p-Index From 2019 - 2024
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal SPASIAL
Pierre H Gosal, Pierre H
Unknown Affiliation

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

STRATEGI KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE DESA MANGEGA DAN DESA BAJO SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA Lumbessy, Henriyani; Rengkung, Joseph; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadan hutan mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat pantai. Penyebab utama terjadinya kerusakan hutan mangrove adalah perkembangan kota Sanana yang lebih condong kearah utara, yang merupakan pusat perkantoran di Kabupaten Kepulauan Sula. Perkembangan kota inilah  yang membuat hutan mangrove mendapat tekanan yang tinggi akibat dari perkembangan infrastruktur, permukiman, pertanian, perikanan dan industry. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis kerusakan ekosistem hutan mangrove dan penyebabnya di Desa Mangega dan Desa Bajo, dan untuk mengetahui strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk dijadikan sebagai destinasi ekowisata. Pengumpuan data dapat di peroleh dari survey dan wawancara diperoleh dari data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan. Lokasi penelitian berada pada 2 desa yaitu Desa Mangega dan Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara dengan jumlah sampel 100 orang dimana untuk Desa Mangega dengan jumlah sampel 35 orang dan Desa Bajo 65 orang. Hasil penelitian Strategi pengelolaan wisata mangrove untuk Desa Mangega dan Desa Bajo  dapat di lakukan melalui Langkah-langkah perioritas utama yaitu, pertama menetapkan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan hutan konservasi seluas 50 Ha di mana status kawasan hutan  mangrove dapat diperjelas sehingga memperbaiki sumberdaya alam  dan menunjang pariwisata secara berkelanjutan. Kedua  untuk Desa Bajo yaitu: meningkatkan upaya rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang telah rusak seluas 15 Ha dimana dapat dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat guna memperhatikan daya dukung kawasan.   Kata Kunci: Konservasi mangrove, ekowisata dan strategi pengelolaan wisata mangrove
IDENTIFIKASI ASET PUSAKA BUDAYA DI TONDANO KABUPATEN MINAHASA SEBAGAI UPAYA MENUJU KOTA PUSAKA Maahury, Mario D. M.; Rogi, Octavianus O; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Tondano merupakan Ibukota Kabupaten Minahasa memiliki nilai sejarah yang didukung dengan peninggalan berbagai aset pusaka budaya yang ada, namun sebagai bentuk upaya melindungi aset pusaka budaya dirumuskan P3KP yang merupakan program Ditjen Kementrian PU, melalui program ini bahwa Tondano Kabupaten Minahasa belum terseleksi menjadi kota pusaka sehingga sulit untuk menemukenali keberadaan aset pusaka budaya yang di Tondano Kabupaten Minahasa. Sehingga pada penelitian ini bermaksud mengidentifikasi aset pusaka budaya di Tondano Kabupaten Minahasa sebagai kontribusi untuk dijadikan sebagai cagar budaya yang dilindungi serta sebagai dasar upaya untuk meningkatkan eksistensi keberadaan aset pusaka budaya untuk upaya mewujudkan Tondano Kabupaten Minahasa menuju Kota Pusaka. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi Aset Pusaka Budaya yang dapat terkategori sebagai cagar budaya dan mengklasifikasi jenis aset pusaka budaya yang telah terkategori sebagai cagar budaya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dilakukan identifikasi dengan mengkategori aset pusaka budaya yang telah terinventaris berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya dan aset pusaka yang telah terkategori sebagai cagar budaya diklasifikasikan sesuai konsep pusaka budaya yaitu termasuk dalam monument, bangunan dan situs yang merupakan bagian dalam upaya mendukung Kota Tondano sebagai Kota Pusaka. Kesimpulan dari penelitian ini diketahui 9 aset yang terkategori sebagai cagar budaya dalam UU no 10 tahun 2011 kemudian diklasifikasi berdasar konsep pusaka budaya diketahui jenis aset yaitu monumen, bangunan dan situs waruga. Sehingga dari hasil identifikasi ke 9 aset pusaka budaya telah membuktikan kondisi dan bukti-bukti sejarah di kota tondano sebagai bagian dari upaya untuk menjadikan Kota Tondano Kabupaten Minahasa sebagai kota pusaka Kata Kunci: Aset pusaka budaya, Cagar budaya, Kota Pusaka
