Sandra O. Tilaar
Universitas Sam Ratulangi

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS

MORFOMETRIK DAN MERISTIK LAMUN DI PANTAI BORGO KECAMATAN BELANG DAN PANTAI BASAAN I KECAMATAN RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Willy Kaparang; Billy Th. Wagey; Chatrien A. Sinjal; Sandra O. Tilaar; Elvy L. Ginting; Frans Tilaar
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.52706

Abstract

Seagrasses are flowering plants (Angiosperms) that are fully adapted to aquatic environments. Seagrasses are capable of living in salt water; even though it is immersed in salty water, it still functionsnormally. The function and role of seagrasses depend on the number of leaf blades, leaf length, leafwidth, and total biomass, all of which are highly determined by local conditions. This research wasconducted in Southeast Minahasa Regency in Pantai Borgo Village, Belang District and Beach Villageof Basaan I, Ratatotok District. This study aims to measure the morphometrics and meristics of seagrassspecies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Sampling of seagrasswas carried out using the cruising survey method, as many as 10 individuals for each species at eachstudy location, samples were taken using a knife and washed and put into plastic samples. Thenmeasured using a caliper ruler. The results obtained from the three seagrass species Enhalusacoroides, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium are different in morphometric and meristicsizes of the three seagrasses which are larger in Basaan I Beach compared to those in Borgo Beach.This is because in Borgo Beach there are many human activities that greatly affect the activity ofmorphometric and meristic sizes which in turn also affect the growth of seagrass. This difference isthought to be due to the high activity of the people who live around Borgo beach in the form of householdwaste disposal and fishing activities, namely the intensity of boat traffic and boat moorings, while onPasir Panjang Beach, Basan I Village is far from residential areas and is a tourist area that is not yetvery touristy. Stout is known by many people so it is still in good condition and maintained. Measurementof environmental parameters of the waters of Borgo Village Beach and Basaan I Village Beach are stillin optimum conditions for seagrass plants and development. Keywords: Seagrass, Morphometrics, Meristic, Borgo Village, Basaan I VillageABSTRAK Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang secara penuh beradaptasi pada lingkungan perairan. Lamun mampu hidup di air asin; meski terbenam dalam air asin lamun tetapberfungsi normal. Fungsi dan peranan lamun, bergantung pada jumlah helaian daun, panjang daun,lebar daun, serta biomassa total, yang kesemuanya itu sangat ditentukan kondisi setempat. Penelitianini dilakukan di Kabupaten Minahasa Tenggara di Pantai Desa Borgo Kecamatan Belang dan PantaiDesa Basaan I Kecamatan Ratatotok. Penelitin ini bertujuan untuk mengukur morfometrik dan meristiklamun jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Pengambilansampel lamun dilakukan dengan menggunakan metode survei jelajah, sebanyak 10 individu untukmasing-masing jenis di setiap lokasi penelitian, sampel diambil dengan mengunakan pisau dicuci dandimasukkan kedalam plastik sampel. Kemudian diukur dengan menggunakan mistar kaliper. Hasil yangdiperoleh dari ketiga lamun jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifoliumadalah berbeda ukuran morfomertik dan meristik dari ketiga lamun tersebut lebih besar yang berada diPantai Basaan I dibandingkan dengan yang ada di Pantai Borgo. Hal ini di karenakan di Pantai Borgobanyak terjadi aktivitas manusia yang sangat mempegaruhi aktivitas ukuran morfometrik dan meristik yang akhirnya juga berpengaruh pada pertumbuhan lamun. Perbedaan ini diduga karena tingginyaaktifitas penduduk yang bermukim disekitar pantai Borgo berupa pembuangan limbah rumah tanggaserta aktivitas kegiatan perikanan yaitu intensitas lalu lalang perahu serta tempat tambatan perahu,sedangkan di Pantai pasir panjang Desa Basan I jauh dari pemukiman warga dan merupakan daerahwisata yang belum terlalu bayak diketahui oleh banyak orang sehingga masih memiliki kondisi yangbaik dan terjaga. Pengukuran parameter lingkungan perairan Pantai Desa Borgo dan Pantai DesaBasaan I masih dalam kondisi yang optimum bagi tumbuhan dan perkembangan lamun. Kata Kunci: Lamun, Morfometrik, Meristik, Desa Borgo, Desa Basaan I
KEANEKARAGAMAN JENIS, KEPADATAN, DOMINANSI, DAN POLA PENYEBARAN ALGA HIJAU DI PERAIRAN PANTAI KALASEY MINAHASA SULAWESI UTARA Fernando D. Umar; Deislie R.H. Kumampung; Chatrien A.L. Sinjal; Grevo S. Gerung; Erly Y. Kaligis; Sandra O. Tilaar
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.52736

