Penelitian ini bertujuan untuk mengenal konsepsi samsara pada perspektif agama Buddha dan Hindu yang berfokus pada tiga hal, yaitu: pertama, eksistensi samsara dalam agama Buddha dan Hindu. Kedua, pengaruh samsara bagi agama Buddha dan Hindu. Ketiga, perbandingan samsara dalam agama Buddha dan Hindu. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan yang dibantu dengan teknis analisis deskriptif berupa kualitatif dan menggunakan teori perbandingan Leon Festinger. Hasil riset dalam penelitian ini menunjukkan bahwa samsara dalam agama Hindu dan Buddha memiliki persamaan, tapi di akhir kejadian samsara itu mempunyai versi perbedaan pada perspektif Hindu dan Buddha. Konsepsi persamaan samsara pada perspektif Buddha dan Hindu adalah terletak pada samsara yang diibaratkan sebagai suatu ganjaran dari proses hidup yang dialamai seseorang pada masa lalu yang diproses dan diciptakan lagi ke dunia secara berkelanjutan hingga kesalahan seseorang bisa dihapuskan. Dalam perspektif Buddha samsara kembali dipahami bagaikan suatu ganjaran, akan tetapi ganjaran yang diartikan dalam masalah ini diibaratkan tidak seperti ganjaran yang dimaksud dalam perspektif Hindu, kondisi ini dianggap menjadi suatu keadaan kesengsaraan atau yang biasa disebut dengan Dukha serta suatu kemalangan yang dialami selama hidup dalam dunia. Adapun yang membedakan samsara dalam agama Buddha dan Hindu adalah samsara dalam perspektif Hindu diyakini sebagai bagian dari Pancha Srada yang biasa diistilahkan dengan kepercayaan yang lima dan juga biasa disebut dengan istilah Punarbhawa. Pada perspektif Buddha samsara digolongkan dalam enam alam keberadaan dan kemunculan seseorang yang berbeda-beda karakter dan rupanya. Enam alam ini dibagi lagi menjadi tiga alam jahat (neraka, hantu, hewan) dan tiga alam lebih tinggi (beruntung dan baik) dan samsara dikategorikan dalam tiga alam jahat.