TINGKAT KERENTANAN TERHADAP BAHAYA BANJIR DI KELURAHAN RANOTANA Abast, Dwiardy Evander Huren Untulangi; Moniaga, Ingerid L; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado merupakan salah satu kota di Indonesia yang sering mengalami bencana banjir, seperti banjir bandang yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2014. Banjir bandang yang terjadi di Sembilan kecamatan dari 11 kecamatan Kota Manado pada tahun 2014, telah menyebabkan  kerusakan baik fisik bangunan maupun lingkungan alam. Banjir setinggi 4 sampai 5 meter telah menyebabkan berbagai kerusakan aset publik, swasta, dan masyarakat terendam air sehingga tidak bisa berfungsi bahkan sebagian hilang dibawa hanyut banjir. Wilayah kelurahan Ranotana yang mengalami bencana banjir sebagian besar yaitu kawasan pemukiman yang bermuara kearah sungai Sario. Hal ini terjadi karena area sempadan sungai berupa ruang terbuka kurang terencana dan tertata dengan baik. Penelitian ini dilakukan  di lokasi kelurahan Ranotana dengan judul Tingkat Kerentanan Banjir di Kelurahan Ranotana. Kelurahan Ranotana dipilih sebagai studi kasus  untuk kajian ini dengan pertimbangan permasalahan banjir yang terjadi pada tahun 2014 telah mengakibatkan kerugiaan material dan fisik yang cukup tinggi di lokasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem informasi geografis (SIG) dengan metode tumpang susun (overlay) terhadap parameter-parameter banjir diantaranya, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan kontur. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan yakni pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari  2016. Jenis data dan sumber yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa foto kondisi eksisting pada lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, jurnal, peta yang meliputi peta adminisrasi, kelerengan, topografi, dan penggunaan lahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah perangkat keras (hardware) terdiri dari PC Komputer dan Printer. Perangkat lunak (software) terdiri dari ArcGIS 10, Microsoft Word, dan Kamera Digital.   Kata kunci : kerentanan banjir,  sistem informasi geografis.
DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO Sakti, Bimo; Gosal, Pierre H; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

. Kejadian berupa banjir dan genangan merupakan suatu hal yang terjadi setiap musim hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah perkotaan. Hal tersebut terjadi juga di Kota Manado Kecamatan Paal Dua, di daerah ini selalu mengalami genangan air pada saat musim hujan. Perkembangan pembangunan kota pada kawasan ini mengakibatkan berkurangnya lahan tak terbangun, hal inilah yang merupakan pemicu terjadinya peningkatan volume air pada permukaan tanah. Dimana air pada permukaan yang mengalir tidak sesuai lagi dengan perhitungan awal perencanaan drainase kawasan secara eksisting. Dampak dari peningkatan jumlah aliran air permukaan atau run off ketika hujan pada lokasi penelitian ini mengakibatkan masalah pada sistem drainase kawasan. Dengan mengidentifikasi perkembangan penggunaan lahan dan mengkaji dampak dari perkembangan penggunaan lahan terhadap sistem drainase di Kecamatan Paal Dua Kota Manado diharapkan akan didapati sebuah solusi yang sesuai untuk mengantisipasi terjadinya perencanaan yang tidak tepat pada kawasan / lokasi Penelitian. Untuk itu dalam rangka mengkaji dampak dari perkembangan pembangunan terhadap perencanaan sistem drainase kawasan digunakanlah metode analisis spasial untuk membantu dalam penggambaran perkembangan penggunaan lahan yang terjadi pada 15 tahun terakhir. Sedangkan metode statistik deskriptif  digunakan untuk mengumpulkan sekaligus menyajikan data yang telah terkumpul dan mendeskripsikannya sesuai dengan kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam perkembangan penggunaan lahan terbangun dari tahun 2003 sampai 2015 sebesar 12,23% dari luas  wilayah kecamatan  sebesar 925,06 Ha  yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air di wilayah kecamatan ini. Hal itulah yang memberikan dampak pada sistem drainase yang ada. Kata kunci : Dampak, Perkembangan Penggunaan Lahan, Sistem Drainase
