Intan Kemala Sari
Universitas Bina Bangsa Getsempena

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN SOAL SETARA PISA KONTEKS PEKERJAAN : STUDI PENGEMBANGAN SOAL PISA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP Ahmad Nasriadi; Intan Kemala Sari
Jurnal Pendidikan Matematika RAFA Vol 3 No 2 (2017): JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA RAFA
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jpmrafa.v3i2.1744

Abstract

Penelitian ini mengembangkan soal setara PISA konten change and relationship, konteks pekerjaan, dalam low order thinking level, yang terdiri dari dua soal.tujuan penelitian ini adalah untuk melihat respon siswa dalam memecahkan masalah setara PISA tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa merasa soal tersebut cukup sulit yang disebabkan karena tidak terbiasanya siswa memecahkan msalah yang terkait dengan kejadian nyata yang ada dalam kehidupan sehari-harinya, selain itu juga siswa harus membangun sendiri konsep pribadinya untuk memecahkan masalah tersebut. Respon dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa tertantang untuk memecahkan soal tersebut dan merasa senang ketika dapat menyelesaikannya. Ini mempertegas bahwa dalam belajar matematika perlu adanya tantangan masalah yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari siswa untuk membangun konsep pribadinya dalam memecahkan masalah hingga siswa mampu menemukan konsep formal
Kemampuan Logis Matematis Siswa Terhadap Prestasi Belajar untuk Memprediksi Peringkat Kesuksesan Nilai Ujian Bertaraf Nasional Intan Kemala Sari; Ahmad Nasriadi; Bella Yolanda Putri
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2 (2020): Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
Publisher : Mathematics Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.527 KB)

Abstract

Pengukuran keberhasilan belajar di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ujian-ujian berstandar baik tingkat sekolah maupun tingkat nasional. Kendati adanya perubahan konsep ujian menjadi bentuk assessment, namun pengukuran keberhasilan program belajar mengajar harus tetap ada. Hal ini disebabkan karena ujian masih dapat menjadi salah satu patokan untuk merumuskan kebijakan baik perbaikan maupun peningkatan keberhasilan program pendidikan. Dalam ujian atau assessment ada banyak hal yang dapat diukur, misalnya dalam matematika, harus dapat mengukur minimal kemampuan matematisnya. Salah satu kemampuan matematis yang dapat diukur adalah kemampuan logis matematis. Dalam belajar matematika kemampuan logis matematis perlu dikembangkan karena dapat membuat siswa berpikir secara cepat, mengatur rencana sebelum diungkapkan, dan memperhatikan sebab akibat dari suatu tindakan. Dalam penelitian ini dideskripsikan jumlah siswa dalam suatu komunitas yang memiliki kecenderungan bekemampuan logis matematis relatif sedikit. Selain itu tidak terdapat hubungan yang cukup kuat antara kemampuan logis matematis dengan prestasi belajar siswa. Terdapat kesenjangan antara nilai tes kemampuan logis dengan nilai prestasi belajar siswa. Hal ini dapat memprediksi bahwa ada kemungkinan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap peringkat kesuksesan ujian bertaraf nasional apabila tidak dilakukan berbagai perubahan, karena sejatinya siswa SMA merupakan generasi penerus keberlangsungan hidup suatu bangsa di masa yang akan datang
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA Intan Kemala Sari
Jurnal Numeracy Vol 1 No 1 (2014)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.124 KB) | DOI: 10.46244/numeracy.v1i1.86

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif, serta dapat meningkatkan penalaran geometri ruang bagi siswa SD kelas IV. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP, Lembar Aktivitas Siswa, dan media pembelajaran untuk mendukung proses belajar mengajar. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut mengikuti prosedur pengembangan produk dari Plomp yang meliputi lima tahap yaitu: (1) investigasi awal; (2) desain; (3) realisasi/konstruksi; (4) tes, evaluasi, dan revisi; dan (5) implementasi. Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi aspek validitas, kepraktisan, dan efektivitas, serta dapat mengembangan penalaran siswa. Uji coba lapangan menunjukkan bahwa penalaran siswa pada konsep keruangan telah memenuhi kriteria baik dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran berada pada kategori sangat aktif. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid, praktis, dan efektif, serta dapat meningkatkan penalaran. Selain itu, perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran lainnya sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran.
KORELASI AKTIFITAS SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PETA KONSEP DI SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH Tantawi; Intan Kemala Sari
Jurnal Numeracy Vol 2 No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.109 KB) | DOI: 10.46244/numeracy.v2i1.144

