Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENGEMBANGAN MODEL POLA MAKAN, POLA ASUH DAN SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS BUDAYA DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN TORAJA UTARA DAN KABUPATEN GOWA Erlina Y Kongkoli; Alfi Syahar Yakub; Dyah Ekowatiningsih
E-Amal: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 3: September-Desember 2023
Publisher : LP2M STP Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/eamal.v3i3.2886

Abstract

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak baik fisik maupun otaknya. Stunting dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronik (non endokrin). World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kelim kejadian stunting di dunia dan merupakan urutan kedua di Asia. Provinsi Sulawesi Selatan di tahun 2021 dapat menurunkan angka stunting 9,08 % melampaui target nasional 14% di tahun 2024. Sampai dengan saat ini upaya yang dilakukan belum menghasilkan penurunan seperti yang diharapkan, walaupun beberapa kabupaten telah memperlihatkan penurunan, tetapi ada pula yang semakin meningkat dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Upaya yang dilakukan ditujukan untuk menurunkan angka stunting dengan menyasar ibu hamil terutama dalam meningkatkan asupan nutrisi serta pola asuh dan sanitasi lingkungan berbasis budaya diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pilihan untuk menurunkan angka stunting di daerah. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejauh mana efektivitas penerapan model pola makan, pola asuh dan sanitasi lingkungan berbasis budaya dapat menurunkan angka kelahiran dengan tanda stunting dengan memberi tambahan makanan selama kehamilan. Metode penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design (Post test only) dengan pendekatan Cross sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu hamil trimester III (tiga) di kabupaten Toraja Utara dan kabupaten Gowa berjumlah 55 orang, sampai subyek melahirkan. Kesimpulan bahwa penerapan model ini efektif untuk mencegah kelahiran anak dengan stunting. Penerapan model ini memberikan hasil yang maksimal untuk dua daerah yang memiliki budaya yang berbeda. Hasil dari penerapan model ini dapat menjadi model rujukan bagi pemerintah teristimewa bagi pusat-pusat layanan kesehatan masyarakat yang ada di daerah masing-masing ataupun daerah lain yang memiliki angka stunting cukup tinggi