EFEKTIVITAS JALUR HIJAU DALAM MENYERAP EMISI GAS RUMAH KACA DI KOTA MANADO Momongan, Jovino Fains; Gosal, Pierre H; Kumurur, Veronika
SPASIAL Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado saat ini banyak mengalami peningkatan dalam bidang pembangunan, hal ini berdampak pada meningkatnya kendaraan bermotor untuk menunjang aktivitas masyarakat perkotaan. Aktivitas transportasi merupakan salah satu kegiatan yang menghasilkan polusi udara karena mengeluarkan emisi Karbonmonoksida. Karbonmonoksida merupakan salah satu zat/gas yang berkontribusi dalam gas rumah kaca. Kota manado telah tersedia jalur hijau dengan berbagai jenis vegetasi pohon. Jalur hijau adalah salah satu upaya untuk menyerap emisi gas buang karbon dari kendaraan bermotor. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah jalur hijau mampu menyerap emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan yang melintas. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui besaran emisi Karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan oleh aktivitas transportasi perkotaan dan mengetahui daya serap eksisting jalur hijau dalam menyerap emisi Karbondioksida(CO2). Jalan dan jalur hijau dalam penelitian ini berada di 10 koridor jalan utama pada 10 kecamatan. Besaran emisi karbon bisa didapatkan dengan menghitung kendaraan yang melewati lokasi penelitian pada jam puncak dan  melakukan perhitungan emisi serta konversi CO ke CO2. Daya serap jalur hijau dapat diketahui dengan menghitung pohon berdasarkan jenisnya dan dihitung daya serapnya. Berdasarkan hasil penelitian,didapati emisi Karbonmonoksida sebesar 19.320.085ton/tahun dan daya serap eksisting jalur hijau terhadap Karbondioksida sebesar 29.794,25 ton/tahun.   Kata Kunci :Daya Serap Vegetasi, Emisi Karbon, Kendaraan Bermotor, dan Gas Rumah Kaca
TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG Bosawer, Jeklin; Gosal, Pierre H; Takumansang, Esli D
SPASIAL Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota sorong merupakan kota terbesar dipropinsi papua barat dan terletak dipaling barat pulau papua. Dalam penelitian ini terdapat dua pasar yang akan diteliti yaitu pasar remu dan pasar boswesen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan dari pasar remu dan pasar boswesen serta kondisi sarana dan prasarana dipasar remu dan pasar boswesen. Adapun  metode penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih kurangnya pengelolaan dalam pengembangan pasar, ini disebabkan oleh karena masih kurangnya Sumber daya manusia. Sarana, prasarana dan utilitas penujang di pasar remu dan pasar boswesen masih sangat kurang. Hal ini sangat mempengaruhi dalam  pengembangan pasar kedua pasar tersebut. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara Pemerintah kota dan pihak  pengelola pasar dalam  menata atau  membangun kembali sarana,prasarana dan utilitas belum  tersedia, sehingga dapat menunjang pelayanan dipasar remu dan pasar boswesen lebih baik. Selain itu juga perlu adanya strategi dan konsep dalam pengembangan pasar-pasar di Kota Sorong, agar dapat memenuhi kriteria dari pasar tradisional yang berada dalam standar nasional indonesia. Kata Kunci : Tingkat Pelayanan, Fasilitas Penunjang, Pasar Remu dan Pasar Boswesen
