Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Peran Wanita Dalam Seni Pertunjukan Tradisional Minangkabau Di Tengah Perubahan Kehidupan Sosio Kultural Masyarakatnya Wardizal, Wardizal; Santosa, Hendra
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.818 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.338

Abstract

Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang berjudul “Resistensi dan Kompromitas Terhadap Keterlibatan Wanita dalam Seni Pertunjukan di Minangkabau. Artikel ini secara umum menguraikan berbagai jenis seni pertunjukan di Minagkabau yang melibatkan peranan seorang wanita. Pada masa sekarang telah terjadi proses demokratisasi proses berkesenian di tengah kehidupan sosio-kultural masyarakat Minangkabau. Penelitian ini dikonstruksikan berdasarkan metode kualitatif didasarkan pada filsafat rasionalisme. Filsafat rasionalisme berpendirian bahwa ilmu yang valid dihasilkan dari pemahaman intelektual dan kemampuan berargumentasi secara logis. Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal. Filsafat Rasionalisme bukan karena mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Penelitian rasionalisme mensyaratkan digunakannya pendekatan yang holistik yang menggunakan konstruksi pemaknaan atas realitas, tidak saja secara empirik sensual tetapi juga secara logis-teoritik dan etik. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, seperti studi kepustakaan, untuk mendapatkan berbagai informasi dari sumber tertulis. Observasi dan wawancara, untuk mengamati berbagai fenomena dan peristiwa yang berkembang di tengah masyarakat. Kontribusi wanita terhadap perkembangan dan pelestarian kesenian tradisonal Minangkabau, secara kualitatif telah melahirkan beberapa seniman yang melegenda di tengah masyarakat.This article is part of the research result entitled “Resistance and Compromise Against Women’s Involvement in Permorming Art in Minangkabau. This article generally describes the various types of performing arts in Minagkabau that involve the role of a woman. At present there has been a process of democratization of the art process in the midst of the socio-cultural life of the Minangkabau community. This research is constructed based on qualitative methods based on the philosophy of rationalism. The philosophy of rationalism holds that valid science results from intellectual understanding and the ability to argue logically. Rationalism is opinionated, the source of knowledge lies in reason. The philosophy of Rationalism is not to deny the value of experience, but experience is best seen as a kind of incentive for the mind. The research data was collected by several stages, such as literature study, to obtain various information from written sources. Observation, to observe the various phenomena and events that develop in the community. The contribution of women to the development and preservation of traditional arts Minangkabau, qualitatively has spawned some legendary artists in the community.
Kompromitas Atas Keterlibatan Wanita Dalam Aktivitas Berkesenian Di Minangkabau -, Wardizal; Santosa, Hendra
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.829 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i2.529

Abstract

Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang berjudul “Resistensi dan Kompromitas Terhadap Keterlibatan Wanita dalam Seni Pertunjukan di Minangkabau. Secara umum tulisan ini menguraikan tentang adanya praktik kompromi terhadap keterlibatan wanita dalam seni pertunjukan di Minagkabau. Kompromi sebagai salah satu usaha untuk meredam konflik secara kultural yang terjadi akibat keterlibatan wanita dalam seni pertunjukan tradisional Minangkabau. Pada masa sekarang telah terjadi proses demokratisasi proses berkesenian di tengah kehidupan sosio-kultural masyarakat Minangkabau. Penelitian ini dikonstruksikan berdasarkan metode kualitatif didasarkan pada filsafat rasionalisme. Filsafat Rasionalisme bukan karena mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.Penelitian rasionalisme mensyaratkan digunakannya pendekatan yang holistik yang menggunakan konstruksi pemaknaan atas realitas, tidak saja secara empirik sensual tetapi juga secara logis-teoritik dan etik. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, seperti studi kepustakaan, untuk mendapatkan berbagai informasi dari sumber tertulis. Observasi dan wawancara, untuk mengamati berbagai fenomena dan peristiwa yang berkembang di tengah masyarakat. Kontribusi wanita terhadap perkembangan dan pelestarian kesenian tradisonal Minangkabau, secara kualitatif telah melahirkan beberapa seniman yang melegenda di tengah masyarakat.This article is part of the results of a study entitled “Resistance and Compromise to the Involvement of Women in the Performing Arts in Minangkabau. This article generally describes the practice of compromising the involvement of women in performing arts in Minangkabau. Compromise is one of the efforts to reduce cultural conflicts that occur as a result of women’s involvement in traditional Minangkabau performing arts. At the present time there has been a process of democratization of the artistic process in the midst of the socio-cultural life of the Minangkabau people. This research was constructed based on qualitative methods based on the philosophy of rationalism. Rationalism philosophy is not due to denying the value of experience, but experience is seen as a kind of stimulus for the mind. Rationalism research requires the use of a holistic approach that uses construction of meaning for reality, not only sensually empirical but also logically-theoretical and ethical. Research data collection was conducted in several stages, such as literature study, to obtain various information from written sources. Observations and interviews, to observe various phenomena and events that develop in the community. The contribution of women to the development and preservation of traditional Minangkabau art has qualitatively produced several legendary artists in the community.
Penerapan Metode Group Investigation Pada Mata Kuliah Metode Penelitian I di Program Studi Seni Wardizal,  ; Santosa, Hendra
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 2 No 1 (2016): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9915.672 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v2i1.119

