Nurul Wathoni, Lalu Muhammad
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tahlil Marriage Among the Sasak Tribe of Lombok Based on Maqashid Al-Shari’ah Perspective and Its Relevance to Compilation of Islamic Law Arifin H. Munir, Zainal; Nurul Wathoni, Lalu Muhammad; Bin Mujib, Lalu Supriadi; Dahri, Harapandi
al-'adalah Vol 19, No 2 (2022): AL-'ADALAH
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/adalah.v19i2.14495

Abstract

This study examines the practice of Tahlil Marriage carried out in several sub-districts in East Lombok Regency. Tahlil marriage or Cine Bute or muhallil is carried out as a condition that reconciliation between ex-husband and ex-wife who has been divorced is permissible. Tahlil Marriage (Cine Bute) in the Sasak community is carried out secretly without authorization from the Office of Religious Affairs. This research is classified as qualitative research with an empirical normative approach. Data were collected using observation, interview and documentation techniques and were analyzed through the perspective of Maqasid al-Shari’ah and Compilation of Islamic Law (KHI). This research found that Tahlil marriage in East Lombok Regency was divided into three forms: common marriages, contractual marriages, and common marriages initiated by contract marriages. In the view of Maqasid al-Shari'ah, the Tahlil marriages carried out by the Sasak tribe do not fulfill the aspects of dharuriyya, hajjiyat and tahsiniyyat. Among the factors that influence the Tahlil marriages performed by the Sasak tribe are the ease of divorce, the lack of public legal awareness, the low level of public education, the lack of understanding of religion and the weakness of law enforcement.
Fenomena Nikah Sipaindongan Pada Masyarakat Mandar: Studi Teori Fakta Sosial Emil Durkheim Zakia, Zakia; Mustafa, Sitti Aisyah; Nurul Wathoni, Lalu Muhammad
Jurnal de Facto Vol 11 No 1 (2024)
Publisher : Pascasarjana Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/jurnaldefacto.v11i1.224

Abstract

Pernikahan sipaindongan yang dilakukan oleh dua individu (sepasang kekasih) telah lepas kendali dari nilai yang dianut oleh masyarakat. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode field research (penelitian lapangan) yang berfokus pada tempat yaitu kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan nikah sipaindongan, seperti Imam (tokoh agama) yang terbiasa menikahkan pelaku nikah sipaindongan. Hasil dari penelitian ini ialah nikah Sipaindongan di Mandar berdasarkan teori fakta sosial Emil Durkheim menyatakan bahwa setiap individu itu lahir dari individu lainnya, sehingga nikah sipaindongan yang melanggar adat istiadat yang berlaku ditengah masyarakat masuk dalam kategori teori fakta sosial non-material, yang mana setiap individu tidak bergantung pada kehendaknya sendiri, dan setiap perbuatan individu juga akan berpengaruh pada keluarga dan sekitarnya.