PENGARUH LAYANAN TERMINAL BOLU DI KECAMATAN TALLUNGLIPU TERHADAP PERTUMBUHANWILAYAH KABUPATEN TORAJA UTARA Konda, Vemelia; -, Suryono -; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Toraja Utara merupakan kabupaten pemekaran yang sedang berkembang baik dari tingkat perekonomian maupun jumlah penduduk. Kabupaten Toraja Utara memiliki potensi daerah di beberapa sektor antara lain, sektor pertanian, dan sektor pariwisata. Dalam pengelolaan sektor tersebut khususnya produksi dari setiap sektor, mobilitas (perpindahan) faktor produksi sangatlah penting. Pengangkutan hasil produksi ke daerah konsumsi (pasar) dan untuk mengekspor dari suatu wilayah ke wilayah lain diperlukan tersedianya fasilitas dan pelayanan transportasi didukung oleh prasarana transportasi yang memadai , diantaranya adalah angkutan umum dan terminal. Kabupaten Toraja Utara hanya terdapat satu terminal sebagai prasarana dalam mendukung sistem transportasinya.  Terminal di Kabupaten Toraja Utara terdiri atas terminal tipe C yaitu Terminal Bolu yang berada di Kecamatan Tallunglipu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kinerja pelayanan Terminal Bolu di Kecamatan Tallunglipu dan mengetahui pengaruh layanan Terminal Bolu terhadap Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Toraja Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gabungan antara kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Importance-Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Indeks (CSI) dan analisis spasial. Berdasarkan hasil penelitian ini, 1menurut responden kinerja layanan Terminal Bolu cukup puas dan ketersediaan standar pelayanan terminal tipe C (Permenhub RI No. 40 Tahun 2015) di Terminal Bolu belum terpenuhi, 2 layanan Terminal Bolu berpengaruh terhadap Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Toraja Utara, yaitu penggunaan lahan, biaya perjalanan, nilai lahan dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Toraja Utara.   Kata Kunci          : Layanan, Terminal, Pertumbuhan Wilayah
KEBUTUHAN PRASARANA DAN SARANA DI PULAU MANTEHAGE Serin, Wilem; Tondobala, Linda; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Mantehage merupakan salah satau pulau yang berada di Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Secara geografis Pulau Mantehage terletak disebelah utara dari ujung Pulau Sulawesi pada posisi 124 0 45’ 20’’ BT 1˚ 42’ 56’’ LU, dengan luas Pulau Mantehage 18,56 km2 dan dikelilingi hutan mangrove. Kondisi infrastruktur di Pulau Mantehage perlu untuk mendukung ketersediaan prasarana dan sarana serta pelayanannya terhadap masyarakat di Pulau Mantehage. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi persebaran dan kondisi eksisting prasarana dan sarana di Pulau Mantehage dan menganalisis kebutuhan prasarana dan sarana serta pelayanannya di Pulau Mantehage berdasarkan proyeksi 5 tahun yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dan analisa menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam  pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur di Pulau Mantehage belum memadai dan ada juga yang memadai. Infrastruktur yang memadai yaitu infrastruktur hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial dan infrastruktur transportasi dan mobilisasi, sedangkan infrastruktur yang belum memadai yaitu infrastruktur jalan karena perlu adanya peningkatan kualitas jalan di beberapa titik ruas jalan akibat kerusakan material perkerasan, infrastruktur drainase belum memadai karena ada beberapa titik ruas jalan yang tidak terdapat drainase sehingga perlu adanya pembuatan drainase baru agar dapat menampung debit air hujan. Infrastruktur air bersih belum memadai karena beberapa titik lokasi sumber mata air mengandung air payau, masyarakat Pulau Mantehage menggunakan air bersih bersumber dari air hujan sehingga perlu dilakukan prediksi berupa proyeksi 5 tahun kedepan (tahun 2020) namun untuk 5 tahun kedepan mungkin bisa telayani namun ketersediaan debit sumber mata air belum perlu dapat melayani masyarakat di tahun 2020. Infrstruktur persampahan di Pulau Mantehage secara umum masih di bakar tapi untuk kedepannya perlu disediakan mesin pembakar sampah. Infrsatruktur telekomunikasi perlu penyediaan tower BTS menara telekomunikasi sebagai solusi layanan komunikasi dan informasi di daerah terpencil seperti pedesaan dan pulau-pulau. Infrastruktur listrik di Pulau Matehage bersumber dari PLN sehingga perlu adanya penambahan pasokan listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Solar Cell) di Pulau Mantehage. Kata Kunci : Infrastruktur, Pulau Mantehage
