Bunga Elim Somba
Program Study of Agrotechnology Faculty of Agriculture University of Tadulako

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Aplikasi Pupuk Kandang Ayam dan Urine Kelinci pada Pertumbuhan Bawang Merah Varietas Lembah Palu (Allium wakegi Araki) Bunga Elim Somba; Yohanis Tambing; Dendrianus Miki Nikolaus Acap
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 31 No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/agrolandnasional.v31i1.2015

Abstract

Kondisi tanah di sekitar Lembah Palu yang relatif kering dan kurang dapat menunjang pertumbuhan bawang merah menyebabkan produksi yang kurang maksimal, sehingga dibutuhkan tambahan zat hara dari pemupukan. Salah satu pupuk kandang yang digunakan oleh masyarakat adalah kotoran ayam. Kotoran ayam mampu menyediakan unsur hara berupa hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, sehingga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Adapun tujuan dari penelitian yaitu; 1) mengetahui pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan interval pemberian POC urine kelinci; 2) mengetahui pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam; 3) mengetahui pengaruh interval pemberian POC urine kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah Varietas Lembah Palu. Penelitian ini dilaksanakan di kebun akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako dari bulan Februari sampai April 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dua faktor yaitu sebagai berikut: Faktor pertama adalah perbandingan pupuk kandang ayam dengan tanah terdiri 4 level yaitu: K0 = tanpa pupuk kandang ayam ( kontrol ); K1 = 1:1; K2 = 2:1; K3 = 3:1. Faktor kedua adalah interval pemberian POC urine kelinci pada konsentrasi 200 ml/liter terdiri dari 3 taraf yaitu: I1 = Setiap 3 hari 1 kali; I2 = Setiap 6 hari 1 kali; I3 = Setiap 9 hari 1 kali, sehingga terdapat 12 jumlah kombinasi. Perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga mendapat 36 unit perlakuan. Masing-masing unit percobaan terdiri atas 3 polibag dan tiap polibag ditanami satu tanaman sehingga total unit percobaan yang digunakan yaitu 108 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dengan interval pemberian POC urine kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah . Perlakuan komposisi media tanam tidak berpengaruh pada jumlah daun, jumlah umbi, diamter umbi, dan bobot segar umbi, tetapi berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam. Komposisi media tanam tanah berbanding pupuk kandang ayam 3:1 (K3) menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Perlakuan interval pemberian POC urine kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diuji.
GEOLOGICAL MODELLING OF LITHOSEQUENT BASED ON DEM AND FINITE ELEMENT METHOD INVERSION OF VES DATA Bunga Elim Somba; Saiful Darman; Rachmat Zainuddin; Raihanda Dwimart Mangawe
AGROLAND The Agricultural Sciences Journal (e-Journal) Vol 9 No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/agroland.v9i2.1476

Abstract

The aims of this study are to develop interpretation of structural geology in lithosequent using DEM and finite elemen method based on VES data. This research was conducted on June 2021 untill January 2022 at Pasang District, North Toraja. Four main point location were selected and recorded in google earth. Those points were processed using software QGIS for developing 3D model, Saga-GIS for interpolated DEM and VES for generating 1D and 2D geoelectrical modelling. Data were interpolated using Universal Kriging method and analysed using IP2WIN software. The results of these research shows that Geostatistical Universal Kriging can be used for interpolating DEM in lithosequent Pasang Village, by using as the variogram equation and yield 95,12% determinations; VES method in geoelectrical resistivity can be configure into 2D and produce clearer modeling of pseudo-section; The synthetics data can be generated from field measurement data and interpretation of 2D VES; Result of synthetic block on geoelectrical data can be inverted using Finite Element Method and generated clearer data; By using these methods, the thickness of weathering layer in lithosequent Pasang Village can be estimated and modelling.
ASSESSING THE PHYSICAL PROPERTIES OF SOIL ON FREQUENTLY PLANTED LAND WITH SHALLOTS AT GUNTARANO VILLAGE, DONGGALA REGENCY, CENTRAL SULAWESI Anthon Monde; Bunga Elim Somba; Abner Lionel
AGROLAND The Agricultural Sciences Journal (e-Journal) Vol 10 No 1 (2023): june
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/agroland.v10i1.1708

Abstract

The red onion of the Palu Valley variety is a type of shallot that grows well in the Palu valley and its surroundings. It has a distinctive taste when fried, so it is one of the souvenirs from the city of Palu. This study aimed at examining the soil’s physical properties on land often planted with shallots. This research was conducted in Guntarano Village, Donggala Regency. Soil samples were analysed at the Laboratory of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Tadulako. The research was carried out from June to November 2022. The method used was a survey method and the research location was determined deliberately (purposive sampling). The soil samples were taken on shallot farming land at flat and back of the slope. Depending on the area of the land, there were five composite samples where each composite sampling representing from 5-10 points of observation. The results of analystzing the physical properties of the soil showed that the shallot fields had a crumb to lumpy soil structure; medium to heavy bulk density; soil organic matter varied from medium to high; and water conten at field capacity range from 16.12% to 22.85%. The soil in the shallot farming area has begun to show poor soil quality due to high soil porosity (66,09 %) and high soil permeability (13,10 cm/hour).