Sampah organik merupakan jenis sampah paling dominan ditemui di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) di Indonesia. Salah satu upaya minimasi jumlah sampah yang masuk ke TPA adalah dengan mengolah sampah organik, contohnya dengan pemanfaatan sampah dalam budidaya black soldier fly (BSF) menjadi produk pakan ternak. Namun proses budidaya ini masih menghasilkan residu berupa limbah budidaya maggot (kasgot). Residu kasgot ini juga dapat dimanfaatkan menjadi campuran kompos padat, dalam upaya meningkatkan kualitas kompos. Dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan 2 variasi kompos, yaitu dilakukan variasi 1 (50% limbah budidaya maggot : 50% sampah organik) dan variasi 2 (100% sampah organik) untuk melihat perbedaan kualitas kompos, baik secara fisik, kimia (kandungan N, P, K, dan Kadar Air), serta neraca massa dari 2 proses pengomposan berbeda. Pengomposan dilakukan simultan selama 30 hari, dan setiap hari dilakukan pengamatan fisik, pengukuran suhu dan pH pada 2 variasi kompos. Di akhir pengomposan, variasi 1 menunjukkan hasil uji kandungan N = 3,95%, P = 1,30%, K = 2,52%, Kadar air = 34,60%; sedangkan variasi 2 menunjukkan hasil uji kandungan N = 2,22%, P = 1,06%, K = 1,08%, Kadar Air = 29,96%. Untuk kedua variasi kompos parameter kandungan N, P, K, dan Kadar Air memenuhi Standar Nasional Indonesia 19-7030-2004 untuk Kompos dari Sampah Organik Domestik. Kualitas kompos variasi 1 cenderung lebih baik daripada variasi 2, dengan tekstur lebih halus dan lebih cepat menjadi kompos, serta mengandung nilai N, P, K lebih besar. Reduksi sampah organik dari pengomposan variasi 1 mencapai 63,33% dan variasi 2 mencapai 42%, sehingga berpotensi mengurangi sampah organik dibuang ke TPA.