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR PARIWISATA PADA LOKASI WISATA KOTA TIDORE KEPULAUAN Abdurradjak, A Aziz Muslim; -, Suryono; Gosal, Pierre H
SPASIAL Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam Peraturan Daerah Kota Tidore Kepulauan Nomor  9 Tahun  2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015-2030 khususnya Pasal 24 Tentang Pembangunan prasarana dan sarana pariwisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf c, meliputi Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata. Pasal 24 Menjelaskan tentang jenis-jenis prasanana umum. Prasarana umum dimaksud meliputi jaringan listrik, lampu penerangan, jaringan air bersih Jaringan telekomunikasi Sistem pengelolaan limbah. Yang dimaksud dengan fasilitas umum meliputi Fasilitas keamanan, Pemadam Kebakaran, Fasilitas tanggap bencana (Early warning system) di destinasi yang rawan bencana, Fasilitas pariwisata dimaksud meliputi, fasilitas akomodasi, fasilitas rumah makan, fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan keimigrasian, pusat informasi pariwisata (tourism information center), dan e-tourism kios, Polisi Pariwisata dan Satgas Wisata, souvenir shop, tourism sign & posting (gate, interpretation board, rambu lalu-lintas wisata); dan Landscaping. Pembangunan infrastruktur pariwisata untuk mendukung sektor pariwisata. Pembangunan infrastruktur pariwisata sangat dibutuhkan, untuk itu presepsi dari masyarakat dan pengunjung sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan analisis deskriptif, serta tujuan penelitian yaitu Mengidentifikasi karakteristik infrastruktur pariwisata di Kota Tidore Kepulauan dan menganalisis kebutuhan infrastruktur pariwisata di Kota Tidore Kepulauan. Berdasarkan hasil kuesioner diolah menggunakan skala likert, Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, melakukan wawancara, kuesioner dan telaah pustaka. Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah agar bisa lebih baik lagi memperhatikan infrastruktur pariwisata yang sudah tersedia maupun yang belum tersedia.Kata Kunci : Infrastruktur Pariwisata, Kota Tidore Kepulauan
ANALISIS TINGKAT KERENTANAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH PERKOTAAN TAHUNA DENGAN MENGGUNAKAN GIS Tuwonaung, Janet Blandina; Gosal, Pierre H; Warouw, Fela
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Perkotaan Tahuna merupakan daerah yang cukup rawan terhadap tanah longsor. Adapun faktor penyebab antara lain : Intensitas curah hujan yang tinggi, kemiringan lereng yang terjal, penggunaan lahan bervariasi yang terjadi akibat aktivitas manusia yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kerentanan tanah longsor di Wilayah Perkotaan Tahuna dengan menggunakan gis. Penelitian ini menggunakan teknik metode deskriptif kuantitatif dan analisis spasial dengan bantuan alat analis GIS ( Geografis Informasi Sistem) dan analisis analisis skoring dengan teknik pengumpulan data primer (observasi lapangan dan wawancara langsung) data pengumpulan data sekunder (studi literatur, mengunjungi instansi pemerintah/organsisasi terkait dan searching data/ informasi di media internet). Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dengan memperhitungkan parameter kerentanan demografi, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan di dapat 5 klasifikasi tingkat kerentanan : tidak rentan, sedikit rentan, agak rentan dan sangat rentan. Untuk kategori tingkat kerentanan sangat rentan di Kecamatan Tahuna memiliki luasan 269.712ha (1,45%) meliputi 4 Kelurahan : Bungalawang, Manente, Sawang Bendar, Soataloara Dua dan Kecamatan Tahuna Timur kategori tingkat kerentanan sangat rentan memiliki lusasan 112.472ha (0.82%) meliputi 3 Kelurahan : Lesa, Tapuang, Tona Dua. Kata Kunci: Wilayah Perkotaan Tahuna, Kerentanan, Longsor, Geografi Informasi Sistem