Abstract

At the study site found sandy, muddy, sand mixed with dead coral, broken coral and rock substrates. Overall, the dominant substrate is sand mixed with silt. The surface temperature of the waters at the study site at the time of sampling based on environmental parameter measurements was 33°C, which means that the temperature at the research location is considered ideal. The salinity value at the time of sampling in Kalasey waters was 30‰. Based on the results of measuring the pH using a PH meter, the value obtained was 7. There were 4 species of green algae at the study site, almost all types of green algae had a dominant density such as Acetabularia acetabulum and some had relatively less density such as Halimeda opuntia. The diversity of Hʹ index values indicates Moderate diversity and moderate community conditions, there are several species that dominate these waters such as Acetabularia acetabulum whose number is more than the other species.Keywords: Diversity Of Green Algae, Kalasey Beach ABSTRAKDi lokasi penelitian ditemukan substrat berpasir, berlumpur, pasir bercampur dengan karang mati, patahan karang serta batuan. Secara keseluruhan substrat yang mendominasi yaitu pasir bercampur lumpur. Suhu permukaan perairan di lokasi penelitian pada saat pengambilan sampel berdasarkan pengukuran parameter lingkungan adalah 33°C yang berarti bahwa suhu di lokasi penelitian tersebut tergolong ideal. Nilai salinitas pada saat pengambilan sampel di perairan kalasey yaitu 30‰. Berdasarkan hasil pengukuran PH dengan menggunakan alat pengukur PH nilai yang diperoleh adalah 7. Terdapat 4 spesies alga hijau di lokasi penelitian tersebut, hampir semua jenis alga hijau memiliki jumlah kepadatan yang dominan seperti Acetabularia acetabulum dan ada juga memiliki jumlah kepadatan yang relatif kurang seperti Halimeda opuntia. Keanekaragaman nilai indeks Hʹ menunjukkan keanekaragaman Sedang dan keadaan komunitas yang sedang, ada beberapa spesies yang yang mendominasi perairan tersebut seperti Acetabularia acetabulum yang jumlahnya lebih banyak dibanding jenis yang lain.Kata Kunci: Keanekaragaman Jenis Alga Hijau, Pantai Kalasey
TRANSPLANTASI KARANG BATU BERCABANG DI PERAIRAN TANJUNG PAPUTUNGAN Carolus Paulus Paruntu; Febrianto Mudul; Kakaskasen A. Roeroe; Medy Ompi; Sandra O. Tilaar; Adnan S. Wantasen
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.52805

