This Author published in this journals
All Journal SPASIAL
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO Konofo, Ristanti; Kumurur, Veronika; Warouw, Fella
SPASIAL Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat  tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya  pertanian. Perkotaan Tobelo yang terletak di Kabupaten Halmahera Utara. Kondisi RTH di Perkotaan Tobelo tidak tersebar merata pada beberapa desa. Kota merupakan kecamatan yang memiliki banyak penduduk karena terletak di kawasan pusat kota, dengan fungsi perkantoran, jasa, dan perdagangan dan kawasan pemukiman yang padat penduduk. Proporsi ruang terbuka hijau di Perkotaan Tobelo saan ini masih belum memenuhi standar kebijakan tata ruang 30% dari total luas wilayah atau UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah bagi sebagian masyarakat yaitu sulit membedakan antara RTH privat dan publik yang ada di perkotaan Tobelo Dikarenakan perkotaan Tobelo Memiliki RTH yang memiliki lahan-lahan kebun dengan status kepemilikan lahan RTH yang sulit dibedakan mana RTH privat dengan publik. Tujuan Penelitian ini untuk menghitung luas RTH perkotaan Tobelo berdasarkan tipologi kepemilikan dan aktivitas apa saja yang ada pada masing-masing RTH Publik RTH Privat. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu peneliti melakukan observasi lapangan, mengambil dokumentasi dan mengamati aktivitas di taman kota untuk mendeskripsikan keadaan wilayah studi, berdasarkan perhitungan luas RTH luas  serta berdasarkan Tipologi Kepemilikan di perkotaan  Tobelo.   Kata  Kunci  : RTH, Tipologi, Kepemilikan, Perkotaan Tobelo.
EFEKTIVITAS JALUR HIJAU DALAM MENYERAP EMISI GAS RUMAH KACA DI KOTA MANADO Momongan, Jovino Fains; Gosal, Pierre H; Kumurur, Veronika
SPASIAL Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado saat ini banyak mengalami peningkatan dalam bidang pembangunan, hal ini berdampak pada meningkatnya kendaraan bermotor untuk menunjang aktivitas masyarakat perkotaan. Aktivitas transportasi merupakan salah satu kegiatan yang menghasilkan polusi udara karena mengeluarkan emisi Karbonmonoksida. Karbonmonoksida merupakan salah satu zat/gas yang berkontribusi dalam gas rumah kaca. Kota manado telah tersedia jalur hijau dengan berbagai jenis vegetasi pohon. Jalur hijau adalah salah satu upaya untuk menyerap emisi gas buang karbon dari kendaraan bermotor. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah jalur hijau mampu menyerap emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan yang melintas. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui besaran emisi Karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan oleh aktivitas transportasi perkotaan dan mengetahui daya serap eksisting jalur hijau dalam menyerap emisi Karbondioksida(CO2). Jalan dan jalur hijau dalam penelitian ini berada di 10 koridor jalan utama pada 10 kecamatan. Besaran emisi karbon bisa didapatkan dengan menghitung kendaraan yang melewati lokasi penelitian pada jam puncak dan  melakukan perhitungan emisi serta konversi CO ke CO2. Daya serap jalur hijau dapat diketahui dengan menghitung pohon berdasarkan jenisnya dan dihitung daya serapnya. Berdasarkan hasil penelitian,didapati emisi Karbonmonoksida sebesar 19.320.085ton/tahun dan daya serap eksisting jalur hijau terhadap Karbondioksida sebesar 29.794,25 ton/tahun.   Kata Kunci :Daya Serap Vegetasi, Emisi Karbon, Kendaraan Bermotor, dan Gas Rumah Kaca
IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN LAHAN KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SISTEM INFOMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KOTA BITUNG) Renyut, Lukas Rezky; Kumurur, Veronika; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bitung merupakan pusat kegiatan industri dan ekonomi yang memiliki topografi berupa daratan dan berbukit yamg relatif dekat yang berdampak pada penggunaan ruangnya menyebar ke daerah pebukitan. Hal ini akan menyebabkan perubahan fungsi lahan yang sangat berdampak terhadap munculnya lahan kritis. Dengan keadaan demikian mengakibatkan tingkat kekritisan lahan semakin tinggi dan dapat berdampak pada bencana erosi dan longsor. