Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN TOKOH WAYANG GOLEK PURWA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM MENYAMPAIKAN PENGAJARAN SASTRA UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK Aan Anjasmara
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 12, No 1 (2018): FON: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fjpbsi.v12i1.1532

Abstract

Bahan ajar merupakan bagian dalam pembelajaran yang memiliki peranan penting untuk menjawab tuntutan kurikulum. Bahan ajar yang dimaksud adalah bahan ajar pendidikan Bahasa Indonesia merupakan pintu masuk untuk mencapai permintaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013. Seyogiyanya bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik merupakan bahan ajar yang dirancang oleh guru mata pelajaran yang dimaksud dengan memperhatikan tuntutan permintaan KI dan KD dalam kurikulum yang digunakan, dalam hal ini kurtilas. Ketepatan pembuatan bahan ajar sangat berperan sehingga permintaan dalam kurikulum bisa tercapai siswa pun dapat memahaminya dengan mudah. Hasil dalam penelitian ini penulis membuat modul yang dilengkapi RPP yang akan menjawab tuntutan KI dan KD, dalam hal ini KD 3.7, 4.7 dan 3.8,.4.8. materi di dalamnya menghadirkan contoh cerita wayang golek purwa. Hadirnya cerita wayang golek purwa dapat melestarikan khasanah kebudayaan Indonesia khususnya ditatar Jawa Barat. Disamping itu keberadaannya akan mudah diterima oleh peserta didik (peserta didik yang dimaksud yang berada ditatar Jawa Barat). Hadirnya bagah ajar yang disusun semoga dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi KD 3.7, 3.8, 4.7, dan 4.8 dengan mudah dan dapat dipahami oleh peserta didik, karena contoh yang disediakan cerita wayang golek purwa dapat dipakai dijenjang kelas X semester I.
KAJIAN TOKOH WAYANG GOLEK PURWA DAN PEMANFAATANNYA DALAM MENYAMPAIKAN PENGAJARAN SASTRA UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK Aan Anjasmara
Jurnal Tuturan Vol 7, No 1 (2018): TUTURAN Jurnal Pendidikan, Bahasa, dan Sastra
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana UGJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.427 KB) | DOI: 10.33603/jt.v7i1.1696

Abstract

Bahan ajar merupakan amunisi yang memiliki peranan penting dalam menjawab tuntutan kurikulum. Bahan ajar yang dimaksud adalah bahan ajar pendidikan bahasa Indonesia merupakan pintu masuk untuk mencapai permintaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013. Seyogiyanya bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik merupakan bahan ajar yang dirancang oleh guru mata pelajaran yang dimaksud dengan memperhatikan tuntutan permintaan KI dan KD dalam kurikulum yang digunakan, dalam hal ini kurikulum 2013. Ketepatan pembuatan bahan ajar sangat berperan sehingga permintaan dalam kurikulum bisa tercapai siswa pun dapat memahaminya dengan mudah. Hasil dalam penelitian ini penulis membuat modul yang dilengkapi RPP yang akan menjawab tuntutan KI dan KD, KD nomor 3.7, 4.7 dan 3.8,.4.8. materi di dalamnya menghadirkan contoh cerita wayang golek purwa. Hadirnya cerita wayang golek purwa dapat melestarikan khasanah kebudayaan Indonesia khususnya ditatar Jawa Barat. Disamping itu keberadaannya akan mudah diterima oleh peserta didik (berasal dari Jawa Barat). Hadirnya bahan ajar yang disusun semoga dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi KD 3.7, 4.7, 3.8, dan 4.8 dengan mudah dan dapat dipahami oleh peserta didik, karena contoh yang disediakan cerita wayang golek purwa. Bahan ajar ini dapat dipakai dijenjang kelas X semester I
WAJAH INDRAMAYU DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK “LELAKI YANG TUBUHNYA HABIS DIMAKAN IKAN-IKAN KECIL” Tifani Kautsar; Arip Hidayat; Aan Anjasmara
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/btr.v8i1.6979

