p-Index From 2019 - 2024
1.066
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Mochammad Erwin Rachman
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh Ujian SOOCA terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Namirah Namirah; Mochammad Erwin Rachman; Sri Wahyu; Suliati P Amir; Windy Nurul Aisyah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 10 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i10.338

Abstract

Kecemasan adalah perasaan tegang dan khawatir akibat reaksi terhadap ketidakmampuan untuk memecahkan masalah atau perasaan tidak aman. Menurut penelitian Mancevska, mahasiswa kedokteran tahun pertama mengalami tingkat kecemasan yang tinggi. Kecemasan pada tahun pertama dapat disebabkan oleh banyak hal, dan mahasiswa di lingkungan perkuliahan harus beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya yaitu lingkungan SMA. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh ujian SOOCA (student objective oral case analysis) terhadap tingkat kecemasan mahasiswa preklinik angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Metode yang di gunakan penelitian kuantitatif analitik observasional dengan menggunakan desain studi cross sectional. Berdasarkan Dari 157 mahasiswa yang mengisi kuisioner sebanyak 39 mahasiswa (24,8%) tidak mengalami kecemasan, sebanyak 118 mahasiswa (75,2%) mengalami kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat. Berdasarkan analisis didapatkan p value (0,285) > 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh Ujian SOOCA (student Objective Oral Case Analysis) terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2020. Dari hasil tersebut tidak terdapat pengaruh ujian SOOCA (student objective oral case analysis) terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2020.
Hubungan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Terhadap Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2020 Mutmainnah; Mochammad Erwin Rachman; Sri Wahyu; Shulhana Mokhtar; Irna Diyana Kartika K
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 8 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i8.340

Abstract

OSCE adalah ujian yang menilai pengetahuan, kemampuan komunikasi, keterampilan pemeriksaan fisik, kemampuan untuk memahami dan menganalisis hasil pemeriksaan diagnostik, dan kemampuan untuk menentukan diagnosis. Pada saat ujian, mahasiswa akan menunjukkan keterampilan yang telah mereka pelajari di setiap stasiun. Kondisi ini menyebabkan mahasiswa mengalami kecemasan yang berlebihan. Untuk mengetahui hubungan OSCE terhadap tingkat kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2020. Jenis penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Dari 253 responden yang mengisi kuisioner didapatkan tidak cemas 17 orang (6,7%), kecemasan tingkat ringan 130 orang (51,4%), kecemasan tingkat sedang 72 orang (28,5%), dan kecemasan tingkat berat 34 orang (13,4%). Dari hasil ujian OSCE didapatkan hasil kelulusan 200 orang (79,1%). Sedangkan yang tidak lulus 53 orang (20,9%). Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan nilai p (p-value) 0,770 (>0,05) menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara OSCE terhadap tingkat kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2020. Tidak terdapat hubungan OSCE terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2020.
Karakteristik dan Angka Kejadian Skizofrenia Rawat Inap di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021 Usi Tris Septia Ningsih; Saidah Syamsuddin; Wahidah Jalil; Irma Santy; Mochammad Erwin Rachman
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 11 (2023): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i11.346

Abstract

Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental dengan karakteristik kekacauan pada pola berpikir, proses persepsi, afeksi dan perilaku sosial. Pasien yang terdiagnosa Skizofrenia biasanya juga menunjukkan gejala positif, seperti halusinasi dan delusi dan gejala negatif, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial, pengabaian diri, kehilangan motivasi dan inisiatif serta emosi yang tumpul. Mengetahui Bagaimana Karakteristik dan Angka Kejadian Skizofrenia Rawat Inap Di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan Pada Bulan Januari – Desember 2021. Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dengan metode penelitian cross sectional. Kasus Skizofrenia rawat inap di RSKD Dadi berdasarkan diagnosis yaitu Skizofrenia YTT sebanyak 1157 kasus (88,2%), Umur yaitu 2021 yaitu pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 351 kasus (26,8%), Jenis Kelamin yaitu laki-laki sebanyak 1054 kasus (80,3%), Suku yaitu Suku Makassar sebanyak 621 orang (47,3%), Agama yaitu agama islam sebanyak 1234 kasus (94,1%) Pendidikan yaitu tamatan SMA sebanyak 458 orang (34,9%) Pekerjaan yaitu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 751 orang (57,2%), Status Pernikahan yaitu yang belum menikah yaitu sebanyak 529 orang (40,3%), Jumlah pasien Skizofrenia berdasarkan diagnosis terbanyak Skizofrenia YTT, berdasarkan usia kelompok umur 41-50 tahun,berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki, berdasarkan suku terbanyak Suku Makassar, berdasarkan agama terbanyak agama islam, berdasarkan pendidikan tamatan SMA, berdasarkan pekerjaan terbanyak yang tidak bekerja, berdasarkan status pernikahan terbanyak berstatus belum menikah.
Karakteristik dan Gambaran Radiologi pada Pasien Low Back Pain Ayu Lestari; Imran Safei; Prema Hapsari Hidayati; Mochammad Erwin Rachman; Sultan Buraena; Fadil Mula Putra
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 5 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i5.458