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi bencana yang muncul akibat lahan kritis tersebut maka perlu di identifikasi dan memetakan persebaran lahan kritis di Kota Bitung serta pemanfaatan ruang pada lahan kristis. Adapun metode yang digunakan  yaitu analisis spasial dengan menggunakan perangkat ArcGis. Prosesnya dengan cara overlay, metode ini sangat baik digunakan untuk kajian keruangan. Data spasial erosi, kelerengan, penutupan tajuk dan menajemen lahan dapat digunakan untuk mengetahui persebaran lahan kritis. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial lahan kritis terdiri dari 3 tahap yaitu Tumpangsusun data spasial, Editing data atribut, dan Analisis tabular. Hasil dari penelitian ini yaitu mengetahui persebaran lahan kritis dan pemanfaatan ruang pada lahan kristis. Persebaran lahan kritis kota Bitung terbagi atas 8 kecamatan yaitu Kecamatan Aertembaga ±4869,21 ha, Kecamatan Girian ±422,46 ha, Kecamatan Madidir ±1833,95 ha, Kecamatan Maesa ±94,58 ha, Kecamatan Matuari ±872,65 ha, Kecamatan Ranowulu ±11568,29 ha, Kecamatan Lembeh selatan 2977,52 ha, dan Kecamatan Lembeh Utara ±2279,14 ha. Pemanfaatan ruang pada lahan kritis di Kota Bitung didominasi oleh Ladang, Pasir bukit, Rawa, tanah kosong keselurahan lahannya masuk dalam kriteria lahan kritis. Untuk pemanfaatan ruang hutan rimba, perkebunan dll sebagian ruangnya masuk dalam kriteria lahan kritis dan tidak kritis. Khususnya untuk pemanfaatan ruang permukiman dan tempat kegiatan, seluruh ruangnya termasuk pada kriteria lahan kritis hal ini akan mengakibatkan ruang permukiman sangat rentan bencana banjir, erosi dan longsor. Kata kunci: Lahan Kritis, Pemanfaatan ruang, Pemetaaan, SIG
SEBARAN LAHAN KRITIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP PUSAT KEGIATAN PERKOTAAN KECAMATAN MODOINDING Zachawerus, Kezia Angelita; Kumurur, Veronika; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Kecamatan Modoinding memiliki Pusat Kegiatan Perkotaan di Desa Pinasungkulan, Peristiwa bencana banjir pernah terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotan pada awal tahun 2017. Kecamatan Modoinding sebagai Kawasan Strategis Agropolitan di Provinsi Sulawesi Utara, dengan komoditas unggulan Hortikultura. Kawasan ini berada di ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Dampak banjir yang terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotaan menjadi perhatian karena keberadaan lahan kritis sehingga produktivitas tanah menurun, tidak dapat menyerap air dengan baik bahkan menimbulkan bencana. Untuk mengantisipasi bencana akibat keberadaan lahan kritis maka perlu di analisis persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding. Adapun metode yang dipakai yaitu analisis keruangan dengan ARC GIS 10.3. Proses analisisnya dengan cara overlay (penampalan peta). Metode ini sangat baik dipergunakan untuk mengadakan kajian keruangan. Data Penutupan Tajuk, Kemiringan Lereng, Erosi, Manajemen Lahan digunakan untuk menganalisis sehingga dapat diketahui lokasi-lokasi yang memiliki kekritisan lahan. Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan jumlah skor parameter kekritisan lahan. Hasil akhir dari penelitian ini mengetahui persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding yang tersebar di 10 Desa. Luas Kecamatan Modoinding yaitu ±4791,03 Ha dengan sebaran lahan kritis di 10 Desa dengan total luasan ±4789,83 Ha. Desa Mokobang ±931,95 Ha, Desa Wulurmaatus ±324,78 Ha, Desa Palelon ±406,12 Ha, Desa Makaaroyen ±536,49 Ha, Desa Pinasungkulan Utara ±168,87 Ha, Desa Pinasungkulan ±56,57 Ha, Desa Linelean ±603,02 Ha, Desa Kakenturan Barat ±369,44 Ha, Desa Kakenturan ±521,73 Ha, Desa Sinisir ±871,16 Ha. Penggunaan Lahan tertinggi pada Tegalan/Ladang  ±3117,05 Ha. Dampak yang terjadi pada Pusat Kegiatan perkotaan yaitu bencana banjir dengan luasan genangan air ±35,99 m2 atau ±3,56 Ha. Kata Kunci : Lahan Kritis, Kecamatan Modoinding, Dampak di Pusat Kegiatan Perkotaan.