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gambaran masyarakat pesisir Indramayu yang terdapat dalam cerita pendek “Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-Ikan Kecil”. Penelitian ini menggabungkan analisis sruktural (tema, konflik social, dan latar) dan sosiologi sastra. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) tema dalam kumpulan cerita pendek “Lelaki yang Tubuhnya Habis di Makan Ikan-Ikan Kecil” didominasi oleh persoalan tentang kehilangan yang dialami oleh tokoh yang berasal dari masyarakat pesisir Indramayu. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan keluarga, harta benda, identitas dan budaya, dan lain-lain; 2) konflik yang terjadi dalam kumpulan cerita pendek “Lelaki yang Tubuhnya Habis di Makan Ikan-Ikan Kecil” adalah konfli realis dan non realis. Konflik realis itu adalah konflik individu dengan dirinya sendiri, konflik individu dengan individu, dan konflik individu dengan kelompok. Konflik realis itu digerakkan oleh konflik non realis yang berasal dari suasana dan lingkungan. Kemiskinan, bencana, perbedaan kelas, praktik ijon, nilai-nilai tradisi dan kebudayaan mendorong tokoh untuk memiliki konflik dengan batin, individu, serta kelompok yang ada di lingkungannya; 3) latar tempat yang terdapat dalam cerita pendek “Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-Ikan Kecil” berada di daerah pesisir Indramayu. Pesisir Indramayu itu terbagi atas beberapa daerah seperti Karangsong dan Limbangan, Kali Cimanuk, Pantai Purwa dan Desa Muara Angin. Latar lain adalah di bibir pantai, hutan bakau, rumah, guang, dll. Latar suasana didominasi oleh suasana sedih. Latar waktu didominasi oleh waktu sore/senja; 4) wajah Indramayu dalam kumpulan cerita pendek “Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-Ikan Kecil” adalah wajah sedih dan muram. Wajah sedih dan muram itu ditunjukkan dengan banyaknya cerita pendek yang mengangkat tentang persoalan kehilangan, baik itu kehilangan keluarga, saudara, harta benda, identitas, kebudayaan, maupun nilai-nilai.Kata Kunci        : Tema, Konflik, Latar, Wajah Indramayu, Cerita Pendek ABSTRACTThis study aims to reveal the description of the Indramayu coastal community in the short story "Men whose bodies have been eaten by small fish". This research combines structural analysis (themes, social conflicts, and settings) and the sociology of literature. The research method used is descriptive qualitative with content analysis techniques. The results of this study are: 1) the theme in the collection of short stories "The Man whose Body Is Out of Eating Small Fish" is dominated by the problem of loss experienced by figures from the coastal communities of Indramayu. The loss in question is the loss of family, property, identity, and culture, etc .; 2) the conflict that occurred in the short story collection "The Man Who Was Consumed by Eating Small Fish" was a realist and non-realist conflict. Realist conflict is an individual conflict with himself, an individual conflict with an individual, and an individual conflict with a group. Realist conflicts are driven by non-realist conflicts originating from the atmosphere and the environment. Poverty, disasters, class differences, bonded labor practices, traditional and cultural values encourage leaders to have conflicts with their hearts, individuals, and groups in their environment; 3) the setting in the short story "The Man Who Was Eaten by Small Fish" is in the coastal area of Indramayu. The Indramayu coast is divided into several areas such as Karangsong and Limbangan, Cimanuk River, Purwa Beach and Muara Angin Village. Other settings are on the shoreline, mangrove forests, houses, gangs, etc. The atmosphere is dominated by a sad atmosphere. The time setting is dominated by evening/twilight; 4) Indramayu's face in a collection of short stories "The Man whose Body Was Eaten by Small Fish" is sad and gloomy. The sad and gloomy face is shown by the many short stories that raise the issue of loss, whether it is the loss of family, siblings, property, identity, culture, or values.Keywords: Theme, Conflict, Background, Face of Indramayu, Short Story
PENGENALAN TEKNIK LATIHAN NAFAS, SUARA, DAN RASA UNTUK PEMBELAJARAN DRAMA BAGI GURU SE-KABUPATEN KUNINGAN Aan Anjasmara; Tifani Kautsar; Andriyana Andriyana
JE (Journal of Empowerment) Vol 4, No 1 (2023): JUNI
Publisher : Universitas Suryakancana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/je.v4i1.3261

Abstract

ABSTRAK Pengajaran sastra pada materi drama sangat dibutuhkan guru untuk mengasah kreatifitas dan kemampuan berfikir kritis dalam sebuah pementasan drama. Drama sebagai karya sastra dan karya pentas merupakan dua hal yang penting untuk diajarkan disekolah. Pengabdian tentang pengajaran drama bagi guru diperlukan untuk membangun konstruksi pemahaman yang ajek tentang permainan drama. Tekik dasar bermain drama sebagai aktor memiliki latihan dasar yang harus dikuasai mulai dari olah raga, nafas/suara, dan olah sukma yang diajarkan kepada guru untuk dipraktikkan kepada siswa. Pengabdian dilaksanakan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yang melibatkan semua orang dan semua partisipan ikut aktif dalam proses pengabdian. Proses pengabdian melakukan praktik langsung terhadap materi yang diberikan dan melakukan evaluasi bersama. Dari proses yang dilakukan memunculkan hasil yang positif dari respon guru dan bukti ikut serta mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan bersama pemateri dan partisipan. Keberhasilan program ini dapat diukur dari animo mereka yang hadir dari banyak sekolah di Kabupaten Kuningan. Hasil evaluasi menghasilkan materi keaktoran dan make up diperlukan untuk pembelajaran drama di sekolah.ABSTRACTTeaching literature on drama material is needed by teachers to hone creativity and critical thinking skills in a drama performance. Drama as a literary work and a performance work are two important things to be taught in schools. Dedication to teaching drama for teachers is needed to build a construct of a firm understanding of drama play. The basic techniques of playing drama as an actor have basic exercises that must be mastered starting from sports, breath/sound, and spiritual sports that are taught to teachers to practice to students. Community service is carried out using  the PRA (Participatory Rural Appraisal) method which involves everyone and all participants actively participate in the service process. The midwifery process conducts direct practice on the material provided and conducts joint evaluations. From the process carried out, positive results emerged from the teacher's response and evidence of their participation in every activity carried out with speakers and participants. The success of this program can be measured from the interest of those who attended from many schools in Kuningan Regency. The results of the evaluation produce acting and makeup materials needed for drama learning at school.