Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERSPEKTIF EKONOMI PENGENDALIAN LALAT BUAH PADA MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN TOMO, SUMEDANG JAWA BARAT Ruswandi, M.Si, Agus
Creative Research Journal Vol 3, No 01 (2017)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.517 KB)

Abstract

Mangga Gedong Gincu merupakan mangga unggulan khas Jawa Barat. Kendala utama produksi mangga gedong gincu adalah serangan lalat buah yang seringkali menurunkan produksi, sehingga diperlukan teknologi pengendalian lalat buah. Penelitian bertujuanmengkaji penerapan teknologi pengendalian lalat buah dengan menggunakan perangkap berbahan atraktan alami Metil eugenol. Penelitian dilaksanakan secara partisipatif di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang pada Mei – Desember 2015. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, observasi lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lalat buah yang tertangkap 39.000 ekor/hari/perangkap (atau sekitar 780.000 ekor/hari/ha). Pengendalian lalat buah dapat menurunkan kerusakan buah 16,43% dari 31,07% menjadi 14,64% (pada on-season). Sedangkan pada off-season menurunkan kerusakan buah 8,81%, dari 13,10% menjadi 4,29%. Dengan harga mangga gedong gincu Rp 15.000/Kg (pada on-season), dan Rp. 20.000/Kg (pada off-season). Pengendalian lalat buah dapat meningkatkan pendapatan petani Rp. 246.450/pohon atau Rp 20.948.250/ha (pada on-season). Sedangkan pada off-seasson meningkatkan pendapatan petani Rp. 176.200/pohon atau Rp. 14.977.000/ha, sehingga  dalam setahun akan meningkatkan pendapatan petani Rp 35.925.250/ha. Kerugian akibat lalat buah di tingkat wilayah lokasi penelitian, sebelum pengendalian Rp 9.715.827.250, dan setelah dikendalikan, kerugian menurun menjadi Rp. 4.075.563.000 (terjadi peningkatan pendapatan wilayah Rp. 5.640.264.250). Di tingkat wilayah Jawa Barat, kerugian sebelum pengendalian mencapai Rp. 720.765.859.750, setelah pengendalian berkurang menjadi Rp 302.344.473.000, sehingga terdapat potensi peningkatan pendapatan wilayah  Rp. 418.421.386.750. Pengendalian lalat buah cukup mudah dilakukan petani, bahan dan alat yang digunakan mudah diperoleh, serta murah, sehingga cukup feasible dan layak untuk dikembangkan. 
PREFERENSI PETANI TERHADAP KENTANG TOLERAN PENYAKIT BUSUK DAUN: Varietas Dayang Sumbi dan Sangkuriang Ruswandi, M.Si, Agus
Creative Research Journal Vol 4, No 02 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.038 KB)

Abstract

Salah satu penyakit utama kentang adalah penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur, yang seringali menyebabkan kerugian sangat besar. Untuk menangani penyakit tersebut maka diintroduksikan Varietas Unggul Baru (VUB) kentang toleran penyakit busuk daun, yaitu Varietas Dayang sumbi dan Varietas Sangkuriang. Untuk mengetahui peluang adopsi inovasi teknologi VUB tersebut dilakukan penelitian preferesi petani terhadap terhadap kedua varietas tersebut, dengan tujuan: 1) Mengetahui tingkat ketahanan kedua varietas tersebut terhadap penyakit busuk daun; 2) Mengetahui preferensi petani terhadap varietas kentang toleran penyakit busuk daun; 3) melakukan analisis usahatani kentang toleran penyait busuk daun; 4) Melakukan analisis sifat inovasi teknologi kentang toleran penyakit busuk daun. Penelitian dilaksanakan Januari-Desember 2016 berlokasi di Pangalengan Kabupaten Bandung. Data yang dikumpulkan meliputi data tingkat kematian tanaman akibat penyakit busuk daun, preferensi petani terhadap varietas kentang toleran penyakit busuk daun, data input dan output produksi, serta data sifat inovasi teknologi. Data dikumpulkan melalui pengamatan, pencatatan usahatani, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Dayang sumbi dan Sangkuriang terbukti sangat toleran terhadap penyakit busuk daun. Hal ini didukung oleh Preferensi petani terhadap kedua varietas tersebut sangat baik, dimana hasil penilaian petani menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil umbi kedua varietas tersebut sangat baik. Usahatani kentang dengan menggunakan kedua vareitas tersebut dapat mengurangi biaya fungisida sebesar 62,96% (terhadap biaya fungisida) atau mengurangi biaya sebesar 9,19% (terhadap biaya total). Teknologi varietas kentang toleran penyakit busuk daun (Dayang sumbi dan Sangkuriang) mempunyai sifat inovasi teknologi yang sangat tinggi, sehingga berpeluang diadopsi sangat tinggi.  
KAJIAN RAKITAN TEKNOLOGI PATBO SUPER PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI PROVINSI JAWA BARAT Ruswandi, M.Si, Agus
Creative Research Journal Vol 5, No 01 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.058 KB) | DOI: 10.34147/crj.v5i01.188

Abstract

PATBO SUPER merupakan hasil rakitan teknologi inovatif spesifik lahan sawah tadah hujan. Tujuan pengkajian adalah mengetahui tingkat kelayakan teknis dan finansial rakitan teknologi PATBO SUPER pada lahan sawah tadah hujan. Pengkajian dilaksanakan di Desa Sukamulya, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Komponen teknologi yang dikaji: (1) varietas, (2) manajemen air, (3) penggunaan bahan organik insitu dan pupuk hayati, (4) pengendalian gulma, dan (5) penggunaan alsintan. Variabel yang diamati/diukur: (1) sifat kimia tanah sebelum penelitian; (2) kandungan bebeapa unsur hara makro dan mikro pupuk organik; (3) populasi bakteri penambat N pada umur 63 hst; (4) komponen pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan) pada umur 30 hst, 46 hst, dan 60 hst; (5) komponen hasil (jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1.000 butir); dan (6) produktivitas. Tingkat kelayakan teknis penerapan PATBO SUPER, dianalisis Uji-t pada taraf 5 %. Kelayakan finansial dianalisis: (1) Pendapatan usaha tani, (2) Benefit Cost Ratio (BCR, dan (3) Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa PATBO SUPER secara teknis dan finansial layak untuk dikembangkan. Secara teknis PATBO SUPER mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 33,5% dari 5,64 t/ha pada teknologi eksisting menjadi 7,53 t/ha. Secara finansial PATBO SUPER menguntungkan dengan BC Ratio 1,2.