Fitriani, Dyah Retno
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DEFORMASI BENTUK DAN TEKSTUR RADIOLARIA DALAM KERAMIK INSTALASI Dyah Retno Fitriani
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 6, No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.199 KB) | DOI: 10.24821/corak.v6i2.2396

Abstract

Passion, love, and interest can be an inspiration to an artist. That thing can be a stimulation in creating a work of art. Some scene of film Life of Pi shows an ocean view which glows at night became such an admiration to the writer. The astonishment then stimulated curiousities of the writer about that phenomenon. Finally, there came out the word Radiolaria. Radiolaria are tiny sized planktons which have holes and spikes in their bodies. The shape and texture of Radiolaria became an inspiration that later will be deformed and shaped into a ceramic instalation. Innovation and creation that arise in this work were also displayed using phospor as a medium to show the phenomenon of Bioluminesensi. The intention to introduce the shape and function of Radiolaria gives an enormous stimulation to the writer, so that this artwork was made to give an education through this work of art. The creation of this artwork began with making skecth planning, material choosing, up to the stage of creating which was done by some techniques, which are a cire perdue, pinch, slab, and decorating stage with the technique of piercing and twisting. After that, there was a drying stage, biscuit burning, glacing, glacing burning, phospor finishing, and displaying. Furthermore, the artwork was strenghten by some supporting theories, such as: ceramic theory, deformation, instalation, semiotic, and aesthetic theory. This work is a ceramic applied art which was displayed in the varied colors and shapes instalation. Semiotic contains were slipped in this artwork and were hoped to create a good communication with the society and art lovers. This Radiolaria themed work of art was made to introduce Radiolaria to people in general with applying the touch of personal expression touch so that originality of this work would remains the same without fading the impression of the real Radiolaria. Key Words: Deformation, Radiolaria, Ceramic Instalation.   Kesukaan, kecintaan, ketertaikan akan suatu hal dapat menjadi sebuah inspirasi bagi seorang seniman, tentunya hal tersebut dapat menjadi sebuah rangsangan dalam menciptakan sebuah karya seni. Film Life of Pi yang dibeberapa scene nya memperlihatkan pemandangan laut yang dapat berpijar dimalam hari memberikan rasa takjub sehingga merangsang rasa ingin tahu tentang apa yang menyebabkan adanya fenomena tersebut, yang kemudian didapatlah kata Radiolaria. Radiolaria merupakan plankton yang berukuran sangat kecil dengan ciri khas memiliki lubang-lubang dan duri-duri pada tubuhnya. Bentuk dan tekstur Radiolaria ini dijadikan sumber ide yang kemudian akan dideformasi dan dijadikan keramik instalasi. Inovasi dan kreasi yang muncul dalam karya ini juga ditampilkan dengan menggunakan fosfor sebagai media untuk menunjukkan peristiwa Bioluminesensi. Rasa ingin memperkenalkan akan bentuk dan manfaatRadiolaria memberikan dorongan yang begitu besar, sehingga diciptakanlah karya ini agar dapat memberikan edukasi baru melalui karya keramik instalasi.Penciptaan karya ini diawali dengan membuat sketsa perancangan, pemilihan bahan, hingga tahap perwujudan yang dilakukan dengan beberapa teknik yaitu cetak tuang, pinch, dan slab dan tahap pendekorasian dengan teknik krawang, dan pilin. Kemudian tahapan pengeringan, pembakaran biskuit, pengglasiran, pembakaran glasir, finishing dengan fosfor, dan pendisplayan. Lalu diperkuat dengan beberapa teori pendukung seperti : teori keramik, deformasi, instalasi, semiotika, dan estetika.Hasil karya ini merupakan seni kriya keramik yang didisplay secara instalasi yang memiliki variasi bentuk dan warna, dan kandungan semiotika yang disisipkan pada setiap karyanya sehingga diharapkan karya ini dapat berkomunikasi dengan masyarakat, dan penikmat seni dengan baik. Karya keramik dengan tema Radiolaria ini dimakudkan untuk memperkenalkan Radiolaria dikalangan awam dengan menerapkan sentuhan ekspresi pribadi sehingga orisinalitas karya tetap terjaga tanpa mengurangi kesan dari Radiolaria yang aslinya. Kata Kunci : Deformasi, Radiolaria, Keramik Instalasi.
FOOD PORN: DILEMA EKSOTISME DARI SEBUAH MAKNA MAKANAN DALAM KERAMIK EKSPRESI Dyah Retno Fitriani
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 6, No 1 (2017): MEI 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.743 KB) | DOI: 10.24821/corak.v6i1.2394

