p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Cendikia Pendidikan
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERANAN SUN YAT SEN DAN JALAN NYA REVOLUSI CHINA Rustamana, Agus; Hayati, Nadila; Waraprada Khoiri, Tegar; Alya, Desi
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 1 No. 11 (2023): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9644/sindoro.v1i11.1293

Abstract

Revolusi Cina memiliki peranan penting dalam menyelamatkan Cina dari ambang keruntuhan. Pada saat itu Feodalisme, Imperialisme dan Militerisme merupakan suatu masalah yang menjebak mereka dalam berbagai ketidakadilan sosial berupa eksploitasi, penaklukan serta kemiskinan. Hal tersebut merupakan pendorong terjadinya Revolusi Cina karena dipicu oleh harga diri dan kebanggaan nasional sehingga mereka menanamkan sifat nasionalisme Cina pada diri mereka. Tokoh utama yang mempelopori lahirnya sifat nasionalisme tersebut adalah Dr. Sun Yat Sen. Sehingga tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran Dr. Sun Yat Sen dalam pergerakan Revolusi Cina tersebut. Diketahui Dr. Sun Yat Sen selalu menyerukan Bagaimana menyelamatkan Cina dari ambang keruntuhan karena kebobrokan pemerintahan. Metode dari penelitian ini adalah metode sejarah. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa peran Dr. Sun Yat Sen sebagai orang-orang revolusioner yaitu terlihat pada saat ia untuk mempengaruhi rakyat Cina agar segera membebaskan diri dari hal - hal yang menghambat kemajuan rakyat serta berusaha menyadarkan rakyat akan keadaan negerinya. Usahanya yang dilakukan tersebut berhasil. Hal ini terbukti dari banyaknya kelompok - kelompok petani dan buruh mulai terbuka pandangannya. Selain itu bantuan demi bantuan terlihat mulai berdatangan dari berbagai lapisan untuk menggerakkan revolusi. Pengaruh Dr. Sun Yat Sen tidak terbatas di dalam negeri Cina saja, melainkan juga terasa di luar negeri. Kemudian Dr. Sun Yat Sen menginginkan Cina menjadi suatu negara yang merdeka, bebas dari segala macam yang ada. Untuk itu segala macam cara hidup yang sekiranya menghambat kemajuan negara harus disingkirkan. Ternyata dalam usahanya mengubah negara Cina terdapat perbedaan pendapat. Tetapi banyak orang Cina sudah tidak menginginkan suatu dinasti menguasai Cina. Mereka menginginkan suatu bentuk republik, karena dengan pemerintahan yang berbentuk republik diharapkan agar segera tercapai kesejahteraan rakyat serta kedudukan yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Dan pada tanggal 10 Oktober 1911 (Double Ten) revolusi nasional meletus di Wuchang dan Dr. Sun Yat Sen memproklamasikan Republic of China.
KRISIS EKONOMI DAN KONDISI MASYARAKAT TAHUN 1965-1966 Alya, Desi; Yanti, Febi; Rizki Rahman, Muhammad Rafi; Ribawati, Eko
Sindoro: Cendikia Pendidikan Vol. 5 No. 3 (2024): Sindoro: Cendikia Pendidikan
Publisher : CV SWA Anugrah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9644/sindoro.v5i3.4014

Abstract

Kondisi perekonomian yang buruk menjadi salah satu alasan Demokrasi Terpimpin (1959-1965) gagal di Indonesia. Kondisi ekonomi kala itu menjadi salah satu kondisi terburuk dalam catatan sejarah Indonesia. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia baru 15 tahun merdeka. Perekonomian masih sangat lemah. Kondisi politik saat itu masih bergejolak. Berbagai pemberontakan terjadi di daerah. Pemberontakan dan gejolak ini membuat aktivitas perekonomian terganggu. Peristiwa 1965 menjadi salah satu catatan hitam Indonesia. Di tahun tersebut, banyak warga mengalami kekerasan, baik dari militer maupun unsur sipil yang disponsori oleh militer. Peristiwa ini diawali dengan penculikan dan pembunuhan para Jendral pada 30 September 1965 (G30S). Partai Komunis Indonesia (PKI) dituding keras menjadi pelaku penculikan dan pembunuhan dalam peristiwa tersebut. Di Jawa, banyak pembunuhan dilakukan oleh simpatisan aliran. Militer mendorong para santri Jawa untuk mencari anggota PKI di antara orang-orang abangan Jawa. Pembunuhan meluas sampai pada orang- orang yang bukan anggota PKI. Becermin dari melebarnya perbedaan sosial di seluruh Indonesia pada 1950-an dan awal 1960-an, di pulau Bali meletus konflik antara para pendukung sistem kasta tradisional Bali melawan orang-orang yang menolak nilai-nilai tradisional itu. Peristiwa Krisis Nasional 1965 menempatkan PKI dan juga pendukungnya sebagai pihak yang kemudian mengalami penghancuran baik oleh pihak aparat keamanan yang mendukung pihak AD dan juga dari musuh-musuh politik PKI di kalangan organisasi Islam yang selama tahun 1960-an mengalami penggayangan oleh PKI.