Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERSUSUAN (AR-RADHAA’) MENJADIKAN KEMAHRAMAN DALAM PERKAWINAN (KAJIAN TAFSIR MAUDU’I ALQURAN SURAT AN-NISA AYAT 23) Setiawan, Thoat
JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Shariah of State Institute for Islamic Studies Batusangkar, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.446 KB) | DOI: 10.1234/juris.v16i1.957

Abstract

The implementation of marriage in Indonesia has been equipped with regulations regarding the legal requirements of marriage. One of them is the regulation concerening with whether marriage is permitted by a couple of sepersusuan (a couple who belongs to the same breast feeder) since thetre still marriages that are performed by such couples. This study therefore aimed to figure out the status and posistion of marriage a couple of sepersusuan. The problem of the research in this study was formulated in the following question: what is the status and position regarding with the legal consequences of marriage by sepersusuan couples in the framework of Islamic law.The research method used was Tafsir Maudhu’i  Discussion by collecting and systematically compiling the verses and trying to summarize the interpretations of the commentators (interpreters) on the verses of the Qur'an associated with the theme of sepersusuan (ar-Radhaa ') Making it Permitted In Marriage. After that it was described by observing the Munasabah and Asbabun Nuzul of the verses by referring to some of Tafsir al-Munir's primary sources, Tafsir al-Misbah, Tafsir Ibn Katsir.
Ta’aruf dan Khitbah Sebelum Perkawinan Thoat Stiawan
MAQASID Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.477 KB) | DOI: 10.30651/mqsd.v10i1.12991

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya  calon pasangan suami isteri yang tidak melakukan proses Ta’aruf sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu masih adanya orang tua yang cenderung menjadikan faktor ekonomi dan adat ketimbang faktor agama. Dalam praktek khitbah, masih terdapat aturan-aturan adat yang mempersulit sehingga berakibat tercegahnya perkawinan.Tujuan penelitan ini adalah untuk menggali informasi dari Al-Qur’an bagaimana konsep Ta’aruf dan Khitbah yang sesuai dengan ajaran Islam. Adapun metode dalam penelitian ini adalah bercorak penelitian kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan, membaca, dan menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan pembahasan ini. Sumber primer berupa Al-Qur’an dan Tafsir yang berkaitan dengan konsep Ta’aruf dan Khitbah..Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan bahwasanya konsep Ta’aruf dalam Al-Qur’an  maksudnya adalah saling mengenal kepribadian, latarbelakang sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun agama.  Adapun khitbah dalam Al-Qur’an, itu dilakukan setelah calon suami isteri sudah merasakan adanya kecocokan melalui proses ta’aruf. Khitbah (peminangan) bisa disampaikan dengan sindiran atau dengan ungkapan yang jelas. Pinangan secara sindiran disampaikan kepada janda yang masih dalam masa iddah. Sedangkan pinangan dengan ungkapan terang-terangan disampaikan kepada janda yang habis masa iddah dan kepada perawan. Ta’aruf   dan  khitbah dalam Al-Qur’an menganjurkan untuk mendahulukan aspek agama dibandingkan faktor yang lainnya. Karena hanya agama lah yang akan mampu melanggengkan perkawinan. Sementara kekayaan, keturunan, kedudukan, kecantikan, ketampanan akan pudar dan suatu saat akan hilang. Aturan Al-Qur’an mengenai Ta’aruf dan Khitbah tidak memperbolehkan khalwat (menyendiri).Kata kunci : Ta’aruf, Khitbah dan Perkawinan
PERSUSUAN (AR-RADHAA’) MENJADIKAN KEMAHRAMAN DALAM PERKAWINAN (KAJIAN TAFSIR MAUDU’I ALQURAN SURAT AN-NISA AYAT 23) Thoat Setiawan
JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.446 KB) | DOI: 10.31958/juris.v16i1.957

