpilih sebagai Panglima Tentara Indonesia yang pertama. Begitu juga bagaimana cara pemilihannya sehingga Soedirman terpilih dan Oerip Soemohardjo terpilih mendampinginya sebagai kepala staf. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Sejarah.Metode Sejarah memiliki empat tahapan yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Sumber-sumber penelitian ini menggunakan Koran-koran sezaman, majalah sezaman, buku, dan jurnal. Terpilihnya Soedirman (Panglima Tentara) dan Oerip Soemohardjo (kepala Staf Tentara) ternyata sangat menarik.Pemilihan tersebut menggunakan sistem demokrasi langsung (voting) yang ketika itu belum popular dilaksanakan di Indonesia.Ini merupakan cara-cara demokrasi langsung yang dilaksanakan pertama kali setelah Indonesia meredeka. Uniknya adalah justru cara ini digunakan oleh tentara dalam pemilihan panglima tertingginya.
Sosialisasi Nilai-nilai Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Rahayu 06 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Rina Adyawardhina; Widyo Nugrahanto; Agusmanon Yuniadi
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1080.06 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i2.14802

Abstract

Nilai-nilai kepahlawanan menjadi penting bagi pengembangan karakter anak-anak di masa kini. Penanaman nilai-nilai kepahlawanan dalam pembentukan karakter anak masih minim dilakukan. Langkah ini berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesan yang didapat anak-anak mengenai nilai-nilai kepahlawanan. Kegiatan Sosialisasi Nilai-nilai Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Rahayu 06 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada peserta didik sebagai upaya pembentukan karakter sehingga makna nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan presentasi materi tentang nilai kepahlawanan dan penyelenggaraan lomba mengarang dengan mengambil tema nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sosialisasi yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa pemahaman siswa kelas VI terhadap nilai kepahlawanan sudah cukup tinggi. Namun tetap harus dilakukan revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai kepahlawanan sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.   
PERGESERAN MAKNA FILOSOFIS ALUN-ALUN KOTA BANDUNG PADA ABAD XIX – ABAD XXI Miftahul Falah; Agusmanon Yuniadi; Rina Adyawardhina
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 11, No 2 (2019): PATANJALA Vol. 11 No. 2, JUNE 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.66 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.507

Abstract

Sebagai kota yang dibangun dengan mempertimbangkan aspek kosmologis, alun-alun merupakan salah satu elemen pembentuk Kota Bandung sejak menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bandung pada 25 September 1810. Alun-alun Kota Bandung mengalami perubahan fungsi, dari titik batas ruang profan dan ruang sakral menjadi ruang terbuka publik sehingga makna filosofisnya mengalami pergeseran. Untuk memahami perubahan tersebut secara kronologis, dilakukan penelitian historis dengan menerapkan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangannya, warga Kota Bandung tidak lagi memandang alun-alun sebagai salah satu elemen penyeimbang antara makrokosmos dan mikrokosmos, melainkan sebagai ruang terbuka publik tempat bersosialisasi seluruh warga kota. Fungsi Alun-alun Kota Bandung menunjukkan perubahan, dari sebuah lapangan terbuka dengan fungsi administratif kota tradisional hingga menjadi sebuah taman kota yang menjadi destinasi wisata di pusat kota sehingga memperlihatkan fungsi sosial-ekonomi.As a city that was built which takes the cosmological aspect into consideration, the square is one of the elements that formed the city of Bandung since becoming the capital of Bandung Regency on September 25, 1810. Its changing functions, which were traditionally perceived as a boundary of profane and sacred space into modern public open space, reflected a shifting in philosophical meaning. To understand the changes chronologically, this paper uses historical method which consists of four stages, namely, heuristics, critique, interpretation, and historiography. The results show that gradually the citizens of Bandung no longer look at the city square as one of the elements of the balance between the macrocosm and microcosm, but rather as a place for community gatherings. Its function changes from an open field with the administrative role of the traditional city into a city park that became a tourist destination in the city centre with socio-economic functions.