Abstract

Perlu  kesadaran  dan  keseriusan  semua  anak  bangsa,  termasuk pemerintah  untuk  melakukan  perubahan, evolusi,  bahkan  bila  perlu revolusi  menuju  suatu  paradigma  baru  pendidikan  Indonesia.  Pijakan untuk mengakhiri  krisis,  meningkatkan  kualitas,  sekaligus meningkatkan  harkat  dan martabat  serta  peradaban manusia ke arah yang lebih baik, dan bisa berkecimpung  dalam percaturan  global.Metode dan strategi pembelajaran  merupakan salah satu isu yang krusial dalam proses belajar mengajar di lingkungan  Program Studi Seni Karawitan  ISI Denpasar. Realitas menunjukan,  bahwa metode pengajaran yang  selama  ini sering  digunakan  dalam  proses  belajar-mengajar di hampir  semua  jenjang  mata  kuliah adalah  metode konvensional  (ceramah/demontrasi). Metode  kovensional  ini banyak digunakan  terutama pada mata kuliah yang bersifat  teoritis.  Metode kovensional  (ceramah/demonstrasi) memiliki  kelemahan dan oleh berhagai kalangan dianggap telah ketinggalan zaman dan membosankan.Menyikapi  berbagai  kelemahan  tentang  metode dan strategi pembelajaran  yang dipergunakan  selama  ini dilingkungan  Program Studi  Seni  Karawitan  (PSSK)  dan  untuk  memperoleh  hasil pembelajaran  sesuai dengan tujuan, perlu diadakan  pemilihan  terhadap strategi  pembelajaran  yang tepat. Group Investigation, merupakan salah satu diantara beberapa metode pengajaran   inovatif yang  akan diujicobakan  dalam proses belajar mengajar di lingkungan Program Studi Seni Karawitan ISI Denpasar, khsususnya  dalam mata kuliah Metode Penelitian.Pada awal perkuliahan, para mahasiswa akan dibekali dengan aspek teoritis (keilmuan) tentang berbagai hal yang  berkaitan   dengan Metodologi  Peuelitian.  Dalam  penerapan  metode  investigasi   ini, kelas dibagi menjadi  beberapa  kelompok,  beranggotakan   3-5  orang mahasiswa  dengan  karakteristik yang  berbeda (heterogen)  yang didasarkan  atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para  mahasiswa  memilih  topik  yang  ingin dipelajari,  mengikuti  investigasi   yang  mendalam  terhadap subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara keseluru­ han. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata nilai mahasiswa 3.64  dan tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai C.
Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya Wardizal,   
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3 No 1 (2017): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20395.582 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v3i1.161