Abstract

The implementation of marriage in Indonesia has been equipped with regulations regarding the legal requirements of marriage. One of them is the regulation concerening with whether marriage is permitted by a couple of sepersusuan (a couple who belongs to the same breast feeder) since thetre still marriages that are performed by such couples. This study therefore aimed to figure out the status and posistion of marriage a couple of sepersusuan. The problem of the research in this study was formulated in the following question: what is the status and position regarding with the legal consequences of marriage by sepersusuan couples in the framework of Islamic law.The research method used was Tafsir Maudhu’i  Discussion by collecting and systematically compiling the verses and trying to summarize the interpretations of the commentators (interpreters) on the verses of the Qur'an associated with the theme of sepersusuan (ar-Radhaa ') Making it Permitted In Marriage. After that it was described by observing the Munasabah and Asbabun Nuzul of the verses by referring to some of Tafsir al-Munir's primary sources, Tafsir al-Misbah, Tafsir Ibn Katsir.
PERCEPTIONS OF MUHAMMADIYAH AND NAHDLATUL ULAMA FIGURES ON CHILDFREE DECISIONS FOR YOUNG COUPLES IN WATES DISTRICT, KEDIRI REGENCY Irma Nur Afifah; Thoat Stiawan; Salman Al Farisi
istinbath Vol. 22 No. 1 (2023): June 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/ijhi.v22i1.596

Abstract

Childfree is a decision taken by married couples not to have children. The decision was taken consciously by mutual consent. It is also related to the current trend among young couples not to have children because they feel reluctant to be responsible for their children’s lives and focus on household life as a childless married couple. Apparently, this has also been accepted and validated by several young couples in Wates District, Kediri Regency. Of course, regarding Childfree itself, there is no Islamic law that regulates it, so, in this case, the author uses the perceptions of Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama figures to give their views on the Childfree phenomenon among young couples in Wates District, Kediri Regency. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. Data collection by interviews and observations of Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah figures in Wates District, Kediri Regency. The results of this study indicate that there are various viewpoints regarding childfree, but what has become the agreement of NU and Muhammadiyah figures in Wates District, Kediri Regency, regarding Childfree is that they tend to disagree and encourage young couples to return to their religious knowledge, and to take a holistic approach regarding making that decision. Childfree actions should not be used as a benchmark or a guide in building a household that is sakinah, mawaddah, and rahmah because these actions injure the nature of marriage.
dakwah.pwpmjatim.id: Webtool untuk Gen Z tentang Sebaran Fasilitas Layanan Ibadah dan Kanal Media Sosial Masjid Binaan Muhammadiyah Jawa Timur Luqman Hakim; Ilyas Nuryasin; M Artabah Muchlisin; Hidayaturrahman Hidayaturrahman; Izuddin Karim; Burhanuddin Burhanuddin; Thoat Stiawan; Fakhruddin Alamsyah; Dikky Syadqamullah; Ahmad Shobrun Jamil
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 2 (2023): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i2.15442

Abstract

Muhammadiyah memang sudah banyak menggunakan teknologi modern, termasuk media sosial, untuk melakukan komunikasi dan menyampaikan informasi dakwah, namun intensitas dan kapasitasnya masih terbilang rendah dibandingkan dengan komunitas yang harus dijangkau. Pemuda Muhammadiyah sebagai penerus gerakan Muhammadiyah tentu harus merumuskan dan segera mengeksekusi langkah-langkah konkrit dalam mendigitalisasi program dakwahnya. Platform digital http://dakwah.pwpmjatim.id adalah salah satu upaya Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur bersama dengan Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Malang dalam membangun ekosistem digital dakwah yang simpel dan mudah.  Fitur web disusun sebaran fasilitas layanan ibadah dan kanal media sosial masjid binaan Muhammadiyah Jawa Timur. Pin titik lokasi tunggal (berwarna biru putih merah), akan menunjukkan menu tautan media sosial instagram, facebook dan youtube sehingga dapat dimanfaatkan pengguna untuk lebih jauh menikmati layanan online masjid. Namun fitur ini masih terus dikembangkan karena mayoritas masjid belum memiliki kanal media sosial. Platform ini dibangun untuk membantu Muhammadiyah di Jawa Timur menampilkan peta lokasi, fasilitas, layanan dan kanal-kanal media sosial masjid dalam binaannya. Kedepan, platform ini dapat diintegrasikan dengan berbagai platform digital dalam binaan Muhammadiyah sehingga manfaatnya dapat lebih luas meliputi bidang pendidikan, sosial, budaya dan tentunya bidang dakwah Muhammadiyah. Platform ini juga direncanakan akan diperluas hingga dapat memetakan masjid binaan Muhammadiyah dalam skala nasional bahkan internasional.