Abstract

The formation of coral reefs is a long and complex process. The process of forming coral reefs begins with the attachment of various lime-producing biota on a hard substrate. Coral reefs take quite a long time to recover and are highly dependent on water conditions. Until now, pressures caused by human activities such as pollution from land and destructive fisheries practices have been considered a major threat to coral reefs. Efforts to overcome damage to coral reef ecosystems can be done by developing coral transplantation techniques. In response to this, the research wiil apply the method of artificial reefs from concrete blocks as a container for the installation of colonies of Acropora formosa spesies and Porites cylindrica spesies. A total of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of 75 branched coral colonies were transplanted in the waters of the Paputungan cape 39 colonies of branched growth forms of Acropora form and 36 colonies of branched grotwth forms of Porites cylindrica spesies were transplanted in artificial reef units. Data collection in the field in the form colonies that were successfully transplanted into artificial reef units totaling 6 units will be documented using cameras from each block taken perpendicular pictures and photographing colonies from earch artificial reef unit. The results of the shoot were then analyzed using software of the Image-J application. At the end of the observation process, it was found that the highest resistence of transplane colonies was 97.2 % where there were 35 surviving colonies and 1 dead colony out of a total of 36 colonies transplanted by Porites cylindrica spesies. Meanwhile, observations found that the lowest resistnce of transplant colonies that survived and 13 colonies that died out of a total of 39 colonies transplanted by acropora formosa spesies. Acropora formosa has a relatively fast increase compared to Porites cylindrica spesies. The highest accretion was dominated by the 18.05 mm fragment-size Acropora formosa spesies at the end of the sixth lunar observation.Keywords: Restoration, transplantation, Branching Coral, Tanjung Paputungan, North Minahasa ABSTRAKTerbentuknya terumbu karang merupakan suatu proses yang lama dan kompleks. Proses terbentuknya terumbu karang dimulai dengan penempelan berbagai biota penghasil kapur pada substrat yang keras. Terumbu karang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali dan sangat tergantung dari kondisi perairan. Hingga kini, tekanan yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran dari daratan dan praktek perikanan yang merusak telah dianggap sebagai ancaman utama untuk terumbu karang. Upaya penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan menggembangkan teknik transplantasi karang (coral transplantation). Menanggapi hal tersebut, maka dalam penelitian kali akan menerapkan metode terumbu buatan dari blok beton sebagai wadah untuk pemasangan koloni spesies Acropora formosa dan spesies Porites cylindrica. Sebanyak 75 koloni karang bercabang yang di transplantasi di perairan tanjung Paputungan 39 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Acropora formosa dan 36 koloni bentuk pertumbuhan bercabang spesies Porites cylindrica ditransplantasikan pada unit terumbu buatan. Pengambilan data dilapangan berupa Koloni yang berhasil di transplantasi ke unit terumbu buatan berjumlah 6 unit akan didokumentasikan menggunakan kamera dari tiap-tiap blok di ambil gambar tegak lurus dan memotret koloni dari masing-masing unit terumbu buatan. Hasil pemotretan tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan sofware atau aplikasi Image-J. Akhir proses pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan tertinggi yaitu 97,2 % dimana terdapat 35 koloni yang bertahan hidup dan 1 koloni yang mati dari total 36 koloni yang di transplantasi spesies Porites cylindrica. Sedangkan pengamatan ditemukan bahwa ketahanan koloni transplan terendah yaitu 66,6 % dimana terdapat 26 koloni yang bertahan hidup dan 13 koloni yang mati dari total 39 koloni yang di transplantasi spesies Acropora formosa. Acropora formosa mempunyai pertambahan relatif cepat di bandingkan janis Porites cylindrica. Pertambahan paling tinggi didominasi oleh spesies Acropora formosa ukuran fragmen 18,05 mm di akhir pengamatan bulan keenam.Kata Kunci: Restorasi, Transplantasi, Karang bercabang, Tanjung Paputungan, Minahasa Utara
STUDI MORFOMETRIK Thalassia hemprichii DAN Enhalus acoroides PERAIRAN SEKITAR DI DESA WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Christofel B. S. Harum; Calvyn F.A. Sondak; Erly Y. Kaligis; Sandra O. Tilaar; Grevo S. Gerung; Unstain N.W.J. Rembet
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.53337

Abstract

Seagrass has roots, rhizomes, stems, and leaves like land plants (grasses) in general. Seagrass ecosystems are complex ecosystems and have important functions and benefits for coastal waters. Study aimed to describe the morphological characteristics of seagrass Thalassia hemprichiiand Enhalus acoroides and to compare the size of seagrass Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides that lived in muddy-sand and sand-rubble substrates. Sampling was carried out using the cruising survey method and morphometric measurements using a digital caliper. The average length of the leaves in the muddy sand substrate was 9.1 cm and 9.3 cm in the crushed coral sand substrate.Independent T-test for Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides showed no significant difference in their morphometrics, except for the length of the rhizome which showed a significant difference.Keywords: Seagrass, morphometric, Village WoriABSTRAKLamun memiliki akar, rhizoma, batang, dan daun seperti tumbuhan (rerumputan) darat pada umumnya. Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi serta manfaat penting untuk wilayah perairan pesisir. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan bagaimana membandingkan rata – rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik morfologi lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides dan mengetahui membandingkan rata -rata ukuran lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode survey jelajah dan pengukuran morfometrik menggunakan caliper. Hasil rata – rata ukuran panjang daun di substrat pasir berlumpur 9,1 cm dan di substrat pasir pecahan karang 9,3 cm. Uji T independen Thalassia hemprichii tidak menunjukkan ada perbedaan nyata dan Enhalus acoroides tidak menunjukkan ada perbedaan nyata, kecuali terhadap panjang rhizoma yang menunjukkan perbedaan nyata.Kata Kunci: Lamun, Morfometrik, Desa Wori
STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA BAJO KECAMATAN SANANA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA Andika Umawaitina; Billy Th. Wagey; Chatrien A.L. Sinjal; Inneke F.H. Rumengan; Sandra O. Tilaar; Deislie R.H. Kumampung
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 2 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.2.2023.53355