Abstract

Gambuh, merupakan salah satu bentuk kesenian kasik, berunsurkan total teater dan dianggap sumber drama tari Bali. Kesenian gambuh telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosio kulural masyarakat Bali dari dahulu sampau sekarang.  Catatan sejarah menunjukkan, seni pegambuhan telah ikut mewarnai perkembangan beberapa bentuk kesenian lain di Bali. Sebagai sebuah karya seni, gambuh selain dijadikan obyek penikmatan estetis dan ritual, juga telah banyak dijadikan obyek studi. Gambuh, merupakan “tambang emas” yang tiada habisnya untuk digali dan dikaji dalam berbagai persfektif. Tulisan ini mencoba untuk menelusuri dan mendalami tentang makna dan nilai budaya dalam seni pertunjukan gambuh. Teori makna yang dikemukakan Peter L. Breger dijadikan acuan untuk melihat makna gambuh dalam kehidupan sosio kultural Masyarakat. Menurut Breger, Manusia memberi makna kepada benda-benda, membubuhkan nilai pada benda-benda  itu, dan menciptakan tata susunan pengertian yang luas (bahasa, sistem lambang, lembaga) yang merupakan pedoman mutlak diperlukan dalam hidupnya. Breger membedakan makna ini atas dua kategori, yaitu makna dalam masyarakat tradisional (belum modern), dan makna dalam masyarakat modern. Dalam masyarakat yang belum modern, kebanyakan makna itu terberikan kepada manusia oleh tradisi, yang jarang atau tak pernah dipertanyakan. Dalam masyarakat modern, sebagian besar dari keseluruhan makna itu “dipilih” orang secara pribadi. Berkaiatan dengan persoalan makna tersebut, gambuh mempunyai beberapa makna dalam kehidupan sosio-kultural masyarakat. Makna tersebut diantaranya adalah (1) makna keseimbangan, (2) makna simbolik dan (3) makna prestise dan kebanggaan lokal. Pemaknaan terhadap suatu unsur kebudayaan, terkait erat dengan sisitem nilai budaya. Sistem nilai budaya pada hakekatnya terdiri dari konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai beharga dan penting warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman orientasi pada kehidupan para warga masyarakat bersangkutan. Megacu kepada Konsep nilai budaya universal yang dikemukakan oleh Spranger, terdapat 6 (enam) nilai budaya universal yang terkandung dalam seni pertunjukan gambuh. Nilai-nilai budaya tersebut adalah (1) nilai religius, (2) nilai estetis, (3) nilai solidaritas, (4) nilai ilmu pengetahuan,  (5) nilai kekuasaan.
Siwa Nada : Ensiklopedi Musik Dunia -, Wardizal; Garwa, I Ketut
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini merupakan inti sari dari penelitian penulis tentang gamelan Siwa Nada: Sebuah barungan gamelan baru ciptaan I Wayan Sinti. Secara subtantif, hal yang ingin dikemukakan dalam tulisan ini adalah, proses kreatif I Wayan Sinti dalam menciptakan gamelan Siwa Nada; sebuah bentuk barungan gamelan baru yang berfungsi sebagai ensiklopedi musik dunia. Data dan fakta dalam tulisan ini, secara keseluruhan didasarkan pada hasil wawancara yang penulis lakukan dengan I Wayan Sinti sebagai narasumber utama dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa gagasan dan pemikiran I Wayan Sinti dalam menciptakan gamelan Siwa Nada lebih didasarkan kepada proses kreatif inovatif untuk menunjang proses kreativitas dalam berkesenian. Secara subtantif, barungan gamelam Siwa Nada berbentuk bilah dan terbuat dari bambu, kayu dan kerawang. Sinti mempunyai simbol-simbol tersendiri terhadap gamelan Siwa Nada yang diciptakan, baik penamaan instrumen maupun sistem penulisan notasi dan tangga nada.
Realitas Magis pada Musik Tradisi Minangkabau: Sebuah Perspektif Kajian Budaya Wardizal Wardizal
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.816 KB)

Abstract

Purpose: This paper aims to briefly discuss the magical aspects of traditional Minangkabau music. Magical reality is found in some traditional music such as the use of spells, the process of making musical instruments, how to treat musical instruments and the use of facilities in musical performances. This article aims to understand the form and function of magical practice in the context of Minangkabau traditional music. Research Methods: This phenomenon is discussed through the perspective of cultural studies as a form of dialectic between adat (art processes) and the religion of the Minangkabau community. Results and Discussion: The Minangkabau community is a devout Muslim. They only believe in God as taught by Islam. Thus, all the actions of the Minangkabau people must be based on the rules justified by Islam. Although in Islamic belief, shamanism, magic or all forms of activity or behavior are “sirik”, shamanic practices or magical ritual activities are still practiced in the community. Implication: Beliefs and behaviors related to magic are essentially part of Minangkabau culture which contains ideas and feelings, actions and works produced by the community through the learning process.
Ngunying From Ritual To Music Composition | Ngunying Dari Ritual Menjadi Kompoisisi Musik Wardizal Wardizal
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 1 No 2 (2021): Juni
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i2.211

