Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Iman dan Spiritualitas

Konsep Samsara dalam Agama Buddha dan Hindu Wahid, Annisa; Syah, Yoshy Hendra Hardiyan
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 3 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i3.25345

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengenal konsepsi samsara pada perspektif agama Buddha dan Hindu yang berfokus pada tiga hal, yaitu: pertama, eksistensi samsara dalam agama Buddha dan Hindu. Kedua, pengaruh samsara bagi agama Buddha dan Hindu. Ketiga, perbandingan samsara dalam agama Buddha dan Hindu. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan yang dibantu dengan teknis analisis deskriptif berupa kualitatif dan menggunakan teori perbandingan Leon Festinger. Hasil riset dalam penelitian ini menunjukkan bahwa samsara dalam agama Hindu dan Buddha memiliki persamaan, tapi di akhir kejadian samsara itu mempunyai versi perbedaan pada perspektif Hindu dan Buddha. Konsepsi persamaan samsara pada perspektif Buddha dan Hindu adalah terletak pada samsara yang diibaratkan sebagai suatu ganjaran dari proses hidup yang dialamai seseorang pada masa lalu yang diproses dan diciptakan lagi ke dunia secara berkelanjutan hingga kesalahan seseorang bisa dihapuskan. Dalam perspektif Buddha samsara kembali dipahami bagaikan suatu ganjaran, akan tetapi ganjaran yang diartikan dalam masalah ini diibaratkan tidak seperti ganjaran yang dimaksud dalam perspektif Hindu, kondisi ini dianggap menjadi suatu keadaan kesengsaraan atau yang biasa disebut dengan Dukha serta suatu kemalangan yang dialami selama hidup dalam dunia. Adapun yang membedakan samsara dalam agama Buddha dan Hindu adalah samsara dalam perspektif Hindu diyakini sebagai bagian dari Pancha Srada yang biasa diistilahkan dengan kepercayaan yang lima dan juga biasa disebut dengan istilah Punarbhawa. Pada perspektif Buddha samsara digolongkan dalam enam alam keberadaan dan kemunculan seseorang yang berbeda-beda karakter dan rupanya. Enam alam ini dibagi lagi menjadi tiga alam jahat (neraka, hantu, hewan) dan tiga alam lebih tinggi (beruntung dan baik) dan samsara dikategorikan dalam tiga alam jahat.
Islam's Integration with Local Culture through the Custom of Reciting the Qur'an at Death Wahid, Annisa; Rahim, Rahimin Affandi Abdul
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v4i1.32456

Abstract

Lasi, which is in Agam Regency, West Sumatra Province, is an area rich in Islamic culture and traditions. One of the Islamic traditions there is the recitation of death. The tradition of reciting the Qur’an for death is a practice that combines elements of the Islamic religion with local cultural values. This research aims to determine the integration of Islam and local culture manifested in the practice of reciting the Qur’an for death in the Lasi community. The research method used in this research is a field research method that uses a qualitative approach by conducting in-depth interviews with members of the Lasi community who are involved in the tradition of reciting the Qur’an for death. Direct observations were also carried out to understand the implementation of this practice. Qualitative data was carefully analyzed to identify patterns of integration between Islamic religion and local culture in the context of the Qur’an for death. The results of this research reveal that the tradition of reciting the Qur’an for death in Lasi, Agam Regency, reflects close integration between the Islamic religion and local culture. The use of local languages in this tradition strengthens the community's cultural identity, while Islamic religious messages are also maintained. This tradition also plays a role in maintaining Lasi cultural values, connecting the younger generation to their cultural heritage, and strengthening community ties. This integration has helped maintain harmony between religion and culture, creating a model that can serve as an example for efforts to preserve culture and religion in an increasingly globalized society.