Abstract

The purpose of this study was to determine the types of seagrass found in the waters of BajoVillage.determine the value of diversity, uniformity, dominance and IVI of seagrass in the waters. Thisresearch was conducted in the watersBajo Village, North Sanana District, Sula Islands Regency, NorthMaluku in October 2022. The research method used in this research is the quadratic transect method.This method consists of 2 sampling stations which are about 400 meters apart. The transect line isdrawn perpendicular from the beach to the sea for 100 m and then placed on the right side of thetransect line. The distance between one square and another is 10 m so that the total squares on eachtransect are 11. Data collection was carried out 3 times with a distance of 50 m from the first transectline to another transect line which was carried out in 2 stations. From this method the types of seagrassfound in Bajo Village Waters areT. hemprichii, C. rotundata, E. acoroides, H. pinifolia, H. minor, H.uninervis, and C. serrulata. It is known that the highest seagrass Important Value Index at Station 1 isobtained from seagrass speciesC. rotundataand the lowest in seagrass speciesH. pinifolia, and atstation 2 the highest IVI was found in seagrass speciesE.acoroidsand the lowest on seagrass speciesH.uninervis. The results of measuring the diversity index at station 1 obtained a value of 1.60, and forstation 2 a value of 0.95 was obtained. 2 for 0.17 with, and the dominance value generated at station 1is 0.30 and for station 2 is 0.70 which characterizes the absence of a dominant species.Keywords: Seagrass Community Structure, Bajo Village Waters ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui jenis jenis lamun yang ditemukan di perairanDesa Bajo. mengetahui nilai keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan INP lamun di perairan.Penelitian ini dilakukan di perairan Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara Kabupaten Kepulauan SulaMaluku Utara pada bulan Oktober 2022. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode transek kuadrat, Dalam metode ini terdiri dari 2 stasiun pengambilan sampel yang memilikijarak sekitar 400 meter. Garis transek ditarik tegak lurus dari pantai menuju laut sepanjang 100 mkemudian diletakkan di sisi kanan garis transek. Jarak antar kuadrat satu dengan yang lainnya adalah10 m sehingga total kuadrat pada setiap transek adalah 11. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3kali pengulangan dengan jarak 50 m dari garis transek pertama menuju garis transek lainnya yangdilakukan dalam 2 stasiun. Dari metode tersebut jenis lamun yang ditemukan pada Perairan Desa Bajoyaitu T. hemprichii, C. rotundata, E. acoroides, H. pinifolia, H. minor, H. uninervis, dan C. serrulata.Diketahui bahwa Indeks Nilai Penting lamun tertinggi pada Stasiun 1 didapatkan pada jenis lamun C.rotundata dan terendah pada jenis lamun H. pinifolia, dan pada stasiun 2 INP tertinggi di temukapanpada jenis lamun E. acoroides dan terrendah pada jenis lamun H. uninervis. Hasil pengukuran indekskeanekaragaman pada stasiun 1 diperoleh nilai sebesar 1,60, dan untuk stasiun 2 di peroleh nilaisebesar 0,95 indeks keseragaman tergolong pada keseragaman yang stabil dengan di peroleh nilaiindeks keseragaman pada stasiun 1 menggambarkan hasil sebesar 0,14 dan pada sasiun 2 sebesar0.17 dengan, dan nilai dominansi yang dihasilkan pada stasiun 1 sebesar 0,30 dan untuk stasiun 2sebesar 0.70 yang mencirikan tidak adanya jenis yang dominan.Kata kunci : Struktur Komunitas Lamun, Perairan Desa Bajo
STUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI SEKITAR DESA TOSEHO KECAMATAN OBA KOTA TIDORE KEPULAUAN Anisa Irwan; Calvyn F. A. Sondak; Sandra O. Tilaar; Esther D. A. Angkouw; Agung B. Windarto; Billy Th. Wagey
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 3 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.3.2023.53666