Abstract

Penelitian ini berjudul “Korelasi Metode Kooperatif Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Siswa di SMA Inshafuddin”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi aktifitas siswa dengan hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif siswa di SMA Inshafuddin Banda Aceh. Penentuan sampel dilakukan secara acak dengan teknik pengundian (Cluster Random Sampling). Metode yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Pengolahan data dilakukan teknik korelasi product moment. Berdasarkan perhitungan didapat koefisien korelasi r = 0,42, ini menunjukkan korelasi positif antara metode kooperatif peta konsep dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan diperoleh harga dan , bissa disimpulkan bahwa , ini berarti terdapat korelasi model pembelajaran kooperatif peta konsep terhadap hasil belajar siswa.
PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA 14-15 TAHUN DI BANDA ACEH Intan Kemala Sari
Jurnal Numeracy Vol 3 No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.981 KB) | DOI: 10.46244/numeracy.v3i1.203

Abstract

Pemecahan masalah merupakan suatu proses psikologis yang melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema yang dipelajari tetapi melibatkan aktivitas berpikir yang cukup kompleks. Dalam matematika, pemecahan masalah menjadi tujuan utama dalam belajar karena selain untuk mengukur prestasi belajarnya juga menjadi bekal dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Ada beberapa tahapan pemecahan masalah, diantaranya yang dikemukakan oleh Polya yaitu; (1) tahap memahami soal, (2) tahap membuat rencana penyelesaian, (3) tahap menerapkan rencana penyelesaian, dan (4) memeriksa/meninjau kembali. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil pemecahan masalah matematis siswa usia 14-15 tahun di Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan kualitatif dimana penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sampel penelitian yaitu sebanyak 30 siswa usia 14-15 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa atas soal pemecahan masalah matematis. Terdapat empat soal bertingkat yang diberikan untuk melihat tahapan pemecahan masalah matematis siswa, dan dilakukan wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban siswa. Berdasarkan pelaksanaan tersebut didapatkan hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa usia 14-15 tahun berada pada level rendah, dimana presentasi kemampuan siswa menjawab dengan kategori baik berada pada soal nomor 1, sedangkan pada soal nomor 2, 3, dan 4, kemampuan siswa mulai menurun sehingga rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa masih relatif rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa usia 14-15 tahun di Banda Aceh masih rendah. Untuk meminimalisasi masalah tersebut maka disarankan untuk mengarahkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah matematis dengan pemberian masalah-masalah matematis agar siswa terbiasa menghadapi soal-soal yang berbasis masalah dan pemecahannya menggunakan penalaran matematis.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVE LEARNING DI KELAS X MAN RUKOH Ahmad Nasriadi; Intan Kemala Sari; Eka Saputri
Jurnal Numeracy Vol 4 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.66 KB) | DOI: 10.46244/numeracy.v4i1.247

Abstract

Selama ini pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah, banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika khususnya pada materi statistika. Siswa cenderung malas dan kurang bersemangat ketika dihadapkan pada masalah-masalah matematika sehingga hasil belajar siswa kurang optimal. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi statistika dengan menggunakan metode active learning lebih baik dari metode konvensional dikelas X MAN Rukoh. Adapun yang menjadi populasi penelitian adalah siswa MAN Rukoh dengan Sampel yang diambil adalah kelas X-IIS-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-IIS-3 sebagai kelas kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan Randomized Subject, Posttest Control Group Design. Instrumen yang digunakan adalah tes akhir yang diberikan kepada kedua kelas yang diuji, data tersebut diolah dengan menggunakan analisis statistik uji-t. Berdasarkan rumus uji t dengan taraf siknifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 49 dari tabel distribusi t diperoleh t(tabel) : t0,95(49)= 1,69, Dan thitung= 2,44. sehingga thitung > t(tabel) yaitu 2,44 > 1,67, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode active learning lebih baik daripada hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional pada materi statistika di kelas X MAN Rukoh Kota Banda Aceh. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru agar dapat di aplikasikan dalam proses belajar mengajar matematika di kelas.
PROSES BERPIKIR MATEMATIS MAHASISWA STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ESTIMASI Ahmad Nasriadi; Intan Kemala Sari
Jurnal Numeracy Vol 6 No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/numeracy.v6i1.425