Abstract

Food porn dalam dua sampai tiga tahun terakhir ini terhitung sejak 2014 menjadi sangat viral disosial media. Food porn merupakan hashtag yang dibuat di Instagram untuk menandai foto yang menampilkan makanan dengan teknik photography yang menampilkan kelezatan makanan tersebut dari dekat. Food porn menjadi sebuah tema yang diangkat dalam pembuatan karya seni keramik ekspresi ini dengan mengambil objek donat dan bulu babi yang juga mengkhawatirkan keadaannya akibat eksploitasi yang terlalu berlebihan sehingga keberadaannya hampil punah. Kedua objek tersebut menjadi perwakilan yang akan digabungkan dengan bentuk-bentuk coral. Kelautan Indonesia yang sangat luas dan memiliki keindahan coral yang sangat luar biasa menjadikan Indonesia sebagai target spot penyelaman paling indah didunia, sama halnya seperti yang dikatakan Kall Muller (1999: 15) “The Island of Indonesia spread in a wide arc, more than 5.000 kilometer long, from mainland Southeast Asia to Papua New Guinea. Dotted with volcanoes, covered with thrick tropical vegetation and bright green rice fields, and surrounded by coral reefs, the Indonesian archipelago is one of the world’s most beautiful places”. Wacana-wacana ini menjadi latar belakang paling mendasar yang kemudian akan diolah dan dijadikan bahan ide pembuatan keramik ekspresi.Pembuatan karya seni ini dimulai dari pengeksplorasian wacana, bentuk, dan konsep yang kemudian diolah dan dijadikan sketsa rancangan. Selanjutnya untuk mewujudkan karya seni, pemilihan bahan menjadi aspek paling penting untuk kelangsungan prosesnya. Pembuatan karya ini menggunakan tanah stoneware Sukabumi dan Pacitan yang dicampur dengan perbandingan 1:1 untuk mendapatkan kekuatan dan warna yang cerah. Kemudian pengerjaan selanjutnya adalah membuat model yang akan dibuat untuk cetakan. Cetakan dibuat dengan gpsum dan dilakukan slip casting dengan tanah yang sudah diolah sebelumnya. Pendekorasian dilakukan dengan teknik krawang, pilin dan pinch untuk selanjutnya dikeringkan dan dibakar biskuit. Selanjutnya glasir dicampur dengan stain dan diaplikasikan kedalam badan keramik dengan teknik semprot menggunakan spraygun dan kompresor lalu dibakar glasir dengan suhun 1200o C. Penciptaan karya seni ini juga diperkuat dengan beberapa teori seperti : teori penciptaan, ekspresi dan art and synesthesia.Hasil karya ini merupakan sebuah perspektive challenging dari seniman untuk dipublikasikan kepada audience. Penguatan teori dengan art and synesthesia merupakan sebuah cara untuk membuktikan bahwa karya seni ini tidak hanya bisa dinikmati dengan satu indera saja, namun keterikatan antara atu indera dengan indera lainnya. Sehingga apabila hal ini secara maksimal mampu ilakukan kemudian dapat diterapkan sebagai media untuk terapi penyembuhan trypophobia karena sedikit banyak tekstur yang diaplikasikan merupakan perwujudan dari trypophobia.  Since 2014, foodporn phenomena became famous and going viral on social media. Food porn is one of Instagram’s hashtag that showing a close up mesmerizing food photography. Foodporn being adapted as a theme for this expression ceramics artwork with doughnut and almost extinct sea urchins as the main objects. The condition of sea urchins are very endanger because of excessive exploitation. Those two objects will be represent as a coral shape.Indonesia became the most huge maritime nation that having a billion beautiful coral. Indonesia became a most beautiful diving spot, Kall Muller said (1999:15) “The Island of Indonesia spread in a wide arc, more than 5.000 kilometer long, from mainland Southeast Asia to Papua New Guinea. Dotted with volcanoes, covered with thrick tropical vegetation and bright green rice fields, and surrounded by coral reefs, the Indonesian archipelago is one of the world’s most beautiful places”. The text above write as fundamental background and basic idea to making this expression ceramics artwork.This artwork start with discourse exploration, shape, and concept that elaborate into sketch design. On second step, material become the most important aspect to creating this artwork. This artwork utilize a Sukabumi and Pacitan’s stoneware soil. It mixing with ratio 1:1 to have a strong and bright color. Third step is making a model for the mold. Mold made by gypsum and slip casting with a soil mixing. Decorating conducted with cire perdue technique, coil, and pinch and then be drained and bisque firing. On the next step, glaze will be mixed with stain and applied in to ceramic’s body with a spraygun and compressor. Then glaze burned with 1200o C. This artwork also strengthed by some theory, namely; the theory of creation, expression, art and synesthesia.This artwork is a form of artist’s challenging perspective for being publish to the audience. Strengthed by art and synthesia theory, this artwork is one of the way to prove that artwork can be felt not only one sense, but connection between one with another senses. Thereby, if this artwork can be applied maximally, it might have a chance to be a new theraphy methodology for a trypophobia healing, because most texture that applied in this artwork is the embodiment of trypophobia. Keyword : Foodporn, Expression Ceramics, Texture