Abstract

Seagrasses are flowering plants that are fully adapted to being immersed in seawater. Seagrass plants consist of rhizomes, leaves and roots. This study aims to identify the types of seagrasses and determine the structure of seagrass community. This research was conducted in July 2023 around Toseho Village, Oba Subdistrict, Tidore City Kepulaun with coordinate points on transect 1 which is 0°21'20.72 "U, 127°38'58.46 "T. on transect 2 0°21'21.78 "U, 127°38'57.32 "T and on transect 3 which is 0°21'22.86 "U, 127°38'56.14 "T. The method used in this research is quadrant line transect method. Based on the results of the study, it can be concluded that there are 6 types of seagras in Toseho Village, namely Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis and Sryngodium isoetifolium. From the results of data analysis, it was found that Thalassia hemprichii was the most dominating seagrass species in each of the 3 quadrant transects. Seagrass species diversity in Toseho Village has a medium level of species diversity (1 ≤H'≤3 Medium species diversity).Keywords: Seagrass, Community Structure, Toseho Village ABSTRAKLamun merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya menyesuaikan diri untuk terbenam dalam air laut. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizome, daun dan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasih jenis-jenis lamun dan mengetahui struktur komunitas padang lamun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023 di sekitar Desa Toseho Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulaun dengan titik kordinat pada transek 1 yaitu 0°21’20.72”U, 127°38’58.46”T. pada transek 2 0°21’21.78”U, 127°38’57.32”T dan pada transek 3 yaitu 0°21’22.86”U, 127°38’56.14”T. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode line transek kuadran. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ditemukannya 6 jenis lamun di Desa Toseho yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule univervis dan Sryngodium isoetifolium. Dari hasil analisi data didapatkan bahwa Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling mendominasi di setiap 3 transek kuadran. Kenekaraman jenis lamun di Desa Toseho memiliki tingkat keanekaragaman jenis sedang (1 ≤H′ ≤ 3 Keanekaragaman spesies sedang).Kata Kunci: Seagrass, Community Structure, Toseho Village
STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN BULUTUI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Rinaldy E. P. Pelafu; Billy Th. Wagey; Carolus P. Paruntu; Sandra O. Tilaar; Agung B. Windarto; Ferdinand F. Tilaar
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 2 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.2.2022.54974

Abstract

This research was conducted in the waters of Bulutui, West Likupang District, North Minahasa Regency using the quadrant transect method. The purpose of this study was to determine the structure of the seagrass community found in Bulutui waters which will be the initial data for the preparation of sustainable seagrass management strategies. The results of this study obtained 6 species of seagrass identified in Bulutui waters, namely: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophiila ovalis and Halophila minor, with an average species density value of 2.78 individuals/m2, species frequency 0, 17, species cover 0.17, important value index 300, moderate diversity index 1.55, large/high uniformity index 0.17, and low dominance index 0.27 and environmental factors physic chemical parameter values of Bulutui waters have average : temperature 28,7°C, brightness 3,41m, salinity 32o/oo and degree of acidity (pH) 7. Keywords: Seagrass Community Structure, Species Composition, Bulutui Waters ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di perairan Bulutui, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara dengan menggunakan metode transek kuadran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas lamun yang terdapat di perairan Bulutui yang akan menjadi data awal untuk penyusunan strategi pengelolaan padang lamun berkelanjutan. Hasil penelitian ini memperoleh 6 jenis lamun yang terindentifikasi di perairan Bulutui yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophiila ovalis dan Halophila minor, dengan nilai rata-rata kerapatan jenis 2,78 individu/m2, frekuensi jenis 0,17, penutupan jenis 0,17, indeks nilai penting 300, indeks keanekaragaman sedang 1,55, indeks keseragaman besar/tinggi 0,17, dan indeks dominansi rendah 0,27 dan faktor-faktor lingkungan nilai parameter fisika-kimia perairan Bulutui memiliki nilai rata-rata : suhu 28,7°C, kecerahan 3,41m, salinitas 32o/oo dan derajat keasaman (pH) 7. Kata kunci: Struktur Komunitas Lamun, Komposisi Jenis, Perairan Bulutui.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI SPONS ASAL PERAIRAN PULAU BANTONG, BOLAANG MONGONDOW TIMUR Gian Losung; Fitje Losung; Rosita A.J. Lintang; Sandra O. Tilaar; Stenly Wullur; Henky Manoppo
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 1 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.1.2022.55003