Abstract

"Ngunying" is a form of sacred tradition that grows and develops in the midst of the socio-cultural life of the people of Bangli Regency. Ngunying is a ritual as a form of community offering in Bebalang Village to Sang Hyang Widhi Wasa. The ngunying tradition is a gift by Ida Betara Durga, because the ngunying tradition can be used as a neutralizer of the universe from the disturbance of the bhuta kala. It is believed that after the implementation of this procession the community will find peace, balance, and harmony in the village. The Ngunying tradition as a ritual and sacred ceremony is interesting to be transformed into a musical composition. In that context, the musical composition with the title "Ngunying" was created for the purposes of the Final Project examination at the Karawitan Art Study Program, Faculty of Performing Arts, ISI Denpasar. Even semester of academic year 2020/2021.. This work is in the form of percussion pategak bebarongan creations with the media expressing the gamelan semar pagulingan saih pitu. Given the Covid-19 pandemic situation, then. This work uses a sample of the gamelan tone of Semar Pagulingan Saih Pitu which is then processed, processed or poured into the FL Studio and Cubade 5 multimedia applications.
Music Composition Magringsing | Komposisi Tabuh “Magringsing” Rama Widana Rama; Wardizal -
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 1 No 4 (2021): Desember
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i4.463

Abstract

Magringsing is a music composition that is inspired by the process of making gringsing woven fabric in Tenganan Pegringsingan Village. At the stage of making gringsing fabric, there is a technique that is quite unique and rarely used in other types of woven fabrics, namely using the double ikat technique with weft and warp threads woven between each other in a vertical and horizontal manner so as to produce a unified motif. Motifs that are intact, attractive and have aesthetic value. Music composition Magringsing was the notion that rests to the patterns already existing tradition in the works that have been created previously by the development of elements of musicality poured into gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. The creation method used in realizing music composition Magringsing work is the Panca Sthiti Ngawi Sani method which includes the inspiration stage (ngawirasa), exploration stage (ngawacak), conception stage (ngarencana), execution stage (ngawangun) and production stage (ngebah). Music composition Magringsing work consists of four parts, and the overall duration of the work is 11 minutes. Through music composition Magringsing work, it is hoped that it can increase people's interest to love and appreciate local Balinese products which are full of philosophy, and of course have the value of beauty and privileges such as gringsing cloth. Keyword: Magringsing, double ikat, Panca Sthiti Ngawi Sani
Pasang Surut Gambuh Pedungan Di Tengah Laju Budaya Global I Nengah Sarwa; Wardizal
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 21 No 2 (2007): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.364 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v21i2.1521

Abstract

This article tries to discuss and analyze about the reality of global culture and its implication on traditional performance art. The subject matter of this analysis is the Pedungan Gambuh dance drama, a classical performance, previously a court/palace art, which is thought as the source of the Balinese music and dance drama. Data and facts presented here are drawn from our qualitative research entitled Stream of Pedungan Gambuh dance-drama in the surge of Global Culture. Our research suggests that Gambuh as an entertaining art has recently declined in the rapid flow of Global Culture.
Semarak Perkembangan dan Pertunjukan Tambua Tasa di Tengah Kehidupan Sosiokultural Masyarakat Selingkar Danau Maninjau Wardizal Wardizal
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 5 No. 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Purpose: Tambua Tasa is a form of traditional music that grows and develops in Minangkabau, especially the people around Lake Maninjau, Agam Regency, West Sumatra. Substantively, what I want to put forward in this paper is a narrative about the splendor of the Tambua performance in the midst of the socio-cultural life of the community, both in the context of traditional ceremonies and socially. Research Methods: The data in this paper are based on the results of observations, interviews, document studies from print and electronic media information (google, you tube and FB) which are analyzed in depth to obtain reliable information. Results and Discussion: Tambua Tasa has experienced very rapid development amidst the socio-cultural life of the people around Lake Maninjau, West Sumatra. Tambua tasa, which in the past only developed and belonged to the village, has now expanded into the world of education, starting from the elementary school level to the high school level. Implication: The transfer of generations from traditional music is also going very well with the emergence of young talents full of talent.