Abstract

Mobilitas yang salah, penyakit psikologis, dan berbagai masalah muskuloskeletal semuanya dapat menyebabkan low back pain (LBP). Disabilitas adalah penyebab utama LBP dan berdampak pada kesejahteraan dan pekerjaan secara umum. Ada dua jenis LBP: LBP akut, yang bermanifestasi sebagai timbulnya nyeri secara cepat dan dapat berlangsung kurang dari 12 minggu, dan LBP kronis, yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografi berupa radiografi, magnetic resonance tomography (MRI), dan computerized tomography (CT-Scan), harus dilakukan berdasarkan keluhan individu yang mengalami nyeri pinggang. Nyeri punggung bawah (LBP) dapat disebabkan oleh berbagai masalah muskuloskeletal, gangguan kejiwaan, dan gerakan yang tidak tepat. Salah satu penyebab utama LBP adalah kecacatan, yang berdampak pada pekerjaan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Ada dua bentuk LBP: LBP kronis, yang berlangsung lebih dari tiga bulan, dan LBP akut, yang muncul sebagai nyeri yang timbul secara tiba-tiba dan dapat berlangsung kurang dari 12 minggu. Upaya-upaya yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pemeriksaan radiografi dengan menggunakan CT-Scan, MRI, dan radiografi, harus dilakukan sebagai respons terhadap keluhan orang yang menderita nyeri pinggang Sebagian besar kasus nyeri punggung bawah (LBP) dapat disebabkan oleh berbagai masalah muskuloskeletal, kondisi psikologis, dan mobilitas yang tidak tepat. Disabilitas adalah salah satu penyebab utama LBP, yang memengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Ada dua jenis LBP: LBP akut, yang bermanifestasi sebagai timbulnya nyeri secara cepat dan dapat berlangsung kurang dari 12 minggu, dan LBP kronis, yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Apabila seseorang mengeluhkan rasa tidak nyaman pada pinggang, maka harus dilakukan upaya yang memerlukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan radiografi menggunakan CT-Scan, MRI, dan radiografi.
Pengaruh Istinsyaq sebagai Terapi Alternatif pada Penderita Rinosinusitis Kronik Tahun 2022 Kesya Azzahra Putri; Mochammad Erwin Rachman; Sri Wahyu; Rachmat Faisal Syamsu; Mohammad Reza Zainal Abidin
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 5 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i5.461

Abstract

Rinosinusitis kronik adalah peradangan yang terjadi pada mukosa hidung serta sinus paranasal dan berlangsung lebih dari delapan minggu dan ditandai adanya cairan mukopurulen, hidung berbau, hidung terseumbat, nyeri wajah, dan tanda-tanda lainnya. Beristinsyaq tiga kali setiap berwudhu, menyebabkan bakteri dan mikroba yang ada di dalam lubang hidung akan dikeluarkan. Kebanyakan penyakit terjadi karena mikroba masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan tenggorokan, kemudian masuk ke tubuh. Gerakan istinsyaq selaras dengan gerakan terapi irigasi hidung, dengan melakukan irigasi hidung dapat menjaga agar mukosiliar hidung tetap normal, sehingga beristinsyaq juga dapat menyebabkan udara yang terhirup bebas dari bakteri dan juga mikroba karena tersaring saat melakukannya. Melakukan irigasi hidung dapat membantu menjaga mukosiliar hidung tetap normal. Untuk mengetahui pengaruh istinsyaq sebagai terapi alternatif pada penderita rinosinusitis kronik tahun 2022. Jenis penelitian Pre-post eksperimental dengan pendekatan one group pre-post test without control. Dari 25 orang responden sebanyak 1 orang (4%) responden merasakan gejala ringan, diikuti dengan sebanyak 11 orang (44%) responden merasakan gejala sedang, dan 13 orang (52%) responden merasakan gejala berat. Setelah diberikan intervensi, sebanyak 8 orang (32%) responden tergolong dalam gejala ringan, 13 orang (52%) responden merasakan gejala sedang, dan 4 orang (16%) responden merasakan gejala berat. Berdasarkan hasil uji alternatif (uji wilcoxon) dihasilkan nilai p (p-value) 0,00 (<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara istinsyaq dengan penyakit rinosinusitis kronik. Istinsyaq dapat menjadi terapi alternatif pada penderita rinosinusitis kronik. Terdapat pengaruh istinsyaq sebagai terapi alternatif pada penderita rinosinusitis kronik tahun 2022.
Karakteristik Penderita Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik Aulyra Familah; Arina Fathiyyah Arifin; Achmad Harun Muchsin; Mochammad Erwin Rachman; Dahliah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 6 (2024): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i6.468

Abstract

Stroke merupakan gambaran klinis dari disfungsi otak yang terlokalisir dan meluas, yang mengakibatkan kematian tanpa teridentifikasinya kondisi medis yang mendasari selain kelainan vaskular. Ada dua jenis stroke: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik dan iskemik adalah dua bentuk stroke yang berbeda. Yang pertama disebabkan oleh penyumbatan arteri serebral, yang mengakibatkan aliran darah ke daerah otak tertentu tidak mencukupi, iskemia, dan tidak ada atau sangat sedikit oksigen yang mencapai sel-sel otak. Di sisi lain, stroke hemoragik terjadi ketika terjadi pendarahan saat arteri otak pecah, sehingga merusak otak dan mengganggu fungsi saraf. Penelitian deskriptif menggunakan desain cross-sectional. Total sampling digunakan untuk membuat populasi penelitian, yang secara keseluruhan terdiri dari 189 orang—149 pasien stroke iskemik dan 40 pasien stroke hemoragik di RS Ibnu Sina Makassar Tahun 2020-2022. Jenis stroke hemoragik berusia antara 46 dan 55 tahun (38%) sedangkan pasien stroke iskemik sebagian besar berusia di atas 66 tahun (19%); wanita lebih mungkin menderita stroke hemoragik dibandingkan pria. Hipertensi stadium 2 menyumbang 44% kasus stroke iskemik dan 43% stroke hemoragik; pembacaan kolesterol total untuk kedua jenis stroke berada dalam kisaran yang dapat diterima pada 78% kasus dan 70% kasus stroke hemoragik. Diabetes mellitus mencegah sebagian besar orang terkena stroke iskemik (62%) dan hemoragik (80%). Dengan demikian, hipertensi stadium 2 dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan hemoragik.