Abstract

Mathematical problems in everyday life we ​​find many that are related to estimates. The problem does not ask for an exact answer, but an estimate accompanied by logical reasons. Knowledge estimation can be used to control the truth of an answer and the occurrence of misconceptions. One important aspect that must be known to be able to see how well mastery of one's estimation ability is by looking at the person's thinking process when estimating. The thought process can be seen by making someone think then being asked to tell what happened in his mind. This study aims to describe the mathematical thinking process of students of STKIP Bina Getsempena Nation in solving estimation problems. This research is a descriptive study with a qualitative approach. The research subjects were two students who were selected based on a math ability test. Data retrieval is done through the provision of test questions in the form of estimation problem solving tasks and interviews. Based on data analysis, it can be concluded that the subject's mathematical thinking process belongs to the Assimilation category when understanding the problem, and enters into the category of accommodation mathematical thinking processes when planning problem solving, implementing problem solving plans, and re-examining the results of problem. Abstrak Masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai yang berkaitan dengan estimasi. Pada masalah tersebut tidak meminta suatu jawaban eksak, tetapi suatu perkiraan yang disertai alasan logis. Pengetahuan estimasi dapat digunakan untuk mengontrol kebenaran suatu jawaban dan terjadinya miskonsepsi. Salah satu aspek penting yang harus diketahui untuk dapat melihat sejauh mana penguasaan kemampuan estimasi seseorang dengan baik adalah dengan melihat proses berpikir orang tersebut pada saat melakukan estimasi. Proses berpikir tersebut dapat dilihat dengan membuat seseorang berpikir kemudian diminta untuk menceritakan yang terjadi dalam pikirannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses berpikir matematis mahasiswa STKIP Bina Bangsa Getsempena dalam memecahkan masalah estimasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah dua mahasiswa yang dipilih berdasarkan tes kemampuan matematika. Pengambilan data dilakukan melalui pemberian soal tes berupa tugas pemecahan masalah estimasi dan wawancara. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa proses berpikir matematis subjek termasuk kategori Asimilasi saat memahami masalah, dan masuk pada kategori proses berpikir matematis akomodasi saat merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. Kata kunci: Proses berpikir matematis, kemampuan estimasi, pemecahan masalah estimasi
Mathematical Representation Ability of Junior High School Students: A Case Study of Students’ Cognitive Ability through Realistic Mathematics Education Intan Kemala Sari; Ahmad Nasriadi; Yuli Amalia; Musfiya; Farida Agus Setiawati
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 12 No. 3 (2023): July
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v12i3.819

Abstract

Kemampuan representasi matematis sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan representasi matematis siswa, serta bentuk representasi matematis yang muncul. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap empat siswa SMP Kelas VII dengan kemampuan sedang, yang dilaksanakan dalam pembelajaran Mengenal Bentuk Aljabar. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil pada tahun ajaran 2022/2023 sebanyak tiga kali pertemuan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu angket, wawancara, dan lembar analisis pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VII merupakan siswa tahap abstraksi awal sehingga kemampuan representasi matematis belum banyak muncul dan berkembang dengan baik. Adapun bentuk representasi yang muncul yaitu representasi simbolik dengan tipe rendah dimana masih terdapat Gap antara berpikir konkrit dengan kemampuan abstraksi awal. Beberapa hal yang mempengaruhi munculnya kemampuan representasi adalah motivasi yang tinggi dalam memecahkan masalah, metode belajar yang disajikan, dan kemampuan siswa dalam belajar matematika. Mathematical representation ability is very important to develop. This study aimed to analyze students' mathematical representation abilities, as well as the forms of mathematical representations that appear. This study used case studies of four Grade VII junior high school students with moderate abilities, which were carried out in Recognizing Algebraic Shapes. The research was carried out in the odd semester of the 2022/2023 academic year in three meetings. The data collection techniques utilized questionnaires, interviews, and problem-solving analysis sheets. The results showed that class VII students were students at the early abstraction stage, so their mathematical representation abilities had not emerged and developed well. The form of representation that appears was symbolic representation with a low type where there was still a gap between concrete thinking and initial abstraction abilities. Some of the things that influenced the emergence of representational abilities were high motivation in solving problems, the learning methods presented, and students' abilities in learning mathematics.