Abstract

Sponges are one of the marine biota that produce bioactive compounds with various structural variations and one of their biological activities is as an antibacterial. This study aimed to examine the antibacterial activity of the crude sponge extract and fractions of the sponge fractionated by the liquid-liquid partition method. This antibacterial test was carried out on Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria using the disc diffusion method (Kirby-Bauer method). The final result of this study showed that crude extracts from all types of sponge samples had antibacterial activity with the diameter of the inhibition zone on S. aureus bacteria media: Acanthostrongylophora ingens (14.3 mm), Liosina paradoxa (7.5 mm), Stylotella aurantium (14.1 mm); on media of E. coli bacteria: A. ingens (11.1 mm), L. paradoxa (7.3 mm), S. aurantium (12 mm). In the antibacterial test of the sponge fractions carried out on samples of S. aurantium sponges also showed that all fractions had antibacterial activity with the diameter of the inhibition zone on S. aureus bacterial media: N-hexane fraction (7.6 mm), ethyl acetate fraction (12 mm), methanol fraction (8 mm); on E. coli bacteria media: N-hexane fraction (9.3 mm), ethyl acetate fraction (15.5 mm), methanol fraction (8.5 mm). Keywords: Sponge, Antibacterial, A. ingens, L. paradoxa, S. aurantium ABSTRAK Spons merupakan salah satu biota laut penghasil senyawa bioaktif dengan berbagai variasi struktur dan salah satu aktivitas biologisnya adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar spons dan fraksi-fraksi spons yang difraksinasi dengan metode partisi cair-cair. Pengujian antibakteri ini dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan menggunakan metode difusi cakram (metode Kirby-Bauer). Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar dari semua jenis sampel spons memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat pada media bakteri S. aureus: Acanthostrongylophora ingens (14.3 mm), Liosina paradoxa (7.5 mm), Stylotella aurantium (14.1 mm); pada media bakteri E. coli: A. ingens (11.1 mm), L. paradoxa (7.3 mm), S. aurantium (12 mm). Pada pengujian antibakteri fraksi-fraksi spons yang dilakukan pada sampel spons S. aurantium juga menunjukkan bahwa semua fraksi memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat pada media bakteri S. aureus: fraksi N-heksan (7.6 mm), fraksi etil asetat (12 mm), fraksi metanol (8 mm); pada media bakteri E. coli: fraksi N-heksan (9.3 mm), fraksi etil asetat (15.5 mm), fraksi metanol (8.5 mm). Kata Kunci: Spons, Antibakteri, A. ingens, L. paradoxa, S. aurantium
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA PONTO KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Khusnul Hotimah; Calvyn F.A. Sondak; Sandra O. Tilaar; Billy T. Wagey; Antonius P. Rumengan; Desy M.H. Mantiri
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 2 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.12.2.2024.57803

Abstract

Hutan mangrove sangat penting untuk kehidupan biota dan lingkungan sekitarnya. Ekosistem mangrove terletak di seluruh kepulauan Indonesia. Desa Ponto merupakan daerah yang juga memiliki keanekaragaman mangrove yang cukup tinggi. Penelitian dilaksanakan di Desa Ponto Jaga Tiga Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dengan titik koordinat transek 1(1o39’45.54”U, 124o55’18.79”T), 2(1o39’26.96”U, 124o55’9.74”T),3(1o38’53.’93”U, 124o55’3.39”T), tujuan penelitian untuk mengetahui Struktur Komunitas Mangrove di Desa Ponto Jaga Tiga Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Setiap lokasi ditarik (line transect) sepanjang 100m dan diletakan 5 kuadran dari darat ke laut. Kuadran berukuran 10m x 10m, jarak antar kuadran 10m. Studi menemukan 6 spesies mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Brugueira gymnorrhiza, Xylocarpus granatum, Rhizophora mucronata, dan Avicennia alba. Nilai kerapatan tertinggi ditemukan jenis R.apiculata dan nilai kerapatan terendah yaitu X.granatum. Nilai frekuensi jenis tertinggi R.mucronata dan R.apiculata, frekuensi jenis terendah yaitu X.granatum. Nilai penutupan jenis tertinggi yaitu R.mucronata dan terendah jenis X.granatum. Indeks nilai penting tertinggi jenis R.mucronata. Indeks keanekaragaman rata-rata dengan nilai 1,02 termasuk kategori sedang. Nilai keseragaman sebesar 0,62 dengan indeks dominasi yaitu 0,81. Kata Kunci: Mangrove, Struktur Komunitas, Desa Ponto